"awalnya kubenci, namun kenapa perasaan lain ini mulai tumbuh? Apakah ini cinta, ah tidak mungkin."
"Eh Qil, apa kabar?" tanya Aciel.
"Kenapa nanyain kabar? setiap hari juga ketemu," jawab Aqil.
Mereka berdua sedang dikantin, sama sama memesan makanan.
"Ada waktu ga Qil?" Tanya Aciel lagi.
"Kenapa?" Bingung tiba tiba Aciel tanya demikian.
"Gua mau nepatin janji aja mau ajak lo jalan jalan keluar, gimana? Mau gak? Sekalian ke perpus cari buku referensi materi olim," jelas Aciel mengajak Aqil.
"Gimana ya, tapi ntar gue pulang bareng si Reza sih,"
"Hm.. yaudah de, maaf ganggu waktu lo."
Aciel agak sedikit kecewa karena ajakannta ditolak Aqil.
Setelah bel pulang berbunyi, semua murid bergegas untuk segera pulang.
Tak terkecuali Reza yang sudah mengambil motornya."Qil, sini!" Teriak Reza memberi tahu posisinya.
"Iya," Aqil menghampiri Reza, "Eh za, kita pulang barengnya besok aja deh, gue ada urusan bentar di ruang guru," Aqil yang masih kepikiran Aciel mencoba mencari alasan supaya Reza pulang duluan dan untuk memenuhi janji Aciel kepada Aqil.
"Gua tunggu boleh kok, ga masalah sih," ucap Reza.
"Duluan aja Za, gue lama kok di sana, mau ke perpus juga," Alasan Aqil lagi.
"Beneran gapapa? Ntar lu pulang sama siapa? Gimana?" Tanya Reza khawatir.
"Gampang kok, kan ada ojek online Za," jawab Aqil.
"Yaudah de, gua pulang duluan," jawab Reza sedikit kecewa.
"Iya sorry Za, hati hati lo dijalan,"
"Iya gampang itu mah," jawab Reza.
Setelah Reza keluar dari gerbang putih sekolah, Aqil bergegas mencari Aciel, setelah ditelepon berkali kali namun tak kunjung mendapat jawaban dari Aciel, dari lapangan hingga ruang kelas tak juga menemukan Aciel, Aqil yakin bahwa Aciel ga mungkin pulang duluan setelah pulang sekolah.
"Haduh dimana si ni anak," sambil terus menspam telepon ke Aciel.
"Eh Ton, liat Aciel ga?," Bertemu Toni di koridor sekolah.
"Itu diujung koridor ada siapa?" Jawab Toni santai.
"Oh iya, thanks Ton,"
Aqil berlari kecil menuju tempat Aciel yang duduk tepat ditempat duduk depan perpustakaan."Cil, ayo, nggah nggah," sambil terengah engah.
Aciel tak menghiraukan kehadiran Aqil, karena Aciel menggunakan earphone.
Aqil menarik salah satu earphone Aciel. Dan berteriak.
"Woy!?"
"Apasih anjm," ucap kesal Aciel.
"Sorry, gue mau menuhin janji lo, ayo sekarang kita berangkat," ucap Aqil.
"Udah ga mood, besok aja," ucap Aciel cuek.
Aqil duduk disebelah Aciel.
"Oh gitu, gue rela rela in gajadi bareng Reza gara gara mikirin lo, tapi lo kek gini, yaudah de gue pulang aja," jawab Aqil kesal.
"Hmm.. gua anterin pulang aja gimana?" Tawar Aciel.
"Gausah, gue bisa pulang sendiri," kesal Aqil lagi.
"Oh.. oke," jawab Aciel tak menghiraukan Aqil.
"Lo emang ngeselin Cil, capek gue lama lama sama lo," mulai badmood Aqil.
"Ngapain juga? Apa hubungan kita coba," jelas ketus Aciel.
"Tau ah gue pergi dulu," kesal Aqil, namun saat Aqil mau berdiri, tangan Aciel sudah ada untuk menahan Aqil.
"Iya iya, tapi jangan ke perpus ya, gua traktir deh," tawar Aciel sambil tersenyum.
"Hm.. gatau udah ga mood gue sama lo," sambil memalingkan wajah.
"Yaudah deh, ikut gua aja yak," Aciel mengajak.
Mereka jalan berdua menuju ke parkiran sambil berbincang bincang sedikit,
Sesampainya mereka diparkiran."Jadi kemana ini?" Tanya Aqil.
"Makan bakso aja dipinggir jalan gimana?" Ajak Aciel.
"Gamau, gue maunya di resto mahal, hahahaha," goda Aqil.
"Apasih biasanya juga makan di kantin bu Iem, yaudah kalo gamau," ejek Aciel sambil merajuk.
"Hmm.. gue becanda kali Cil, Vario lu kasian itu nungguin," ejek Aqil.
"Hemmmm... Buruan naik,"
Mereka tidak langsung ke tempat, Aciel mengajak berkeliling terlebih dahulu, karena pada hari itu cuacanya sangat menyejukkan, dan juga suasana hati yang membenci perlahan mulai berubah.
Sesampainya di tempat.
"Duh tadi keliling nya lama amat, tau juga lu jalan disini, gue kira lu anaknya kudet," ejek Aqil.
"Bang bakso dua sama es teh 1 es jeruk 1," Aciel memesan makanan dahulu.
"Oke bang," jawab kang oskab.
"Emang gua kudet, tapi masih sering me time juga lah," jelas Aciel.
"Hmm.. emang ya introvert beda," ucap Aqil.
"Oh iya, besok ke taman yuk Qil, sekalian gua mau ngomongin sesuatu," tawar Aciel.
"Maaf cil, besok gue pulang bareng Reza, udah janji gue," tolak Aqil.
"Hmm.. oke lah kalau gitu," kesal Aciel.
"Tapi kalau sabtu kayaknya bisa deh, lu ekskul band selesai jam berapa?" Tanya Aqil.
"Hmm sekitar jam 1-2 an siang," ucap Aciel.
"Hmm.. besok sabtu gue tunggu di taman Melati, di depan perpustakaan," imbuh Aqil menjelaskan.
"Oke, gua kesana segera selesai latihan," terima Aciel.
Bakso pun datang, setelah itu mereka makan dan pulang mengantarkan Aqil.
"Disinikan rumah lo?" Tanya Aciel.
"Iya, didepan itu warna ijo," jelas Aqil menunjuk rumahnya.
"Ada ibu lo tuh Qil," Aciel sedikit takut dimarahi.
"Gapapa udah,"
Sesampainya didepan rumah Aqil.
"Bun, ini Aciel yang pinter itu anaknya," Aqil mengenalkan Aciel ke bundanya.
"Sore tante, maaf tadi menganggu waktu anaknya bentar," alasan Aciel.
"Gapapa kok, lain kali kamu bawa juga gapapa," canda bunda, " mau masuk dulu nak?"
"Ndak te, saya ada kegiatan habis ini, maaf te, hehe," alasan Aciel. "Saya pergi dulu ya te, Qil,"
"Iya hati hati ya nak, makasih udah nganter sampe rumah," ucap bunda.
"Iya te sama sama, anaknya baik banget kok te, hehe," rayu Aciel.
"Apasih ih," greget Aqil.
"Pergi dulu te," Aciel salim ke bunda dan segera pergi dengan sepeda motornya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE And SMART
RomanceGimana sih rasanya tumbuh cinta berawal dari sebuah persaingan untuk memperebutkan siapa yang paling pintar di kelas? Apakah si cowo cerdas yang suka tidur dikelas? atau si cewek rajin yang belajar setiap hari? Dan dari mana kisah cinta mereka bermu...