First Trial

95 39 20
                                    

Sudah hampir tiga bulan aku tidak bersekolah. Selama itu, aku merubah seluruh penampilan juga sifatku. Aku dan kak Eun Myeong sudah mulai dekat, tidak merasa canggung lagi kepada satu sama lain. Melainkan menjadi lebih nyaman hanya tinggal berdua bersamanya. Sebab kak Eun Myeong juga aku banyak berubah seperti ini.

Meski aku harus banyak tertinggal pelajaran dan masuk saat tahun pelajaran baru di mulai, aku tak masalah. Aku akan mencoba mengejar ketertinggalanku dengan belajar giat di kelas dua belas ini. Setelah banyak bercerita mengenai sekolah lamaku pada kakak, ia jadi banyak memberikan banyak nasihat mengenai pertemanan.

Kakak bilang menemukan teman sejati itu bagaikan menemukan tambang emas. Tapi, aku tak yakin akan menemukan teman yang seperti itu.

Hari ini adalah hari pertamaku masuk ke sekolah baru. Menginjakkan kaki pertama kali di lorong kelas setelah sekian lama tidak bersekolah, rasanya sungguh menegangkan. Aku harus ke ruang guru tapi tidak tahu mana arah yang benar. Sebenarnya aku sudah pernah datang kemari, namun itu bersama dengan kak Eun Myeong dan tidak terlalu memperhatikan sekitar karena aku terlalu fokus menghadap pada langkah kakiku.

Ketika aku sedang kebingungan di koridor kelas, ada seseorang yang menepuk bahuku pelan. "Hei, kau anak baru ya?" Tanya seorang gadis cantik yang dihiasi senyuman dengan lensung pipi di kedua sisi pipinya.

"Benar." Jawabku singkat, lalu kembali memberanikan diri. "Begini, apa kau bisa membantuku menemukan ruang guru? Aku belum hafal denah lokasi sekolah ini."

"Huh? Tentu saja. Ayo, kutemani!"

Saat di jalan, siswi di sebelahku ini tak henti-hentinya melambaikan tangan pada para siswa yang memanggilnya. Ku rasa ia cukup populer di sekolah. Aku hanya diam, sembari mengikuti langkahnya. Tadinya dalam benakku aku akan mencoba berbaur dengan orang baru. Nyatanya hal ini lebih sulit dilakukan dibanding aku harus menurunkan berat badanku.

Gadis yang berada di sampingku berhenti seketika lalu ia menoleh padaku, "Nah, ini ruang guru. Aku antar sampai sini ya ... aku akan kembali ke kelas. Dah~" ia melambaikan tangannya padaku dengan senyum yang tak pernah luntur.

Wah, andaikan aku bisa menjadi sepertinya.

Aku memasuki ruang guru untuk menemui wali kelasku. Setelahnya wali kelasku memberikan beberapa pengetahuan umum mengenai sekolah, seperti waktu istirahat, jam olahraga, juga beberapa barang yang tidak boleh ku bawa ke sekolah. Sehabis aku mengangguk paham, pak Nam berdiri lalu mengajakku ke kelas dengan mengikutinya.

Saat berjalan di koridor kelas, banyak pasang mata yang melirik ke arahku melalui jendela kelas mereka. Ku rasa saat aku berjalan bersama siswi tadi tidak seperti ini. Aku berjalan dengan menghadap ke depan- tidak seperti tadi. Kali ini aku harus berubah.

Ayo kau bisa, Eun Ra.

Sesampainya di depan pintu kelas, terdengar suara ricuh karena mereka tahu bahwa aku masuk ke kelas mereka. Namun saat pak Nam melangkah masuk tiba-tiba saja menjadi sangat hening. Pak Nam berdiri di tengah dengan buku yang di bawanya.

"Anak-anak. Hari ini kelas kita kedatangan siswi pindahan dari Busan. Tolong bersikap baik padanya!"

"Baik pak." Ucap mereka serentak. "Nah, Eun ra. Silahkan kau memperkenalkan diri secara resmi. Selanjutnya kau akan duduk bersama ketua kelas: Song Anna." Aku mengangguk lalu berjalan ke tengah dan memperkenalkan diri dengan senyum yang terbaikku.

"Perkenalkan namaku Lee Eun Ra. Aku berharap kita bisa menjadi teman baik. Salam kenal." Ucapku bersemangat dan tak lupa membungkuk hormat. Aku berjalan menuju tempat duduk kosong dengan seorang gadis yang tadi sempat mengantarku ke ruang guru.

Ternyata namanya Song Anna.

---

Bel istirahat berbunyi, sontak membuat para siswa-siswi bersorak girang sebab perut mereka sudah meraung kelaparan. Tak ayal, hal tersebut menjadikan ku sebagai pusat perhatian mereka. Banyak siswi yang mendatangi tempat dudukku bersama Anna.

"Hai, eun ra. Salam kenal!" Aku tersenyum lalu menjabat tangan mereka satu persatu. "Aku senang kau masuk ke kelas kami. Kau sudah menjadi perbincangan di sekolah ini, karena katanya kau sangat cantik. Dan ternyata benar, kau sangat cantik Eun Ra!" Ucap salah satu siswi dengan bersemangat. Mendengar hal itu sontak membuatku tersenyum, lalu mencoba untuk akrab dengan teman baruku di sini.

"Apa kalian bisa menunjukkan kantin sekolah padaku? Aku cukup lapar."

"Ayo, kami antar!" Ucap Anna bersemangat. "Awas kalian, aku akan mengantarkan eun ra ke kantin." Tambah Anna seraya menarik lenganku keluar. Pantas saja gadis ini terkesan ramah, ia adalah ketua kelas.

"Hei, Anna. Kau tidak adil, bagaimana kau bisa membuat seluruh pandangan tertuju pada kalian? Ajak kami juga~" Ujar salah satu siswi lalu yang lainnya ikut mengejar kami. Jadilah kami berjalan bersama menuju kantin.

Banyak siswa sekolah ini yang melirikku sembari menebar senyuman. Aku hanya membalasnya dengan menganggukkan kepala, tak mau kejadian beberapa waktu lalu terulang sebab aku di nilai terlalu ramah juga bodoh dalam waktu bersamaan. Namun, ku akui bahwa dengan penampilanku yang sekarang pandangan orang lain mengenai berubah 180 derajat.

"Eun ra, sepertinya kau tidak pandai bersosialisasi ya?" Tanya Anna saat kami sudah duduk dan mendapatkan makan siang.

"Eum, aku sedikit gugup jika berada di lingkungan baru. Aku tidak pandai bergaul."

"Ah, tenang saja. Selagi kau bersamaku, kau akan mudah mendapatkan teman."

"Terima kasih, Anna."

"Sama-sama Eun ra. Aku senang membantumu."

Kami kembali menikmati makan siang, sampai ada salah satu suara yang mengintrupsi kegiatan kami. "Hei, Song Anna. Kau punya teman baru ya? Boleh kenalkan pada kami?" Ucap lelaki yang berdiri tak jauh dari Anna. Anna menghela napas jengah, aku tak mengerti mengapa Anna begitu.

"Diamlah Woorin. Jangan ganggu kami, kau belum sadar juga setelah ku pukul kemarin?"

Lelaki jangkung dengan seragam yang tidak rapih itu tersentak, ku simpulkan lelaki itu adalah Woorin. Dan beberapa siswa yang mendengar hal tersebut berbisik di belakang sebari tertawa mengejek. "Diam kalian!" Ucapnya berteriak.

"Kau yang diam, berengsek!" Ucap Anna sarkas. Aku tertegun mendengar ucapan itu dari seorang gadis periang seperti Anna. "Kau mulai berani ya?"

"Huh ... memangnya sejak kapan aku takut?" Anna berdiri lalu mengebrak meja hingga beberapa siswa yang berada di belakang Woorin terkejut. "Dengar ya, Lim Woorin! Jika aku melihatmu melakukan yang tidak-tidak lagi pada para siswi. Aku akan menghancurkan masa depanmu!" Ucap Anna tegas dengan mata yang melirik ke arah bawah.

"Sialan, dasar kau perempuan bengal!"

"Hei kau-" Anna hendak memukul Woorin, namun ku tahan lengannya. "Sudah Anna, kau menjadi pusat perhatian sekarang." Anna kembali tenang dan duduk. Aku yang penasaran bertanya padanya.

"Sebenarnya ada apa Anna?"

Anna menghembuskan napas kasar, "Lelaki itu berengsek. Ia sering sekali melakukan hal yang tidak baik dengan para siswi dan membully siswa yang lugu. Termasuk adikku." Ucapnya memelan di akhir kalimat. "Adikku sampai tidak mau masuk sekolah beberapa minggu karena ulahnya."

"Awalnya adikku tidak mau, kalau identitasnya sebagai adikku terbongkar. Karena kami sangat berbeda. Meski aku sudah bilang, aku tak masalah. Ia tetap tidak mau. Akhirnya, dia di bully oleh Woorin." Anna kembali menarik napasnya, "Pokoknya kau jangan sampai bertemu dengan Lim Woorin. Dia itu berengsek."

Aku mengangguk patuh, lalu kembali makan dengan perasaan yang tidak baik. Ternyata di mana pun tempatnya, siswa nakal itu ada. Sekalipun di sekolah bagus seperti sekolah ini.

Akankah aku baik-baik saja?

.
.
.

TBC.

Hahahaaaa... maap ini agak kurang ngfeel. Ya pokoknya begitu lah. Di chapter selanjutnya, akan ada tokoh baru yang super tamvan yang akan menemani kita~~

Stay tuned, yaa^^!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 01, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Look at Me, Now!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang