RENJANA - 1

44 5 0
                                    

rembulan pun menolak semua yang terjadi, namun
kala kau menyebutkan nama mu.
kala kau berdiri di hamparan rumput itu.
kala rambut indahmu tersapu hembusan angin.
rembulan menolak untuk tidak melihatmu.
rembulan ini jatuh padamu, ilusi.

————

Hamparan rumput hijau yang luas ditemani ilalang yang menjulang tinggi, dengan sebuah pohon besar yang berada di tengah-tengah rerumputan. Cuaca pagi menyebabkan tetesan embun di setiap helai daun di pohon itu.

Suara kicau burung yang terbang di atas langit biru menambah kesan tenang di tempat ini. suasana yang jarang sekali bisa dinikmati di hiruk pikuk perkotaan.
setiap hembusan angin akan membuat embun-embun itu jatuh ke tanah dan mengenai seseorang yang tengah duduk di bawah pohon itu.

"Kayaknya kemarin ujan, jadi netes mulu nih airnya," keluh laki-laki itu.

Dia Deka de swastamita, laki-laki berambut hitam pekat yang sedikit berantakan karena angin, memakai sweater biru tua dilengkapi celana berwarna cream.

Tangganya yang lihai mulai menggoreskan kuas ke kain kanvas. Dimulainya dengan bentangan warna hijau yang luas mewarnai kanvas itu, dihiasnya dengan beberapa warna tambahan. sampai pada akhirnya Deka melukis siluet seorang wanita yang tengah berdiri di tengah-tengah semua unsur yang ada di lukisan Deka.

Wanita dengan rambut coklatnya yang panjang terurai bak seorang putri kerajaan. dengan gaun anggun yang menghiasi tubuhnya.

"Renjana."

Matanya mulai berkaca-kaca setiap kali dia melihat lukisan indah di depannya. 

"Aku renjana."

"Nama ku renjana."

bayangan itu mulai muncul lagi di benaknya. bayangan yang sama di setiap bulannya yang hampir membuat seorang Deka bingung dibuatnya, itulah yang membuat Deka selalu mengunjungi tempat ini. Dia ingin tahu. Deka penasaran akan hal yang mungkin terjadi saat ia kembali ke tempat ini lagi.

Akankah sesuatu bayangan baru akan ditunjukkan oleh renjana. Deka pun tak tahu akan hal itu.

Renjana, perempuan itu masih selalu menyebutkan namanya yang indah.

Deka mulai membereskan peralatan melukisnya. Entah kenapa setiap kali renjana memunculkan diri. perasaannya seperti bukan dirinya yang mengendalikan, seperti ada rasa pedih yang mendalam bahkan membuat dadanya sesak.

Setelah semua peralatan itu masuk ke dalam tas Deka. Deka menyalakan motornya yang berada tidak jauh dari pohon besar, segera Deka meninggalkan tempat itu.

Sedikit bercerita. Tentang Renjana, dia sudah memenuhi benak Deka sejak dua tahun yang lalu. Dimana saat itu Deka tidak sengaja terpencar dari keluarganya saat liburan dan berakhir di tempat itu. Dirinya berjalan mendekati sebuah pohon besar yang rimbun. semakin dia mendekati pohon itu pandangannya menjadi sedikit buram. Saat akhirnya pandangan Deka sudah kembali seperti semula. Dia melihat seorang perempuan dengan senyum manisnya berlari di hamparan rumput hijau. rambut panjang kecoklatan itu terurai bergerak mengikuti hembusan angin. perempuan itu menyingkap gaun yang ia kenakan dan menjatuhkan dirinya di rerumputan. tatapannya kosong menatap pohon besar yang ada di depannya. Deka memperhatikan raut wajah perempuan itu seakan menyimpan beribu perihal yang tertahan di dalam dirinya.

Sadar akan apa yang terjadi perempuan itu bangkit dari duduknya. memandangi Deka dengan senyum manisnya. dia mengulurkan tangannya sembari berkata,

"Aku renjana."

"Nama ku renjana."

Belum sempat Deka membalas uluran tangan itu. pandangannya kembali memudar sampai akhirnya semua yang dia lihat hanya hitam.

Saat dirinya mencoba mulai membuka matanya. cahaya dari lampu membuat Deka mengerjap berkali kali supaya bisa melihat dengan jelas. Dirinya mencoba melihat sekelilingnya dalam keadaan setengah sadar.

"Kak Deka udah sadar?"

"Mah mas Deka udah bangun."

"Deka ya ampun ada yang sakit gak? pusing gak? apa yang dirasa kak?" Tanya  Mamah mengecek kondisi tubuh Deka.

Terlihat sekali di wajah perempuan itu  kekhawatiran terhadap Deka.

"Deka gak papa kok mah."

Deka yang bisa merasakan kekhawatiran itu segera  meyakinkan bahwa dirinya tidak apa-apa.

Deka bisa merasakan kepalanya sedikit pusing. Dirinya masih ingat jelas apa yang terjadi sebelum semuanya menjadi hitam dan dirinya jatuh pingsan.

Dalam dirinya dia bertanya-tanya sebenarnya siapa perempuan itu. Bagaimana bisa dia bertemu dengan seorang perempuan yang dari penampilannya bukan seperti perempuan yang tinggal di zaman sekarang ini. Seperti putri kerajaan yang sering ia lihat di film.

Aneh. Sebenarnya siapa dirimu renjana yang membuat seorang Deka sangat penasaran akan hal yang ada di dirimu. Entahlah. namun jangan sebut Deka hanya berhalusinasi. Semua itu hanya Deka yang merasakan. Hanya Deka yang tahu apa yang dia lihat, semuanya seperti nyata.

————

hai selamat datang di dunia Deka dan antaresya, mungkin akan ada renjana yang ikut bergabung hehe.

makasih buat kalian yang udah luangin waktu buat baca. maaf kalo cerita ini masih banyak kurangnya.

jangan jadi silent reader ya kalo boleh aku minta vote + comment nya biar akunya jadi lebih semangat buat lanjutin hehe.

sekali lagi terimakasih 💗
salam dari kak deka.

LEKAS | DOYOUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang