LIMERENCE || BAB 12🍒

5.8K 874 118
                                    

Diandra menoleh ke belakang, menatap Atana yang masih sibuk menulis materi di buku catatannya. Tepat setelah bel masuk berbunyi tadi siang, Atana berpindah tempat duduk di belakang sana, meninggalkannya sendiri di bangku dimana mereka biasanya bersama. Itu cukup membuat Diandra sedih tentu saja, Atana benar-benar melakukan apa yang gadis itu katakan.

Menghela nafas, akhirnya Diandra memilih segera membereskan barang-barangnya lalu pulang. Ia harus segera melakukan semua rencananya, agar Diandra kembali padanya.

Ia tidak mau persahabatannya hancur hanya karena perihal perasaan. Persahabatan lebih penting dari apapun itu apalagi Cinta.

Berjalan dengan gontai, Diandra mendudukan tubuhnya di kursi halte. Ia tidak tahu Bang Ken menjemputnya atau tidak hari ini. Sejak pertengkaran mereka kemarin sore, Kenan belum menghubunginya sampai saat ini. Tadi pagi saja ia diantar oleh Kenza, bukan Kenan. Entah Kenan masih marah atau laki laki itu sedang sibuk, ia tidak tahu.

"Hai cewek,"

Diandra mendongak, lalu mengerjap. "Heh Bobi, ngapain lo disini?"

Diandra berdiri, mendekati Bobi yang tengah duduk santai di atas motornya.

"Sengaja lewat sini biar ketemu Bidadari, eh kebetulan Bidadarinya masih sendirian. Culikable banget."

Diandra tertawa, sambil melayangkan kepalan tangannya ke lengan atas Bobi yang di balut jaket denim. "Ngalus lo biji ketumbar,"

Bobi ikut tertawa, pemuda itu menepuk jok belakang motornya. "Balik bareng yuk?"

"Hay--"

"Woahh siapa nih berani bener,"

Diandra dan Bobi menoleh, mendapati segerombol siswa yang Diandra kenali sebagai Biang onar nomor satu di sekolahnya. Mereka mereka ini adalah badboy pentolan sekolah, prestasinya? Ah tentu saja pemegang rekor siswa siswa yang hampir setiap hari di hukum.

Tatapan Bobi berubah datar, pemuda itu acuh kemudian melepas helmnya dan memberikannya pada Diandra. "Nih pake,"

Diandra mengambil helm yang di sodorkan Bobi, disambut suara riuh dari gerombolan siswa itu. "Woi cabe! Serius lo mau di deketin anak Sekolah yang kemarin bikin lapangan kita ancur?"

Diandra kembali melepas helm yang sempat di pakainya, netranya menajam kearah pemuda yang tadi berbicara padanya. "Siapa yang lo panggil Cabe? Pantes aja tiap hari ke ruang BK, mulut lo perlu di didik ekstra ternyata."

"Lo---"

"APA?! Berani lo sama cewek?! Nih pukul nih,"

Diandra melangkah mendekat, gadis itu mendekatkan pipinya pada siswa itu, seakan mempersilakan pipinya untuk di pukul.

"Sialan! Lo liat besok ya," ancamnya kemudian berlenggang pergi diikuti teman-temannya. Satu persatu dari laki-laki itu menyoraki Diandra dan Bobi sambil berlenggang.

"BANCI NGAPAIN NUNGGU BESOK KALAU BISA SEKARANG! SEKALI BANCI YA TETEP BANCI!!" Teriak Diandra yang mendapat perhatian dari siswa siswi yang lalu lalang disana.

"Heh bar-bar juga ternyata lo, keren keren, hahaha,"

"Huh!" Diandra merapikan rambutnya, lalu kembali mendekati Bobi dan kembali memakai helm milik Bobi. "Besok lo bakal ketemu mereka lagi nih kayaknya,"

"Bodo, gua gak takut," balas Diandra setelah duduk nyaman di belakang Bobi.

"Percaya, tapi kalau mereka sampe main fisik sama lo, bilang sama gua,"

"Siap, dah yok buruan gua laper."

BRUMMMMM

"BOBIIIIIIIIIII!!!!!"

LIMERENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang