Chapter 8 END

1K 103 13
                                    

ENJOY! AND FOR YOU GUYS, DON'T FORGET TO VOMENT :D

.

.

.


Jisung menutup kedua matanya dengan sebelah tangan.

"Aku minta maaf," kata Chenle. "Peristiwa itu sudah sangat lama terjadinya. Aku bodoh berpikir kau akan mengingatnya setelah sekian lama."

"Tentu saja aku ingat!" kata Jisung. "Monsieur Seo selalu berusaha membuat belajar menyenangkan bagiku. Dia ingat tempat persembunyian kesukaanku." Jisung tersenyum.

"Setiap kali aku tidak mau belajar, aku akan lari dan bersembunyi di tengah labirin tanaman. Aku lalu berbaring di rumput dan melihat awan berarak-arak, disebelah batu besar yang mirip kurcaci! Monsieur Seo akan membiarkanku selama beberapa saat, lalu dia akan mencariku. Dan setelah kami sama-sama melihat awan berarak-arak, kami kembali melakukan tugas kami."

"Kedengarannya dia guru yang menyenangkan," Kata Chenle.

"Memang," kata Jisung. "Dan aku bersikap seperti anak manja di dekatnya." Dia menghela napas.

Chenle memegang mengelus bulu  Jisung, lalu menunjukan jalan menuju labirin tanaman.

"Aku sudah pernah mendengar tentang labirin tanaman," Kata Chenle ketika mereka melangkah masuk ke dalam labirin. "Tapi, aku tak pernah benar-benar masuk kedalamnya. Betapa menyenangkan!"

Mereka sampai di persimpangan pertama labirin.

"Kita ke arah mana?" tanya Chenle.

Jisung berpikir sebentar. "Ke kiri, sudah pasti ke kiri," katanya. Mereka berbelok beberapa kali lagi. Jisung satu kali salah berbelok, tapi dengan cepat dia menyadari kesalahannya. Tak lama kemudian mereka berada di tengah-tengah labirin.

Chenle langsung duduk di rumput.

"Chenle, apa yang kaulakukan?" tanya Jisung.

Chenle memberikan tanda kepada Jisung supaya melakukan hal yang sama. "Aku sedang melihat awan!" katanya. "Seperti kau dulu!"

Jisung duduk di sebelahnya, dan keduannya melihat awan berarak-arak. Tapi, sebentar kemudian, mereka berdiri. Mereka berdua sama-sama tidak sabar untuk menemukan petunjuk terakhir.

"Itu dia!" kata Jisung. Dia menunjuk ke sebuah batu yang agak tinggi. Chenle menyipit kan matanya. kalau dilihat dengan cara tertentu, batu itu memang agak mirip kurcaci, dengan topi lancip dan sebagainya.

"Ya ampun. Kita lupa membawa sekop!" teriaknya.

Tapi, Jisung tertawa. "Lihat cakarku!" katanya sambil menghentakan kedua kaki depannya. "Siapa yang perlu sekop?"

Chenle melihat Jisung mulai menggali tanah. Tak lama kemudian sudah ada setumpuk tanah galian. Tapi, masih tak ada harta karun.

"Monsieur Seo sangat bersungguh-sungguh dalam menyembunyikan harta karun-nya!" kata Chenle.

Jisung mengangguk. "Dia selalu bersungguh-sungguh dalam segala hal. Tapi, dia juga membuat belajar sungguh sangat menyenangkan."

Jisung mulai menggali lagi. Tiba-tiba, mimiknya berubah. Seulas senyum lebar menghiasi wajah berbulunya. "Chenle, aku telah menemukannya!"

Chenle menghela napas ketika Jisung mengeluarkan sebuah kotak kaleng dari dalam tanah dan terpaku menatapnya. "Setelah sekian lama," kata Jisung.

Chenle tak tahan menunggu lama. "Oh! Kumohon, bukanlah!" teriaknya.

Mystic Messenger | CHENJI ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang