August

243 48 6
                                        

"Back when we were still changing for the better, wanting was enough
For me, it was enough.
To live for the hope of it all, cancel plans just in case you'd call and say "meet me behind the mall"
So much for summer love, and saying "us"
'Cause you weren't mine to lose" — Taylor Swift, August

To live for the hope of it all, cancel plans just in case you'd call and say "meet me behind the mall"So much for summer love, and saying "us"'Cause you weren't mine to lose" — Taylor Swift, August

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

𝒇𝒐𝒍𝒌𝒍𝒐𝒓𝒆

Hyungseob pertama bertemu dengan Guanlin hanya beberapa bulan yang lalu—di sebuah bimbingan belajar, lebih tepatnya.

Dan pada pandangan pertama, Guanlin telah memikat hatinya. Bagaimana pria itu tersenyum dan tertawa dan bergurau dengan teman-temannya, menampakkan sebuah lesung pipi di pipi kirinya, membuat senyumnya terlihat menawan, namun kekanakan di saat yang sama.

Hyungseob tak pernah berani mendekati pria itu, bukan hanya karena mereka berbeda sekolah, melainkan juga karena sesekali, pria itu akan datang bersama kekasihnya—seorang pria dengan sepasang mata terindah yang pernah Hyungseob lihat. Kedua matanya bersinar indah, bagaikan bintang di langit malam.

Dan berdua, mereka sempurna.

Dan selama berbulan-bulan, Ia hanya menyimpan rasa sukanya pada Guanlin, memperhatikan pria itu dari jauh, dan terus begitu, sampai suatu hari di musim panas, Hyungseob mendengar bahwa kekasih Guanlin—Jihoon, begitulah nama yang selalu Ia dengar dari percakapan mereka, sedang pergi ke luar kota sepanjang musim panas.

Bodohnya, Hyungseob pikir saat itu Ia bisa merebut Guanlin. Jika Jihoon tak ada, maka Guanlin pasti akan membutuhkan perhatian yang sedang tak bisa Jihoon berikan itu, sehingga hari itu, Ia memutuskan untuk menepikan mobilnya saat Ia berpapasan dengan pria itu di jalan, dan berkata "Guanlin, masuklah. Aku akan mengantarmu".

Dan semuanya terjadi begitu saja. Percakapan yang mulanya basa-basi berubah menjadi tatapan menggoda, tatapan berubah menjadi bisikan, dan hal selanjutnya yang Ia ketahui adalah Guanlin, berada di atasnya, berbisik di telinganya.

"Are you sure?"

Dan Ia hanya menganggukkan kepalanya akan pertanyaan itu, menandakan Ia yakin dan setuju atas apa yang mereka lakukan hari itu.

Itu pengalaman pertama Hyungseob. Pengalaman pertama yang ia serahkan dengan senang hati pada seseorang yang bahkan bukan miliknya—hanya karena baginya, sekadar menginginkan Guanlin sudah cukup. Sekadar memiliki pria itu di sisinya saat ini, meskipun hanya sebatas hubungan seksual semata sudah cukup.

Namun keserakahan adalah suatu sifat dasar yang dimiliki oleh semua manusia. Sekadar menginginkan Guanlin tidaklah lagi cukup baginya. Sekadar berada di sisi pria itu meskipun hanya sebatas hubungan seksual tidaklah cukup baginya.

Ia ingin memiliki pria itu. Menulis, mengukirkan namanya pada punggung tegap pria itu di bawah teriknya sinar mentari bulan Agustus, seperti bagaimana Jihoon telah mengukirkan namanya pada benak dan hati Guanlin.

Folklore // pjh + lglTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang