.
.
.
Apa yang terjadi beberapa hari yang lalu membuat kehidupan ku sangat berubah. Bahkan Jae sangat takut untuk pergi kesekolah. Karena beberapa wartawan yang selalu mengejar kami.Pihak Kai sudah mengklarifikasi tentang hubungan kami, keluarga Kai mengatakan jika aku hanya teman lama yang tidak sengaja bertemu di Jerman. Dan sebagian besar tidak mempercayai itu, setelah beberapa laman mengatakan jika aku adalah putri pengusaha besar di Korea Selatan.
Aku mengetuk pintu kamr Jaehyun beberapa kali. Setelah mendapat jawaban, aku pun membuka pintu nya perlahan seraya membawa segelas susu dan beberapa biskuit kesukaan. Jae sedang bermain bersama mainan nya.
"Mom, Jae bosan."
"Jae ingin ke sekolah lagi?"
Jae mengeleng, dia menghampiri ku dan duduk didepan ku. Meminum susu nya dan memakan biskuit nya dengan lahap. "Paman-paman itu jahat, mom. Jae tidak suka."
"Apa yang mereka lakukan?"
"Mereka selalu membuat mom menangis, membuat Jae di jauhi teman-teman dan Jae tidak ingin bertemu mereka lagi."
"Mom tidak menangis karna mereka, sayang." aku mengusap surat hitam nya. "Mom menangis karna mom rindu dengan kakek dan nenek mu."
Aku memikirkan hal ini sejak semalam. Bagaiman pun juga, Jae akan kesepian jika keadaan nya seperti ini. Dan aku tidak bisa selalu memikirkan keegoisan ku saat ini, Jae juga harus bertemu dengan kakek dan nenek nya.
"Kakek dan nenek?" tanya nya heran. "Apa Jae boleh bertemu denga mereka?"
"Jae ingin bertemu dengan mereka?" tanyaku lalu mendapat anggukan darinya.
Aku tersenyum dan segera mencium keningnya. "Akan mom usahakan untuk bertemu dengan mereka. Bersabar lah."
Belum aku mendengar Jae berkata lebih lanjut. Tiba-tiba bel rumah ku berbunyi dengan lantang memenuhi rumah. Aku mengusap surw1at Jae. "Mom akan membuka nya. Habiskan biskuit dan susunya yaa."
Jae mengangguk dan segera aku melangkah menuju pintu untuk melihat siapa yang datang. Aku melihat pada lubang kecil yang ada di pintu.
Dan betapa terkejutnya aku melihat dua orang yang menanti didepan pintu dengan gelisah. Air mataku jatuh tanpa ku minta. Dadaku sakit dan sesak. Segera aku membuka pintu dan menatap wajah mereka yang kini semakin tua.
"Ibu, ayah?"
Ibuku menangis dan segera memelukku erat. Menangis sesegukan dan meminta maaf sebanyak- banyak nya.
"Bukan salahmu, ibu. Ini semua pilihan ku. jangan pernah kau salahkan dirimu sendiri."Aku melepaskan pelukan dari ibuku. Lalu beralih pada ayahku yang menahan tangis nya. "Ayah,, maafkan aku." aku memeluk nya lebih dulu. Ayah masih diam hingga aku kembali memanggil. "Ayah.?"
"Dimana cucu ku?"
Aku menghela nafas pelan. Tersenyum pada mereka. "Ayo masuk. Jae berada didalam. Dia baru saja mengatakan jika ingin bertemu dengan kakek dan nenek nya."
"Jae? Siapa namanya?"
"Do Jaehyun. Dia anak yang mandiri dan pintar, bu. Terkadang aku kewalahan karena kepintaran nya."
Kami sampai didepan kemar Jae. Aku mengetuk nya pelan lalu membuka nya. Jae terlihat masih memakan biskuit nya seraya bermain dengan mainan nya. "Sayang."
Jae menoleh dan heran menatap kedua orang tua ku. Aku berjongkok dan menyuruh nya untuk mendekat. Dia menurut dan mendekati ku. Aku mengusak rambut nya perlahan. "Dia nenek dan kakek Jae. Ayo beri salam."
KAMU SEDANG MEMBACA
rain and sea twilight✔
Fanfictionhujan menjadi saksi tangisan ini, dalam diam mencurahkan sesak dada pada rintikan. dalam diam, menyebut nama kekasih yang tak pernah dimiliki. lautan yang menjadi pelarian. akankah sampai disini? atau ada penyelamat hidup? tidak berharap banyak. tid...