Ambisi Heihachi Mishima

122 9 3
                                    

Di tengah malam buta perempuan berambut coklat itu, Kazumi Mishima tampak duduk terpekur memandang nyalang dengan mata berkaca-kaca di dalam sebuah Dojo milik keluarga Mishima.

Dalam kegelapan kimono putihnya tampak berkilat-kilat diterpa cahaya obor-obor yang menyala-nyala di depan Altar persembahan bagi para Dewa yang merupakan satu-satunya penerangan dalam Dojo Mishima nan pekat gulita.

Terpaku menatap ukiran Aiaigasa dengan ukiran namanya sendiri bersanding dengan nama pria yang dicintainya 'Heihachi' dalam naungan sebuah payung segitiga sederhana terukir manis di lantai kayu Dojo nan berdebu.

Ukiran yang menandakan cinta mereka berdua, menandakan sepasang kekasih bernaung dalam sebuah payung yang sama, sebuah payung yang bernama cinta. Dan malam ini payung tersebut akan dihancurkan oleh ego dan ambisi seorang pria terhormat bernama Heihachi Mishima.

"'Aku adalah keturunan Klan Hachijõ, keturunan Satria penegak kebenaran keraguan bukanlah sikapku.'" benak Kazumi.

Jelas hatinya yang dipenuhi dilema menepis semua yang dikatakan pikirannya. Bagaimana dia tidak bimbang, rival sekaligus cinta pertamanya, pria yang dia kagumi dengan kepandaian dan bakatnya, seorang pria yang lembut dan penuh kasih sayang itu kini berubah menjadi sesosok monster gila yang penuh ambisi dan haus keserakahan.

"Aku harus menghentikannya apapun yang terjadi, ini merupakan sebuah kehormatan yang diemban dari keturunan Klan Hachijõ, Satria penegak kebenaran yang bertugas membasmi benalu yang akan merongrong dan merusak kedamaian dunia."

Ya Klan Hachijõ merupakan bayang-bayang yang bertugas secara rahasia membasmi mereka yang dianggap sebagai biang keladi alias mereka yang berpotensi merusak kedamaian dunia. Selama berabad-abad mereka menjadi bayang-bayang, menjadi Satria kuno tak bernama penegak kebenaran,

"Aku dikirim kesini untuk ini kan... untuk memata-matai dan memastikan keluarga konglomerat Mishima tidak akan keluar dari jalur yang seharusnya." Benak Kazumi menatap nanar patung Budak di hadapannya.

Dengan memegang janji Jinpachi Mishima, ayah angkatku, yang menyesali perbuatannya mendanai dan mengkomersilkan persenjataan militer selama perang dunia ke dua, yang beralih dengan membesarkan Dojo-nya ini. Melatih pemuda-pemuda mempelajari ilmubela diri Karate Mishima Style kebanggaannya. Ia juga membangun sekolah dan rumah sakit hingga memfasilitasi dan mendanai lembaga-lembaga yang bergerak di bidang kemanusiaan, ini jelas merupakan perbuatan yang mulia kan...

Hingga akhirnya aku menemukan beberapa lembar berkas mencurigakan dalam sebuah brangkas rahasia dalam ruang kerja suamiku, tiga hari yang lalu. Ya aku menikahi putra tunggal ayah angkatku, Heihachi Mishima.

Rupanya sepeninggal mendiang ayah angkat setahun yang lalu, ahh tidak, mungkin jauh sebelum itu. Sebelum ia mengakuisisi mengambil alih sepenuhnya Mishima Zaibatsu, kerajaan perusahaan keluarga Mishima yang dibangun selama nertahun-tahun sang ayah, Jinpachi Mishima.

Ia telah merintis sebuah organisasi paramiliter, tentara bayaran yang digunakan dalam perang-perang di seantero dunia, Tekken Force. Mendanai dan mengkomersilkan persenjataan tercanggih abad ini. Dan yang lebih mencengangkan lagi suamiku tercinta ini berambisi menciptakan tentara-tentara robotik dan bionik untuk mewujudkan visinya menguasai dunia dengan tangannya sendiri, dengan prinsip-prinsip Tekken alias 'Tangan Besi'. Lebih parah dari yang dilakukan ayahnya dulu.

"Untuk itu ia harus dihentikan sebelum orang ini menyebabkan bencana yang lebih besar bagi kedamaian dunia." Benak Kazumi memandang nyalang pada patung Budha di hadapannya meyakinkannya memusnahkan keraguan di hatinya.

"Duarrrr..." kilat menyambar petir gemuruh petir menggelegar. Ribuan titik-titik air langit berjatuhan dengan derasnya tertuang dari awan gelap memggumpal.

Tekken : Mishima SagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang