The Chocolate Wafer

2 0 0
                                    

Hari berikutnya aku sama sekali tidak melihatnya datang di halte maupun di kelas. Bahkan di depan minimarket. Aku tidak akan repot repot bertanya pada Josh tentunya, tapi Keano yang mengomel sepanjang pagi tentang kertas absen membuatku mengaitkannya pada Ayyesha.

Aku akan memandang depan dan bawah bergantian saat berjalan termasuk ketika menyebrang. Tidak, oh iya ditambah menengok ke kanan dan ke kiri. Dan seseorang yang berdiri di sudut perempatan menggangguku. Sangat menggangguku karena seberapa keras aku memalingkan wajah, aku tetap memandangnya.

"Ayyesha.." sapaku.

"Eh. Oh hai" tangapannya sedikit terkejut tapi ketika ia tahu itu aku jadi ia terlihat nyaman kembali. Rokoknya berada di sela sela jari. Rok sekolahnya sedikit kotor di bagian samping. Yeah jika kalian ingin tahu, orang ini mengenakan seragam sekolah meskipun tidak datang ke sekolah.

"Kau terlambat atau apa?"

"Ha? Oh, tidak. Aku sengaja. Duluan yaa," ia tiba tiba berbicara melalui ponselnya. Entah itu panggilan telepon betulan atau hanya ingin pergi saja.

Ia kembali lagi. Memegang lenganku dan mendongak, hanya untuk mengatakan.

"Katakan kau tidak pernah menemuiku hari ini kalau ada yang bertanya."

Aneh. Lagian aku juga akan menganggapnya angin lalu sampai besok kalau tidak ada seseorang yang berdiri di depan pintu rumah. Ia pasti membolos, tentu saja. Dia kan Ayyesha.

...

"Namamu Jeano?" tanyanya ketus. Kupikir ia gadis 8 tahun yang salah alamat karena membawa kucing seukuran karung beras di pelukannya.

Aku mengangguk.

"Dimana kakakku?"

"Si.. apa?" aku mengerutkan kening karena tidak kenal kakak manapun yang akan dicari oleh anak ini.

"Ayyesha. Kakakku, dia Ayyesha."

Seharusnya aku sudah menduganya. "Aku tidak tahu," jawabku sambil menggeleng.

"Kau kan teman sekelasnya."

"Dia tidak datang ke sekolah hari ini."

Ia menganga."Bahkan ia tidak berangkat ke sekolah," kagetnya seperti dibuat buat. Lalu dengan singkat ia mengucapkan, "Oke. Thanks."

Aku mempunyai gambaran bahwa Ayyesha bukanlah kebetulan yang ajaib. Tapi dibentuk sedemikian rupa agar menjadi seseorang yang seperti itu.

Jadi yang ia maksud jika ada yang bertanya adalah adiknya. Aku membayangkan bagaimana hancurnya sebuah rumah yang berisi dua Ayyesha.

Aku menerima pesan Josh ketika sampai rumah. Katanya ada pertandingan tidak resmi antar sekolah di lapangan kota. Sebenarnya kupikir ini bagus karena aku akan dapat banyak teman dalam hal ini, tapi aku mengingat buku latihan soal matematika yang belum ku sentuh sama sekali.

Aku tidak hadir dulu. Terima kasih telah mengundang

Balasku cepat.

Ey yo bro, santai. Omong omong kau tahu dimana Ayyesha? Pacarnya mencarinya sampai uring uringan

What?! Pacar?

Ayyesha punya pacar?

Tidak. Halah ini si Saka. Bukan pacar secara resmi.

Oh, aku kemudian hanya menjawab .

Coba tanya Keano. Siapa tahu ketua kelas tahu alasan dia tidak masuk sekolah.

Aih. Dia akan memakanku kalau aku tanya tentang Ayyesha padanya.

Lalu aku mengirim emotikon tertawa.

Cross The LineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang