Back home
Jaehyun terlihat sangat senang melihat kamar yang sudah kakek nya siapkan untuk dirinya. Kamar berwarna biru muda dan banyak mainan mobil kesukaan nya. Transformer.
"Waah, kakek, bahkan banyak koleksi transformer?!" dia bersorak bahagia melihat semua mainan yang di belikan kakek nya.
"Yaa, Jae suka?"
Jaehyun mengangguk semangat. "Terima kasih, kakek.!" Jae berlari memeluk Ayahku. Lalu beralih pada ibuku yang menunggu nya juga berucap terima kasih. "Terima kasih, nenek."
"Semua untuk mu, sayang."
"Ini sudah malam, sayang." ujarku menganggu kemesraan mereka. "Bersihkan dirimu dan segera pergi tidur. Besok masih banyak yang harus kita lakukan. Dan juga, mom tidak ingin mendengar keluhan darimu yaa."
"Iyaa, mom." jawab Jae dengan senyuman polos nya. "Nenek. Bisakah nenek temani Jae tidur lagi? Ceritakan masa kecil mom lagi, nek."
"Hei, kenapa menjadi senang sekali mendengar cerita masa kecil mom.? Ibu? Ibu tidak menceritakan hal jelek padanya bukan?" keluh ku yang mengundang tawa pelan dari mereka bertiga.
Ibu menggeleng pelan. "Tidak, Soo. Mom hanya menceritakan saat kita berlibur kerumah nenek mu dulu didesa."
"Okee, baiklah." aku mengalah. "Ingat, Jae. Jangan tidur larut."
Aku melangkah menjauh setelah mendapatkan jawaban dari Jae menuju kamar lama ku.
Hanya beberapa meter dari kamar Jae. Pintu putih yang masih memiliki gantungan kayu melukiskan namaku.Ah, aku ingat ini, aku membelinya bersama Kai saat liburan di pantai dulu.
Aku membuka pintu nya perlahan. Warna, aroma, dan tata letak. Semua masih berada ditempat. Tanpa berubah sedikit pun.
Aku melihat kasur itu. Kasur yang ku tiduri terakhir kali bersama Kai. Kasur yang menjadi saksi, bahwa aku akui, aku sangat mencintai Kai.
Ruangan ini terlalu banyak kenangan ku bersama Kai. Itu sudah lama. Sangat lama. Aku tidak bisa jika harus mempertahankan kan nya.
"Apa kau perlu perubahan?" Suara ayah terdengar dari belakang ku.
Aku mengangguk pelan. "Yaa, ayah. Aku sudah menjadi ibu. Apa aku masih pantas menempati kamat seperti ini? Ayolah ayah, anakmu sudah dewasa." aku berusaha menyembunyikan gelisah hatiku
Ayah terdengar tertawa pelan. "Besok akan ayah ubah sesuatu selera ibu muda ini."
aku tersenyum dan berbalik menghadapi nya." terima kasih, ayah."
"Istirahat lah."
Aku mengangguk dan membiarkan ayah pergi. Aku mengunci pintu kamar dan membuka lemari ku. Mata ku terhenti pada satu titik. Pada sebuah lipatan baju kaos. Itu baju kaos lelaki. Dan itu milik Kai.
Aku meraih nya. Mencium aroma yang ternyata masih sama seperti beberapa tahun lalu. Aroma yang selalu memabukanku.
Apa kau mendengar suara hatiku, wahai tercinta?
Apa kau mengerti perasaanku, wahai kekasih?
KAMU SEDANG MEMBACA
rain and sea twilight✔
Fanfictionhujan menjadi saksi tangisan ini, dalam diam mencurahkan sesak dada pada rintikan. dalam diam, menyebut nama kekasih yang tak pernah dimiliki. lautan yang menjadi pelarian. akankah sampai disini? atau ada penyelamat hidup? tidak berharap banyak. tid...