Lama Naruto berdiri di depan cermin, memandang pantulan dirinya sendiri dalam diam. Ia melihat tubuhnya dalam balutan seragam sekolah UA, sangat berbeda dengan pakaian ninjanya dulu. Tangannya meraih baju yang sudah koyak di banyak bagian berwarna oranye-hitam yang ia pakai selama perang. Menghela napas pelan, ia menyimpan kembali baju itu di lemari. Setelah itu ia berjalan keluar kamar, menenteng tas miliknya.
"Yosh, semangat!"
.
.
.
Saat Sasuke dan Naruto keluar dari gedung asrama, di luar sudah berdiri beberapa anggota kelas 1-A. Di sana ada Midoriya, Iida, Uraraka dan Todoroki menunggu keduanya untuk menghampiri mereka.
"Kalian menunggu kami?" tanya Naruto pada keempat teman barunya itu.
Uraraka mengangguk, "Uhm! Kami takut kalian tersesat."
Lalu Iida ikut menambahkan, "Sebagai ketua kelas, aku bertanggung jawab penuh atas semua anggota kelas 1-A." ucapnya sambil membetulkan letak kacamata.
"Uwah! Sankyuu!"
Mereka berjalan bersama menuju gedung sekolah yang memang terpisah dari area asrama siswa. Tak butuh waktu lama, mereka akhirnya menginjakkan kaki di gedung sekolah pahlawan UA. Naruto dan Sasuke berjalan di belakang mengikuti Midoriya dan yang lainnya. Setelah berjalan beberapa saat, mereka sampai di depan pintu dengan tulisan 1-A. Mereka memasuki kelas tersebut, di sambut sapaan dari penghuni kelas lainnya yang sudah sampai lebih dulu.
"Ohayou, Naruto-san, Sasuke-san." Sapa seorang gadis berambut hitam yang diikat tinggi. Naruto ingat namanya, Yaoyorozu Momo. Quirk-nya membuat Naruto mengira itu semacam fuinjutsu.
"Ohayou Momo, Ohayou minna!" balas Naruto sekaligus menyapa semua orang yang ada di sana.
Beberapa menit kemudian bel masuk berbunyi, semua kembali ke tempat duduk masing-masing. Naruto dan Sasuke duduk di bangku paling belakang. Hari ini, jadwal kelas 1-A materi pelajaran umum dan bukan materi kepahlawanan. Kali ini yang mengajar adalah Present Mic, artinya jam pertama adalah Bahasa Inggris. Naruto memang ingat Aizawa pernah membahas mata pelajaran umum ini sebelumnya, tapi tetap saja ia sepenuhnya buta terhadap hal-hal seperti itu.
'Bahasa apa yang mereka bahas ini?!' batin Naruto nelangsa.
Rasanya Naruto lebih baik disuruh mengelilingi Konoha sepuluh kali bersama Lee dan Guy-sensei sambil memakai baju hijau ketat mereka.
Naruto melirik Sasuke, pemuda Uchiha itu sedang mencatat materi dengan tenang. Sepertinya berusaha mengikuti yang lainnya. Sementara itu Naruto hanya pasrah dan akhirnya ikut mencatat apa yang dituliskan Present Mic di papan tulis. Walau tak ada satu pun materi yang masuk ke otaknya pagi itu.
Seandainya Naruto tahu, bahwa Sasuke tak berbeda jauh dengannya. Otaknya memang jenius sejak lahir, tapi memahami hal yang bahkan namanya baru ia dengar hari ini dalam beberapa jam saja adalah hal yang mustahil juga. Ia hanya asal mencatat semua yang ada di papan tulis. Gengsi jika ketahuan yang lain bahwa ia sama sekali tidak mengerti materi yang disampaikan.
.
.
.
"Kau baik-baik saja, Naruto-kun?"
Tangan Midoriya menusuk-nusuk pelan pipi Naruto, si empunya sedang terkapar di bangkunya dengan asap imajiner yang mengepul dari kepala kuningnya. Sasuke hanya mendengus pelan melihatnya, diam-diam memijit kepalanya yang sedikit pusing karena memaksakan diri menerima semua materi tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shinobi to Hero
FanfictionSaat pertarungan di lembah akhir usai Perang Dunia Shinobi keempat, Naruto dan Sasuke mencapai batasnya. Keduanya sekarat, dan mereka tahu bahwa waktu mereka tak banyak lagi. Tapi, saat membuka mata mereka malah berada di ranjang rumah sakit yang te...