LIMERENCE || BAB 22🍒

1.8K 481 321
                                    

Taksi berhenti tepat di depan gerbang rumah kediaman Daniswara, setelah membayar ongkosnya Diandra segera turun dan berlari memasuki rumah.

Sayup-sayup ia mendengar suara televisi yang menyala, karena itu ia berlari menuju ruang keluarga. Melihat ada Zia di sana Diandra segera menubruk tubuh Zia, memeluk wanita itu erat.

"Mamaaaaaa."

"Eh halo Dii sayang, tumben kesini siang-siang?"

Diandra memeluk Zia dengan erat, mengabaikan keberadaan Kenzo yang juga tengah duduk di samping Zia sambil merangkul tubuh istrinya.

"Dii bosen di rumah. Kangen sama Mama juga." alibinya. Diandra sangat berharap Zia tidak menyadari matanya yang sembab. Ia tidak ingin Kenan dimarahi karena telah membuatnya menangis.

Zia terkekeh geli, wanita itu mengelus rambut Diandra yang kini berbaring di sofa panjang itu dengan pahanya sebagai bantalan. "Tumben, tapi Mama lebih suka Dii yang manja kayak gini daripada Dii yang manjanya cuma ke Kenan."

Diandra terdiam, mendengar nama Kenan di sebut membuatnya galau lagi. Ah, rasanya ia akan terus terusan galau jika ia belum menemukan cara untuk memisahkan Kenan dan Shafara. Apa ia mengaku saja pada Mama Zia kalau ia mencintai Kenan? Bukan Kenza. Netra gadis itu menangkap pemandangan foto foto masa kecil Kenan dan Kenza yang terpajang di atas televisi. Ia menggigit bibir sejenak.

"Ma, kayaknya Dii suka deh sama Bang Ken."

Tangan Zia yang sedari tadi mengelus rambut Diandra terhenti, begitu juga dengan Kenzo yang refleks menoleh pada Diandra yang masih tetap pada posisinya, berbaring sambil memandangi foto foto keluarga itu dari jauh.

"Apa?"

"Dii suka Bang Kenan."

Lidah Zia terasa kaku, ia menarik nafas pelan lalu menoleh menatap Kenzo. Ternyata Kenzo juga tengah menatapnya, raut bingung tercetak jelas di wajah Zia. Kenzo berdehem.

"Kenapa Kenan? Nggak Kenza aja?"

Diandra terkekeh, entah karena apa tapi ia merasa pertanyaan Kenzo begitu mewakili pertanyaannya dulu saat ia belum menyadari perasaannya pada Kenan.

Ya, kenapa Kenan yang harus menyukainya? Kenapa bukan Kenza? Lucu sekali ketika pertanyaan yang ditanyakan padanya sekarang adalah kenapa yang harus ia sukai Kenan? Bukan Kenza?

"Bang Ken memang nyebelin, galak, tukang suruh, jail, tapi Bang Ken juga yang selalu ngelindungin Dii, Bang Ken yang selalu ada buat Dii, Bang Ken juga suka nurutin maunya Dii meskipun sambil ngomel. Gara-gara Abang, Dii jadi gak punya temen cowok. Jomblo deh sampe sekarang, jadi Abang harus tanggung jawab!"

Diandra bangkit dari posisinya, ia menaruh tas selempangnya sambil berjalan menuju dapur, ia rasa ia butuh air dingin untuk mendinginkan hatinya yang panas karena Kenan. Ugh, rasa-rasanya ia ingin mencabik-cabik wajah menyebalkan Shafara ketika gadis itu sok baik padanya. Cih.

Meskipun belum mengenal Shafara, jauh dari lubuk hati terdalam Diandra, ia merasa Shafara bukanlah orang yang baik.

Sedangkan Zia yang tengah fokus menonton televisi bersama Kenzo mengerutkan dahi. Apa kata Diandra? Tanggung jawab? Untuk apa?

Pandangan Zia mengikuti langkah kepergian Diandra, hingga matanya turun dan melihat sesuatu menyembul keluar dari tas selempang Diandra. Sesuatu yang tidak asing baginya.

Seketika jantung Zia berdetak abnormal. Wajahnya memias ketika ia menarik keluar sesuatu yang tak asing lagi di matanya itu.

"Tanggung jawab? Kamu hamil?!"

Mendengar pekikan Zia, Kenzo langsung menoleh, pria itu turut menarik testpack di tangan Zia lalu mengeraskan rahangnya ketika melihat ada dua garis merah di sana.

LIMERENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang