Chapter 5

779 111 24
                                    

ENJOY! AND FOR YOU GUYS, DON'T FORGET TO VOMENT :D

.

.

.


Mereka berjalan ke sofa tak jauh dari tempat mereka berada. Chenle, Jeno dan Haechan membenamkan tubuh mereka di bantal sofa dan duduk diam. Renjun berjalan hilir mudik di depan mereka.

"Ini lebih sulit daripada perkiraanku," kata Haechan.

"Petunjuk-petunjuknya sangat... Misterius," Chenle sependapat.

"Berhenti mondar-mandir Renjun!" Teriak Haechan. "Kau membuatku gugup!"

Renjun melotot ke arah kucing Tonkin itu. "Ini caraku berpikir!" Dia menjelaskan.

"Kalau begitu, berpikirlah di tempat lain," kata Haechan.

Chenle menggeleng-gelengkan kepala. Mereka berdua selalu bertengkar!

"Aku punya dugaan," Kata Haechan. "Aku tidak yakin ini benar. Tapi, nomor dua puluh tiga membuatku mulai berpikir. Meski begitu, aku bisa saja salah..."

"Katakanlah, Haechan!" Bentak Renjun tak sabar. "Kita tidak punya waktu seharian!"

Chenle menyembunyikan senyumnya. Sebenarnya, mereka punya waktu seharian. Dan hari berikutnya juga. Misteri itu sudah berumur satu dasawarsa, Ya ampun! Tapi, dia memahami ketidak sabaran rubah merah itu.

"Tolong beritahu kami, Haechan Hyung," Katanya.

"Menurutku, mungkin yang dimaksud adalah grand piano," Jawab kucing Tonkin itu.

Renjun ini membantah. Tapi, dugaan Haechan sama bagusnya dengan dugaan yang lain. "Mungkin kau benar," Katanya, sambil mengangguk. "Piano punya delapan puluh delapan tuts, jadi petunjuknya bisa saja berada di bawah nomor dua puluh tiga!"

"Aku juga berpikir begitu!" Jawab Haechan.

Dia dan Renjun saling pandang dengan kaget. Mereka baru saja sependapat tentang sesuatu!

"Ayo ke ruang musik!" Teriak Jeno.

Chenle mengikuti ketiga hewan ajaib itu menyusuri beberapa koridor dan masuk ke sayap kastil yang lain. Dan disana, di ruang musik, ada sebuah Grand pinao yang indah. Mereka semua terpaku menatapnya. Apa mungkin petunjuknya ada disana?

Chenle melangkah maju, menghitung tuts-tuts piano dan menyentuh yang ke-dua puluh tiga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chenle melangkah maju, menghitung tuts-tuts piano dan menyentuh yang ke-dua puluh tiga. Terdengar suara berdenting.

"Nadanya tetap bagus setelah bertahun-tahun tidak dipakai!" Kata Renjun dengan bangga.

Chenle berpikir, "Bagaimana kalau aku memainkan piano ini untuk kalian? mungkin sebagai penyemangat untuk mencari petunjuk-petunjuk itu!"

Mystic Messenger | CHENJI ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang