Di rak bagian buah, terpajang sekali berbagai macam buah yang segar. Gun memilih beberapa apel untuk persediaan di rumahnya. Kulkas di rumahnya memang selalu penuh dengan buah.
"Guys, ada update katanya buku terbaru hermosa udah mulai open pre-order tiga hari lagi."
"Serius? Siap-siap gue ikut PO, biasanya dapet lebih murah."
"Gue gak sabar, please ingetin gue kalo udah ada form POnya."
Gun tersenyum dalam diam ketika mendengar perbincangan beberapa remaja yang berada di dekatnya. Rasa senang menyelimuti ketika tahu bahwa buku terbarunya disambut antusias oleh beberapa orang.
Ketika sekolah, Gun bahkan tidak terfikir bahwa ia akan menjadi seorang penulis. Cita-citanya sejak dulu adalah menjadi seorang pengusaha, namun ternyata tuhan punya cara lain untuk mendatangkan kebahagiaan bagi Gun.
"Wah emang takdir itu baik banget ya sama gue."
Sebuah suara tak asing tiba-tiba muncul di sebelahnya. Off, ia tersenyum lebar sambil melambaikan tangan ketika Gun menoleh ke arahnya.
Gun tidak habis fikir kenapa lelaki itu selalu ada dimana-mana, bahkan tanpa direncanakan. Takdir katanya? Astaga, Gun berharap takdir seperti ini tidak terjadi di hidupnya.
"Mumpung kita ketemu, gue mau kasih SD card lo seka-"
"Gak bisa."
"Hah?"
"Di kertas kan gue bilang kalo mau balikin SD card gue itu harus telpon gue dulu. Jadi, gue gak mau terima SD cardnya sebelum lo telpon." Dengan bangganya Off tersenyum.
Baiklah, Gun benar-benar kehabisan akal bagaimana cara menghadapi lelaki berbaju hitam di hadapannya. Ia lelah, sungguh.
Tak mau menghabiskan waktu lebih lama, Gun mengambil lipatan kertas dari Off yang kebetulan ia simpan, lalu mengetikan nomor yang tertera di ponsel miliknya.
Hanya dalam hitungan detik, dering ponsel milik Off berbunyi. Gun langsung mematikan panggilan.
"Udah kan? Sekarang ambil SD card lo."
Off hanya melihat Gun yang memberikan SD card miliknya tanpa ada niat untuk mengambil. Sementara Gun mengernyitkan dahi lataran Off diam saja.
"Cepetan." ucap Gun.
"Gue belum angkat telponnya tadi, jadi gak sah."
Sumpah demi apapun, Gun rasanya ingin melepar buah-buahan yang berada di sekitarnya ke orang yang sedari tadi membuat darahnya mendidih.
Tidak peduli dengan omong kosong Off, Gun lantas meletakan SD card tersebut di lantai dan bergegas pergi sebelum emosinya semakin meledak.
"HEH KOK PERGI?!"Gun tetap lanjut jalan, tidak memperdulikan teriakan dari belakang.
"Gak apa-apa si, seenggaknya gue udah punya nomornya." Gumam Off.
*
*
*Ketika menuju tempat parkir, mata Off tidak sengaja melihat seseorang yang tidak asing. Ia tersenyum dan menghampiri orang tersebut.
"Kita ketemu lagi, Alice." Ucapnya.
Alice menghentikan langkah kakinya, "Wow, bisa kebetulan begini ya."
"Jadi gimana buku terbaru Hermosa?"
Senyum bangga terukir pada bibir wanita itu, "Seperti biasa, karya Hermosa gak akan bikin lo kecewa dan gue jamin buku terbarunya juga gak bikin kecewa."
Mereka membicarakan beberapa bagian menarik dari buku karya Hermosa sebelumnya. Kesamaan selera Off dan Alice membuat mereka menjadi mudah akrab. Tidak perlu bingung mencari topik pembicaraan karena percakapan mereka mengalir begitu saja layaknya teman lama.
"Gue penasaran, Hermosa kayak gimana sih orangnya?" tanya Off.
"Dia bener-bener tertutup, gue cuma bisa bilang dia itu baik, pas pertama ketemu juga dia sopan banget, communication skillnya juga bagus, ohiya satu lagi, rambutnya wangi stroberi banget!."
Mendengar beberapa gambaran sosok Hermosa membuat jantung Off bedebar tidak karuhan, "Jadi pengen ketemu."
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
HERMOSA • OFFGUN
FanfictionIni hanya kisah seorang penulis rahasia berumur 25 tahun yang tertimpa beberapa masalah setelah bertemu seorang pemuda. Pertemuan yang diawali oleh bencana malah membuat malapetaka semakin sering terasa. Namun, seketika semua sirna karena ternyata h...