Bagian 31

50 6 20
                                    

Harap tekan tombol bintang⭐ dibawah pojok sebelah kiri, dan jangan lupa komen.

Jangan jadi SIDER (Silent Readers) hargai perjuangan author, setidaknya vote.

Oke, Selamat Membaca🌹


Setelah sampai di pintu rooftof, dia berdecak kesal karena pintu ini terkunci. Ia tak bisa berfikir banyak, ia langsung mendobrak pintu rooftof dengan kencang. Hanya dengan satu dorongan mampu membuat pintu itu terbuka lebar.

"Shasa?!!"

Pemandangan pertama yang ia lihat sekarang adalah keadaan Shasa yang terlihat jauh dari kata baik-baik saja. Hatinya terasa sesak saat melihat keadaan Shasa yang sudah tak bisa ia gambarkan lagi. Shasa terkapar lemah dilantai dan wajah cantiknya yang dihiasi dengan goresan pisau, darah yang mengalir, dan air mata yang membanjiri wajahnya. Seragam sekolah yang tampak basah, dengan rambut yang sudah jauh dari kata rapih.

Ia segera melangkahkan kakinya mendekat kearah Shasa dan langsung membawanya ke pelukannya.

"Sa, lo kenapa bisa gini?" tanya Agra. Hatinya seperti teriris ribuan pisau saat melihat keadaan Shasa seperti ini.

Shasa yang mendengar suara seseorang, dia mengerjapkan matanya, membukanya untuk melihat siapa orang tersebut. Mulutnya terasa kaku untuk berucap. Kak Agra? batinnya.

"To-tol-long, sa-kit, gu-gue takut ...."

"Lo gak usah takut, ada gue disini," ucap Agra menenangkan Shasa dengan memeluknya erat. Ia tak peduli jika bajunya akan terkena darah dari Shasa.

"Shasa?!" teriak Fahri dari ambang pintu, ia segera berlari menghampiri Adiknya dengan perasaan yang sangat gelisah.

Terdapat Raka, Rangga, Alex, Pak Udin, dan kedua teman Shasa, Rara dan Iren. Mereka semua berada disana. Semuanya merasa sangat sedih saat melihat keadaan Shasa yang sangat buruk seperti sekarang.

🍀🍀🍀

Fahri terus-terusan merutuki kebodohannya karena ia lupa menjemput adiknya tepat waktu dan mengakibatkan Adiknya seperti ini. Dari tadi Fahri terus-menerus mengucapkan kata maaf saat Shasa telah sadar, dan menanyainya apa ada yang sakit. Sudah sehari semalam Fahri merasa bersalah.

Seharian ini Shasa tidak diperbolehkan berangkat sekolah. Sejak insiden kemarin, dia diperlakukan sangat lembut oleh keluarganya, dan sejak kejadian itu pula Melati telah diberi hukuman oleh pihak sekolah, Melati pun berjanji dia tidak akan mengulangi kesalahannya lagi, ia juga akan mengontrol emosinya. Harus kalian ketahui, Melati itu mempunyai dua kepribadian yang berbeda, kadang ia bersikap seperti layaknya iblis yang dilanda amarah, dan layaknya seorang malaikat yang berhati baik, tapi kebanyakan sifat buruknya daripada sifat baiknya.

Sejak itu pula Shasa tidak diperbolehkan mengikuti kegiatan camping oleh Papah nya, padahal tinggal dua hari lagi menuju hari H. Shasa merasa sangat kesal dan sedih, ia tak mau menyia-nyiakan masa-masa yang sangat berserah bagi dirinya. Ia terus-menerus membujuk Papahnya, Bundanya dan Abangnya, tetapi mereka tetap pada pendiriannya, hingga Shasa mengurung dirinya di kamar. Terlihat berlebihan. Namun, Shasa tetap Shasa seorang gadis keras kepala.

"Padahal gue 'kan udah sembuh! Lukanya juga udah kering, mereka berlebihan!" monolognya sembari memeluk boneka beruangnya.

"Kalo gue gak ikut, gimana sama anggota regu gue, coba? Mereka 'kan kaum micin, mana bisa tanpa adanya seorang yang bijak kaya gue, apalagi ada si Jeli kenyal!"

"Eh, tapi ngomong-ngomong yang nolongin gue waktu itu Kak Agra alay? Masa iya? Dia 'kan alasan gue diperlakukan sadis! Tapi, kata Abang dia yang nolong gue. Auah gelap!"

AgraShaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang