2 | Siluet

175 15 5
                                    

Ada orang yang tinggal di loteng rumah itu. Bia melihat siluetnya, bergerak di balik jendela loteng yang buram dan berdebu. Dikuceknya mata, memastikan rumah kosong itu memang sudah berpenghuni. Namun, siluet itu sudah menghilang dari pandangan.

"Ah, pasti halusinasiku saja." Bia kembali melangkah. Baru berbalik, dia merasakan seseorang menyentuhnya.

"Halo, tetangga baru. Aku melihatmu dari dalam. Mau berkunjung?"

Ada sosok cantik berdiri belakangnya. Rambut pirangnya berkilau tertimpa cahaya matahari. Mata Bia melebar mendengar sapaan itu.

"Tetangga baru? Kapan datang?" tanyanya keheranan. Tanpa menaruh curiga, dia mengekor di belakang si gadis yang menyusuri jalan setapak gompal.

"Kemarin. Maaf, rumahnya masih berantakan. Aku tinggal sendiri di sini." Si gadis membuka pintu kayu berat. Suara keriutnya memekakkan telinga.

Bia terperangah. Ruang di hadapannya sangat luas. Banyak debu di mana-mana dengan perabot yang tertutup kain putih. Cahaya matahari menyorot masuk dari kaca patri. Si gadis mengedikkan dagu ke arah atas.

"Mau tur singkat? Desain rumah ini pasti beda jauh dengan rumahmu. Ini masih kuno dan klasik, kurasa tak banyak perubahan sejak dibangun enam puluh tahun lalu. Ah, maafkan aku belum memperkenalkan diri. Namaku Angela."

"Aku Bia." Dia menjawab sambil menaiki undakan ke lantai dua. Gadis itu tak bisa berlama-lama mengamati interior ruangan karena Angela sudah menariknya ke arah tangga kecil menuju loteng.

"Rencanaku tinggal di sini. Ruangan di bawah akan aku sewakan. Menurutmu ini cukup luas bagiku?"

Bia mengamati ukuran loteng. Sangat luas dengan banyak perabot. Bibirnya tersenyum. Pasti siluet yang dilihatnya tadi adalah Angela yang sedang berada di sini.

Bia tersenyum lega. Dia sudah takut yang dilihatnya tadi adalah sosok hantu. Tangannya mengetuk dahi, teringat bahwa segala jenis hantu pasti tak muncul di siang bolong macam sekarang. Dia menoleh untuk memberi jawaban pada Angela.

Namun, hal terakhir yang dirasakannya hanya sengatan nyeri hebat di kepala.
Angela mengamati Bia yang tergeletak di lantai. Dia menjentikkan jari, lalu tiga pria keluar dari dalam lemari.

"Urus dia. Periksa kesehatannya. Jika kondisinya bagus, kita bisa jual organ dalamnya dengan harga tinggi."

-O-

Writing Prompt | one shotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang