2. Teruntuk Bapak Dan Mamak.

42 2 0
                                    

Bapak, Mamak. Tulisan ini kutuliskan untuk kalian.

Aku tak tahu, kapan masa dimana anakmu tak dapat lagi menjelma tumbuh dewasa di depan pelupuk mata kalian.

Rasanya, cepat sekali waktu ini berputar, ya. Dulu kalau aku ingat, aku adalah wanita kecil yang manja. Yang selalu paling awal berteriak meminta ikut kemanapun kalian hendak berpergian.

Aku ingat betul bagaimana Bapak mengendongku saat aku terlelap didepan layar siaran televisi, dan mengajarkanku untuk berani tidur sendiri.  Bapak, caramu merawat dan mendidikku sungguh memuliakanku sebagai seorang wanita.

Dan, Mamak.

Aku tak sanggup merangkai kata-kata untuk mengimbangi betapa hebatnya engkau merawat dan mendidikku. Kasih dan sayang Bapak dan Mamak begitu membekas mengiringi pertumbuhanku dengan sangat baik.

Aku tak tahu, sampai kapan aku bisa merayumu dengan manja,  dan tersenyum lagi tertawa tatkala engkau mengiyakan permintaanku.

Ah, menyedihkan sekali saat membicarakan waktu, ya.

Sebab disuatu saat nanti akan ada waktu dimana kita akan berpisah. Tapi aku tak pernah tahu, kapan yang akan berpulang lebih dulu.

Bapak, Mamak.

Maafkan anakmu ini.

Sungguh, kesekian kalinya aku telah gagal untuk menggerakkan bibirku untuk menyampaikan maaf dihadapan kalian.

Maafkan aku, yang masih sering mengecewakanmu. Membuatmu kesal, dan membuatmu malu dengan tingkah konyolku.

Lisan, serta sikapku yang sekiranya pernah menyakiti hatimu, sungguh, aku meminta maaf, dan menyesali atas apa yang aku lakukan itu.

Terima kasih, sudah menjadi orang tua yang hebat. Orang tua yang banyak mengajarkanku arti kehidupan. Menasehatiku dengan tutur kata lembut kalian, dan mengajariku dengan cara yang penuh dengan hikmah.

Maafkan aku, yang terkadang terlalu antusias menyebutkan mimpi-mimpi besar yang sejatinya dapat membebankan kalian.

Namun kalian sama sekali tidak pernah mematahkan impianku. Kalian tersenyum, menyambut hangat impian-impian besarku. Mendukung, dan mengajarkanku bagaimana cara mewujudkan impian, yang tak akan pernah lepas dari nasihat doa dan usaha.

Maafkan aku yang sering mengeluh dihadapan kalian.

Padahal, rasa lelah dan letihku tak setara dengan rasa lelah dan letih kalian. Tumitku yang sering terasa nyeri setiap saat, tak setara dengan lelah dan letih kalian saat dulu menggendong, membawaku kesana kemari hanya untuk menenangkanku dari tangis, dan untuk melelapkanku dalam tidur.

Walau pengaduanku atas segala lelah yang kurasa sepulang bekerja, Bapak dan Mamak selalu tersenyum. Menyambutku dengan pelukan yang hangat, serta senyuman Bapak dan Mamak yang selalu mengajarkanku arti keikhlasan, dan juga sabar dalam mencari rezeki dijalannya Allah.

Maafkan aku yang belum bisa membalas setiap kebaikan kalian, Bapak, Mamak.

Maafkan aku yang terkadang masih terbata untuk menyampaikan kasih sayangku kepada kalian. Namun kuharap, kalian dapat memahami bahwa aku sangat mencintai dan menyayangi kalian karena Allah.

Izinkan aku menyampaikan cinta dan sayangku melalui bakti dan juga doa terbaik yang aku kirimkan kepada Tuhanku untuk kalian.

Kuharap Allah mengizinkan Bapak, Mamak, dan juga aku untuk bersama didalam surgaNya. Tersenyum dan tertawa bersama, menikmati keindahan dan kenikmatan yang sudah Allah janjikan kepada orang-orang yang beriman dan bertakwa kepadaNya.

Semoga Allah mengizinkanku memberikan sebuah hadiah istimewa untuk kalian di akhirat. Hadiah yang dapat membawa kalian pada keabadian penuh dengan kenikmatan, keindahan, kenyamanan, dan tidak ada perasaan khawatir lagi didalamnya.

Yaitu masuk surga bersama-sama kalian.

Terima kasih dan permohonan maaf yang sebesar-besarnya untuk kalian, Bapak dan Mamak.

Sekali lagi, aku mencintai dan menyayangi kalian, sungguh karenaNya.

__________

Pernah RapuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang