Exile

239 51 1
                                        

"I think I've seen this film before, and I didn't like the ending
You're not my homeland anymore, so what am I defending now?
You were my town, now I'm in exile seeing you out"— Taylor Swift ft. Bon Iver, Exile.

𝒇𝒐𝒍𝒌𝒍𝒐𝒓𝒆

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

𝒇𝒐𝒍𝒌𝒍𝒐𝒓𝒆

Guanlin tahu pasti apa yang telah Ia perbuat bukan merupakan hal yang benar—Ia tahu pasti apa yang terjadi pada masa lalu Jihoon, and yet, he still chose to do that regardless, did the worst thing he ever did in his entire life.

Namun Guanlin hanya tak pernah berpikir bahwa konsekuensi dari perbuatannya adalah Jihoon akan membencinya dan benar-benar pergi meninggalkannya.

He didn't know he wouldn't even be able to explain about what actually happened when he saw Jihoon cry in front of him—when his tears hit the cold, hard ground right in front of him, showing the vulnerability Jihoon never showed to anyone else but him.

Heck, he didn't even know that Jihoon would ever find out.

Jihoon-lah yang terluka di sini. Bukankah egois sekali jika Guanlin malah bersikeras meminta Jihoon mendengar penjelasannya di saat Ia-lah yang menyakiti kekasih—ah, mantan kekasihnya itu?

Ia hanya khilaf saat itu. Ia berniat pulang ke rumah setelah bermain dengan teman-temannya saat tiba-tiba, Hyungseob muncul begitu saja bagaikan wujud nyata dari segala niat terburuknya, menggodanya di saat Jihoon sedang pergi menghabiskan sepanjang musim panas di rumah neneknya, dan Guanlin tergoda begitu saja.

But it was just a summer thing. Guanlin even had broken up with Hyungseob as the leaves on the maple tree turns yellow at the end of August, just shortly before Jihoon got back from his Grandmother's house.

Inginnya Ia berkata begitu, menjelaskan pada Jihoon betapa Guanlin mencintainya, betapa semuanya hanyalah sementara dan hanya Jihoon-lah satu-satunya yang selalu ada di pikirannya—tapi bagaimana bisa Guanlin menjelaskan itu semua? Bukankah egois sekali, memaksa orang yang sudah kau sakiti untuk memaafkanmu?

Dan Guanlin tidak tahu bahwa Jihoon hanya butuh waktu lima menit untuk mengakhiri hubungan mereka. Tanpa meminta penjelasan darinya terlebih dahulu, Jihoon pergi begitu saja, membawa segala kenangan mereka bersamanya.

Dan Ia tak tahu pula bahwa Jihoon hanya butuh beberapa hari untuk berdiri di sudut lain dari cafeteria ini bersama dengan pria lain yang kini melingkarkan lengannya pada pinggang pria manis yang merupakan mantan kekasih Guanlin itu, dan menertawakan entah gurauan konyol Daniel yang mana.

Guanlin mengenal pria itu. Sangat mengenalnya. Pria itu Kang Daniel, siswa kelas 3 sekolah menengah atas, senior mereka yang sejak dulu tak pernah malu-malu untuk menyembunyikan rasa Sukanya pada Jihoon meskipun jelas-jelas ada Guanlin di sana.

Dulu, Jihoon selalu terang-terangan menolak pria itu, mengatakan dengan tegas bahwa Ia sudah memiliki kekasih.

Dulu, Jihoon selalu tertawa saat Guanlin mengatakan bahwa gurauan Daniel—gurauan yang sama dengan yang ditertawakan Jihoon saat ini, tidak lucu sama sekali.

Folklore // pjh + lglTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang