Vampire Tooth

6 1 2
                                    

Jika kalian menganggapku tak masuk akal. Begitulah adanya. Bahkan ketika aku memutuskan untuk menghuni rumah bibi sendirian. Aku sangat paham bahwa itu hal yang sangat tidak masuk akal, tapi pada akhirnya aku benar benar tinggal di rumah ini.

Aku mengawali minggu pagiku dengan memainkan permainan game konsol yang ditinggalkan oleh kakak sepupuku. Tapi baru sampai aku mengulang permainannya tiga kali aku sudah bosan.

Wanna join a party?

Satu pesan masuk dari nomer baru di ponsel. Ini satu satunya pesan yang tidak mengajak berkenalan dari semua pesan nomer baru yang masuk. Aku sudah menduga mereka semua pasti mendapatkan nomernya dari Josh.

Ayysh

Aku melebarkan mata.

Sori typo.
Ayyesha

Aku semakin melebarkan mata dan mendekatkan layar ponsel ke mata.

Send a picture

Kadang aku membenci pesan aplikasi online seperti ini karena seperti kau tidak mempunyai privasi dan seperti semua orang mencoba berlomba mengumbar privasi mereka.

Gambar yang dikirim Ayyesha adalah taman bermain anak - anak di samping lapangan basket outdoor. Ini tak jauh dari sini. Aku enggan untuk bergabung dengan hal gila apapun yang Ayyesha lakukan, tapi tetap bersiap memakai sandal dan mengunci pintu.

Aku menarik ke atas tudung hoodieku karena ini hey baru jam 07.00. Aku juga heran, biasanya kalau hari libur aku baru bangun jam 10.30.

Aku sampai di sana dan berusaha mencari Ayyesha karena sumpah demi apapun taman bermainnya ramai penuh anak anak. Perlu kalian tahu, Ayyesha juga sepertinya tidak punya perbedaan signifikan dari anak anak itu. Kecuali outfit serba hitamnya. Hanya ada satu anak yang memakai jaket warna hitam, topi bisbol warna hitam, dan rambut warna hitam legam yang juga melambaikan tangan ke arahku.

Anak anak terlalu ramai dan berwarna warni jadi aku berusaha keras untuk tidak tertabrak mereka ketika berjalan ke arah Ayyesha.

"Beneran ngga nyangka kalau kau tidak tersesat saat jalan ke sini."

Aku mengangkat bahu lalu duduk di salah satu bangku ayunan.

"Dimana pestanya?"

"Di sini."

Aku mulai menyesal.

"Bercanda. Haha. Pestanya sudah selesai. Pestanya tentang melihat matahari terbit. Kau terlambat."

Apakah aku pernah bilang bahwa aku setuju dengan Keano tentang cerita bahwa Ayyesha  sinting. Bayangkan apa yang bagus dari matahari terbit coba. Selain memang itu terus berjalan dan kita bisa melihatnya setiap hari, kecuali ketika hujan. Oke.

Di sela kebingunganku atas alasan kenapa aku berjalan sampai di sini, Ayyesha membersihkan baju bagian belakangnya dan mendekap buku yang mungkin tadi dibacanya.

"Yokk."

"Hah. Kemana?"

"Ke markas."

Kalau kalian tahu apa yang dimaksud markas oleh Ayyesha adalah minimarket depan gang dimana aku melihatnya membeli kopi saat aku menduga pasti ia tipe anak senja.

Ia mengambil satu es krim strawberry lalu menuju ke arah counter minuman. Ia memilih milky chocolate.

Loh bukan kopi. 

Aku tidak membeli apapun, dalam artian aku cuma mengekorinya dari belakang.

Ia membuka kemasan es krim strawberry dan memberikannya padaku.

Cross The LineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang