Kelas XI
"Rain cepet!" Teriak Vio dari ambang pintu ruang osis.
"Sebentar Vi. Gue beresin dulu!" Balas Rain dari dalam ruang osis.
Rain merapikan dokumen-dokumen di atas mejanya. Kemudian sesegera mungkin menghampiri Vio yang sudah menunggunya.
Ya, Rain sekarang aktif dalam organisasi OSIS, sejak kelas X sebenarnya. Walau dia tak suka menjadi pusat perhatian, tapi dia suka aktif dalam organisasi. Dia dulu hanya anggota. Hanya saja, sekarang dia menjabat ketua 1 OSIS -satu jabatan di bawah ketua umum OSIS-. Jadi, beginilah kerjaannya kalau di sekolah ya pasti ke ruang osis, apalagi kalau sudah sibuk-sibuknya karena suatu acara.
"Kebiasaan deh lo. Lama."
"Ehehe, maaf."
"Yaudah yuk!"
Keduanya berjalan menuju kantin sambil sesekali Vio bersenandung atau melontarkan gurauan. Anak itu masih sama, selalu terlihat ceria. Rain hanya pendengar setia sambil terkadang menanggapi, lalu tertawa bersama. Kadang, Rain juga harus melontarkan senyum kepada beberapa teman, kakak kelas, atau bahkan adik kelas yang menyapanya.
Rain sudah sangat dikenal dalam jangka waktu setahun ini. Selain karna keaktifannya dalam anggota osis dan namanya yang slalu terpajang di deretan ranking paralel, dia juga sangat terkenal karna parasnya yang cantik dan cenderung kalem. Tak sedikit yang mencoba mendekat, tapi tak sedikit pula -bahkan semuanya- harus menelan penolakan.
"Rain lo makan apa? Mie ayam, pangsit, nasgor, soto, bakso, ayam goreng, ayam bakar, pempek, siomay atau apa?" Tanya Vio saat mereka sampai di kantin.
"Lo cocok jadi pelayan di restaurant ya Vi."
"Raiiin! Gue serius. Udah dibaikin malah diejek," Vio mulai mencak-mencak.
Rain hanya tersenyum terhibur melihat Vio mencak-mencak seperti ini. Vio hanya cemberut.
"Gue gak mau makan. Minum aja, jus alpukat," putus Rain.
"Astagaaah! Jadi gue gak berguna ngomong menu sebanyak itu!!"
"Lo gak nanya Vi. Udah gue cari tempat dulu," Rain pergi meninggalkan Vio sambil masih tersenyum senang.
Rain melihat seisi kantin yang mulai penuh sesak. Beruntung, Rain mendapatkan meja kosong di bagian pojok kantin, tempat favoritnya sejak dia di sekolah ini. Spot paling apik untuk mencuri pandang pada seorang yang mampu menggetarkan hatinya. Siapa lagi kalau bukan cowok yang membuatnya jatuh hati pada pandangan pertama dulu?
Dan yang diketahui Rain dengan nama Fabian. Bian.
Ya dari sini, dia bisa melihat pemuda itu sedang duduk bersama temannya -Randy-. Tapi jangan salah, karena mereka berdua akan selalu diikuti oleh sang cewek-cewek yang lebih mirip tante-tante daripada siswi SMA. Itu membuat Rain tak mau mendekat, cukup mengerti namanya saja sudah membuat Rain senang.
Rain masih saja melirik pandang pada meja yang berselang serong dua meja dari meja Rain. Dari sini, Rain bisa dengan jelas melihat wajah Bian yang memang duduk berlawanan dengan arah Rain sedang risih dengan cewek yang slalu menggelayut di lengannya. Rain sedikit senang, karna Bian setidaknya tak pernah merespon perlakuan cenderung cuek dan menolak. Sekarang saja cewek-cewek memuakkan tadi sudah diusir oleh Bian. Bian memang terlihat dingin pada manusia berjenis kelamin perempuan, tak pernah sekalipun terlihat mempunyai hubungan khusus dengan salah seorang cewek -setidaknya itu menurut penglihatan Rain-, padahal dia berpotensi menjadi playboy.
"EHM. Jangan diliatin mulu. Mana tau dia kalo cuman dilamunin," deheman keras dari seseorang mampu membuyarkan lamunan Rain.
"Lo harus maju Raain! Gue bakal dukuuung,"
KAMU SEDANG MEMBACA
(It's about) Rain [SUDAH TERBIT]
Подростковая литература[Available on gramedia dan toko buku terdekat lainnya] Ini bukan cerita tentang hujan. Ini cerita tentang sebuah keadaan, yang sulit terbantahkan. Hingga mampu melenyapkan, sebuah harapan, yang akan menjadi kenyataan. *** Cover by : lisazhr (2)
![(It's about) Rain [SUDAH TERBIT]](https://img.wattpad.com/cover/30543323-64-k590062.jpg)