"MADELINE! Kau sudah bangun?!"
Aku mengerjap, mengubah posisi menjadi telentang begitu mendengar seruan Kak Nathan. "Cepat turun Maddy, aku butuh bantuan di sini!" Aku sekali lagi menguap. Melirik malas pada pintu yang masih setengah terbuka lalu kembali memeluk bantal kesayanganku. Lima menit lagi kak. Aku bergumam dalam hati. Berusaha Kembali terbang ke alam mimpi.
Dan nyatanya aku sudah terlelap selama sepuluh menit dan itu tentu saja membuat Kak Nathan kesal bukan main. Kak Nathan kasar membuka pintu kamarku. Aku menguap, mengerjap-ngerjapkan mata. "MADDY!" Aku tersentak. Segera duduk.
"Kau mau tidur sampai kapan pemalas?! Harus berapa kali lagi aku ingatkan! Walau kau perempuan kau juga tetap harus disiplin dan tepat waktu! Semua pekerjaanmu sudah beres kukerjakan, sarapan sudah terhidang di meja makan, lantas kau seperti putri langsung menyantap nya?!" Kak Nathan mendesis kesal.Aku menunduk. "Maaf Kak, Maddy ketiduran tadi" aku berkata pelan. Mencoba beralibi.
Kak Nathan memutar mata birunya ke arah tas jinjingku yang masih kosong. "Lihat, kau bahkan belum berkemas untuk kembali ke sekolah, dan sudah beberapa kali kubilang pula Madeline! Bukan karna kau perempuan berarti semuanya harus aku siapkan, mau jadi apa kau jika membereskan keperluan mu sendiri saja kau malas hah?!" Aku mulai terisak. Berusaha mengangguk. "Nanti Maddy siapkan Kak" Kakakku mendesis. Aku mengerjap, pelan mengangkat kepala, lalu kembali menunduk. Langsung ciut melihat tatapan tajam Kak Nathan.
"Maaf.. Kakak.."
Kak Nathan tidak menjawab, langsung mengayunkan kaki jenjangnya turun menuju meja makan. Sedikit terdengar suara Kak Nathan yang kembali mendengus. "Mentang-mentang anak bungsu, sedikit-sedikit menangis, di marahi sedikit terisak, dasar cengeng!"
Aku menghela napas, merapikan rambutku yang acak-acakan.
Pagi yang buruk. Hari pertama sekolah yang harus di sambut dengan suara kelewat tegas milik Kak Nathan.
Aku sekali lagi menghela napas, beranjak turun dari kasur, lalu mendekat pada tas jinjing. Mulai memasukkan barang-barangku di sana. Kami bersekolah di Bairnsdale Internasional Academic. Bisa di singkat menjadi BIA. Sekolah itu memiliki asrama sehingga kami jarang pulang ke rumah. Hanya saat libur panjang atau tanggal merah. Kami pulang saat ini karna sekolah sedang di renovasi, dan renovasi sudah selesai jadi kami harus kembali.
Aku sebenarnya senang-senang saja kembali ke BIA. Apalagi kelas hari ini belum di mulai karna hari ini hari Minggu. Jadi bisa bebas dengan teman-temanku hari ini. Aku tersenyum membayangkan akan betapa serunya hari ini. Aku beranjak masuk ke kamar mandi setelah selesai beres-beres.
***
Rambut hitamku berkibar-kibar di timpa angin dari atas bus sekolah menuju BIA. Ini salah satu fasilitas yang di sediakan sekolah. Akan menjemput siswa-siswi dari Bairnsdale Academic menuju sekolah dari halte tertentu. Mata coklatku menatap keramaian kota dengan tatapan datar. Sebenarnya ini pemandangan yang menarik, aku selalu suka melihat kesibukan kota di pagi hari. Mengomentari banyak hal dalam hati. Tetapi tidak kali ini, kepalaku di penuhi dengan pikiran-pikiran aneh, tentang hubunganku dengan Kak Nathan.Dari dulu Chemistryku dengan Kakak tidak ada yang spesial, kami sama seperti kebanyakan dua bersaudara lainnya. Terkadang kami bercanda sesekali, bertengkar, aku yang terkadang entah dapat nyali dari mana suka menjaili Kak Nathan dan tentu saja aku gagal telak dengan tanggapan datar Kak Nathan, dan kami yang akan saling menjaga ketika kami sakit. Sejujurnya itu hanya Kak Nathan, karna aku cenderung lebih sering dan mudah sakit karna aku asmatis (penderita asma) dari kecil.
Sifat cueknya akan seperti musnah di telan bumi jika aku sedang sakit. Walau ekspresi wajahnya tetap datar, tetapi perhatian dan segala yang dia lakukan untukku sama sekali tidak dingin. Bahkan aku bisa merasakan sedikit kehangatan dari sentuhan Kak Nathan. Membuatku berkali-kali lebih nyaman di dekatnya. Kak Nathan akan menjadi lebih posesif jika aku sedang sakit. Dan ketegasannya kali ini tidak dapat di tawar-tawar. Makan dan minum obat harus tepat pada jamnya. Tidak boleh keluar rumah dan harus banyak istirahat. Aku selalu bersungut-sungut memang. Tetapi aku baru paham setelah ini kalau Kak Nathan yang ternyata sedang menunjukkan sesuatu yang tersembunyi.

KAMU SEDANG MEMBACA
MEMORIES
RandomBagiku, sebuah kenangan bukan hanya sekedar memori di kepala, tetapi juga sebagai langkah awal untuk perubahan. seperti anak yang merengek pada kakaknya meminta permen yang sedang kuperhatikan ini, dia akan belajar di kedepannya bahwa meminta bukan...