2

133 18 1
                                    

Happy reading!

Jangan lupa click bintang!

________

AUTHOR POV's

Sepeninggal Jacquelyn dari ruangan Aaron, Aaron kembali merencanakan sesuatu untuk mengerjai Lyla habis-habisan karena tadi wanita itu sudah berani mengatakan jika dirinya rendahan. Padahal mau dilihat dari sudut pandang manapun, seorang Alejandro Aaron Dimitri sama sekali tidak memiliki sisi rendahan dalam dirinya. Sedikitpun tidak ada.

"Leils, buatkan aku coffee latte panas. Sekarang." ujar Aaron memulai rencananya dengan nada bossynya yang sangat kentara.

"Baik, Sir. Saya akan meminta office boy untuk segera mengantarkan pesanan anda." jawab Lyla menyauti ucapan bossnya itu sebelum ia menelefon ke bagian pantries.

"Apa kau tidak mendengar ucapanku barusan?" ucap Aaron tepat sebelum tangan Lyla mengangkat gagang telefon yang ada di atas mejanya.

"Maaf sebelumnya, tapi saya tidak tuli dan saya mendengar dengan jelas jika anda memesan coffee latte panas." jawab Lyla yang kali ini sudah berada tepat di meja Aaron dan sudah menatap bossnya itu dengan tatapan kesalnya karena Aaron lagi-lagi memancing emosinya.

"Kau tuli, karena kau tidak mendengar jika aku menyuruh kau yang membuatnya sendiri untukku—bukan office boy." balas Aaron sambil menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi kebesarannya seraya menaikkan sebelah alisnya.

"Maaf sebelumnya, tapi itu bukan tugas saya, Sir. Saya bekerja sebagai sekretaris anda di sini. Jadi—"

"Jadi kau ingin aku pecat saat ini juga? Fine, kau di pe—" ucap Aaron memotong perkataan Lyla barusan.

"Okay! Okay! Saya yang akan membuatnya sendiri untuk anda! Saya permisi!" jawab Lyla sebelum Aaron menyelesaikan ucapannya dengan kesal sambil beranjak meninggalkan Aaron dengan sengaja menghentak-hentakkan kakinya dan membanting pintu ruangan boss nya itu dengan kasar.

Aaron langsung tertawa lepas Saat Lyla sudah pergi dari ruangannya karena ia merasa puas bisa membuat sekretaris beraninya itu kesal setengah mati. Aaron Yakin, pasti selama perjalannya menuju pantries, Lyla akan menyumpahinya dengan segala sumpah serapah buruk dan segala kutukan untuknya.

Sementara itu, Lyla yang sangat kesal dengan perbuatan semena-mena atasannya itu berniat untuk balik mengerjai Aaron dengan membuat coffee latte super panas dan super asin dengan memberinya banyak sekali garam di dalamnya.

"Biar saja, biar tau rasa! Dasar tukang perintah!" gerutu Lyla sambil menyendokkan tiga sendok makan garam ke dalam coffee latte untuk Aaron dengan menyunggingkan senyum jahatnya.

Setelah merapikan semua bukti kejahatannya, Lyla segera membawa nampan yang berisi segelas kopi di atasnya itu dengan sangat hati-hati dan senyum mengembang penuh di wajahnya. Sesampainya di depan pintu ruangan Aaron, Lyla membenahi raut wajahnya agar boss nya itu tidak curiga dengannya.

Knock knock

Lyla mengetuk pintu besar itu terlebih dahulu sebagai formalitasnya sebelum pada akhirnya ia langsung membukanya dan menatap Aaron dengan melemparkan senyum sumringahnya. Sedangkan Aaron yang melihat kejanggalan pada perubahan raut wajah Lyla yang tadinya kesal menjadi tersenyum, menjadi curiga dan waswas dengan sekretarisnya itu.

"Ini coffee latte pesanan anda, Sir. Silahkan diminum." ujar Lyla seraya meletakkan cangkir kopi yang ia bawa ke hadapan Aaron—masih dengan senyum mengembang di wajah cantiknya.

"Sebenarnya, kopi ini untukmu, Leils. Jadi, minumlah." jawab Aaron dengan menatap Lyla dengan senyuman penuh artinya sambil menyodorkan kopi itu mendekat ke arah Lyla lagi.

BAD LUCK 'CAUSE THE BAD BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang