Saffron

19 2 2
                                    

Diminumnya 3 buah helai saffron bersamaan dengan air hangat-hangat kuku...
"Ah lelahmya aku hari ini" batin Nayla dalam hatinya sambil terus menyeruput minuman saffron nya.

Teringat akan hari ini yang telah terlewati ,dimana pagi-pagi sekali Nayla akan menghadap Kepala Bagian Dinas Pendidikan tempatnya bekerja. Dan ini adalah untuk kedua kalinya Nayla menghadap kepala bagian untuk mengajukan permohonan mutasi.

"Bismillah.." Seru Nayla.
Aku pasti bisa..

"Assalamualaikum pak..." Ketuk Nayla pada pintu ruangan kabag yang sebenarnya sudah terbuka dan terlihat disana pak Andi, bapak kabag sudah duduk disana.

"Masuk, silahkan duduk. Kamu Nayla kan?" Seru pak Andi.

"Iya pak, terimakasih pak" sahut Nayla.

Mereka pun duduk berhadapan diantara meja kerja nya Pak Andi. Pada saat itu keringat Nayla mengucur deras,dia bingung kenapa dia ada disana apakah dia sudah positif untuk mutasi.
" Bismillah karena aku sudah disini, aku akan menghadapinya" Batin Nayla.

Nayla pun menyampaikan nya keinginan untuk mutasi tempat mengajar karena dia ingin mendekati antara lokasi rumah dan sekolah tempat mengajarnya. Ya alasan yang masuk akal dan mudah diterima sebenarnya, walaupun sebenarnya bukan itu 100% alasan Nayla pindah. Tapi Nayla merasa tidak aman dan nyaman jika dia tidak segera melakukan mutasi.

Semenjak kepindahan Mia sahabatnya, seorang guru rekan kerja Nayla. Hari-hari Nayla di sekolah tempat nya mengajar terasa hampa. Belum lagi dia kehilangan Pak Hanif, kepala sekolahnya dulu yang juga di mutasikan berbarengan dengan sahabatnya Mia.

Padahal Pak Hanif adalah pimpinan yang sangat baik, ramah, humble ,suka menolong anak buahnya bahkan tak segan-segan mengeluarkan bantuan jika ada anak buah beliau para dewan guru yang kesusahan.

Tapi semenjak kepindahan Pak Hanif, suasana kantor sekolah benar-benar berbeda. Tidak ada lagi kehangatan yang kulihat. Tidak ada lagi canda tawa ,semua terasa garing dan serius. Apalagi dengan pimpinan Bu Candra ,seorang pengganti Pak Hanif yang mungkin agak terlalu serius, tapi beliau juga baik dan ramah.

"Jadi gimana bu, apa ibu benar-benar positif pindah dari sekolah ibu mengajar sekarang?" Tanya pak Andi membuyarkan lamunan Nayla.

"Ehmm...iya pa..bismillah" Jawab Nayla terbata-bata.

"Baik bu, InsyaAllah awal semester depan ibu sudah bisa dipindahkan ke tempat mengajar baru ibu yang tentunya lebih dekat lokasinya jika ibu bolak balik mengajar dari rumah ibu"

"Terimakasih pak terimakasih, jadi nanti saya kesini lagi untuk melengkapi berkasnya" Jawab Nayla sekalian berpamitan.

Sepanjang jalan Nayla menerawang,bingung apakah keputusan nya sudah tepat. Pada saat galau begini Nayla teringat akan suaminya Mas Al. Dia adalah sahabat sekaligus pasangan hidup Nayla tempat curhat Nayla.

"Tiiit...tiiit....nomor yang ada tuju sedang tidak aktif" bunyi suara ditelpon Nayla saat dia ingin menelpon Mas Al.

"Kok gak aktif sih" gumam Nayla cemas.

Pada saat begini opsi kedua adalah tempat Nayla bercerita yaitu mamanya.

"Halo..iya Nak ada apa nak" sahut Mamanya Nayla

"Assalamualaikum ma.. Nayla pengen cerita ma, tadi hari ini Nayla..ma..ma.." Didengarnya diseberang sana ,Mamanya terdengar sibuk dan tidak terlalu menyimak pembicaraan Nayla.

"Coba nanti dipijat nak, ini kamu keseleo,ya ampun sampe bedarah gitu lutut kamu" Dengar Nayla suara mamanya entah berbicara sama siapa

"Ma..mama ngomong sama siapa ma" tanya Nayla bingung.

"Sayang..ini aku.. Al, aku tadi diserempet mobil, pas kebetulan ada Abah tadi lewat dan melihat kejadian jadi aku langsung dibawa kesini"

"Hah itu suara mas Al, astagfirullah! Kamu gimana keadaannya mas..mas..." jawab Nayla cemas.

"Tuuuut...tuuu..tt..ttuuu..." Tiba-tiba telpon mamanya putus. Nayla gelisah cemas

"Semoga mas Al tidak apa-apa" batin Nayla.



#bersambung#

Catatan Harian Bu NaylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang