The Path

3 0 0
                                    

Aku melihat Saka berjalan di koridor dan memasuki kelas tepat di sebelah kelasku. Dia memang beneran anak kelas sebelah. Oke, baiklah.

"Bro, akan ada kuis nanti. Aku mencoba menghubungimu tapi tidak ada yang punya nomer ponselmu" Joshua mengajakku high five saat aku datang beserta membawa kabar yang.. saaaangat menyenangkan.

"Kuis?"

"Matematika. Bu Ratna"

"Apa?"

"Yeah. Maaf"

"Oke. Salahku juga. Mana ponselmu"

Josh memberikan ponselnya dan aku mengetikkan sejumlah nomer kemudian menelpon ke ponselku sendiri.

"Sekarang kalau ada anak perempuan yang meminta nomermu aku akan sangat bangga karena aku mempunyainya uhuyy.." sepertinya aku salah karena sekarang Josh kegirangan menghambur ke arah pintu.

Aku masih kebingungan apa maksudnya.

Keano, ketua kelas kami, sudah bersiap  menyiapkan mimbar untuk pelajaran pertama dan Josh belum kembali.

"Ken, Bu Ratna beneran ada kuis?"

Aku bertanya basa basi untuk sekedar meminta perhatian bahwa 'hey, aku di sini'.

"Bu Ratna?" Keano mengernyit.

"Ngga ada pelajaran bu Ratna hari ini. Beliau ada kegiatan ke kabupaten"

Wait? What!

"Oh, oke makasih"

Keano mengangkat kedua alisnya. "Santai, bro."

"Josh, bolos lagi?" Tanyanya kemudian.

Aku mengedikkan bahu. "Entahlah."

Lalu Keano membawa sejumlah bukunya ke meja Josh.

"Penglihatanku buruk. Meskipun aku tidak ingin menonjol sebagai ketua kelas tapi guru guru tetap melihatku untuk mengerjakan soal ke depan. Jadi aku akan mencoba duduk di sini."

Ya. Aku dan Josh memang benar - benar duduk di bangku paling depan. Seperti aku juga bercerita bahwa Ayyesha termasuk yang duduk di bangku depan karena semua bangku sudah terisi selain yang di depan. Sialnya, sistem tempat duduk ini permanen meskipun Josh sudah tiga kali membolos dalam seminggu dan itu sangat kentara sekali karena posisi duduk kita yang tidak menguntungkan sementara Josh tetap pada pendiriannya bahwa membolos di jam pelajaran adalah gaya hidup yang harus rutin dilakukan.

"Kau bahagia sekolah di sini?"

Agak mengejutkan karena ini adalah pertanyaan dari Keano si ketua kelas bukannya si murid paling pendiam di kelas ini, sebenarnya biasa saja tapi karena mungkin ia ingin tahu semua anak buahnya nyaman jadinya agak terdengar aneh. Keano pun adalah murid pertama yang aku ingat namanya selain Josh dan Ayyesha.

"Yeah, lumayan. Apakah ada alasan untuk aku tidak menyukai sekolah ini."

Keano menggeleng. "Ini tahun keduaku sebagai ketua kelas dan orang orang di sini ada yang benar benar seperti titisan setan. Jadi kuharap kau bisa beradaptasi."

Kata-katanya sangat bermetafora dan mengandung ironi sekaligus.

"Josh termasuk?"

"Josh berada di peringkat tengah. Kelihatannya kau anak baik baik. Jadi jangan kelewatan."

"Haha. Oke. Siapa yang harus aku hindari?"

"Di kelas ini tidak ada yang parah. Tapi di kelas lain kuharap kau berhati hati memilih teman."

"Baiklah, kapten. Aku akan mengingat nasihatmu. Haha"

Aku tertawa karena obrolan acak ini dan karena mata Keano akan hilang saat ia tertawa.

Cross The LineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang