SM 4

75 23 114
                                    

Hari pernikahan itu pun benar benar di langsungkan. Disini Asiyah sedang duduk di kamarnya menunggu ijab qobul itu selesai.

Berbeda dengan kebanyakan pengantin yg akan gugup menunggu ijab qobul itu selesai, Aisyah malah dengan santai memainkan game kesayangannya itu.

Matanya terlalu fokus memainkan mobile legends nya itu, hingga ia tak menyadari bahwa Anaya sudah berdiri di sampingnya.

"Aisyah" panggil Anaya.

Aisyah hanya memberikan deheman sebagai jawaban. "Itu ijab qobul nya udah selesai". Dan lagi lagi Aisyah hanya berdehem.

"Ayo kita turun, suami kamu udah nungguin" ucap Anaya lagi sembari menarik tangan Aisyah.

"Nanti Mba, ini lord nya dah deket nih. Bentar lagi-"

"Assalamualaikum"

Victory

Berbarengan dengan salam itu, permainan yang Aisyah lakukan pun selesai dengan kemenangan.

"Ali, aduhh maafin mba yah. Aisyah nya susah di ajak turun" ucap Anaya merasa bersalah.

Pria bernama Ali itu pun menggeleng pelan. "Gapapa mba saya ngerti"

Anaya pun kembali menatap Aisyah yang sedang memilih Hero baru yg akan ia beli. "Yaudah mba turun dlu yah" pamit Anaya.

Aisyah masih fokus pada ponselnya, ia tak memperdulikan Ali yang sedang menatapnya itu.

Ali dengan santai duduk di ranjang Aisyah, mencopot sepatunya lalu tidur.

Aisyah yang sudah puas mengutak-atik mobile legends itu pun berdiri dan meregangkan tubuhnya yang pegal.

Matanya akhirnya menangkap sebuah pemandangan yang menurutnya menyebalkan. Bagiamana tidak? Seorang pria tak di kenal tidur di ranjangnya dengan santai.

Aisyah menghampiri Ali, lalu Aisyah menarik kasar tangan Ali. "Woy bangun bang*at!"

Ali gak bergeming ia masih melanjutkan tidurnya, Aisyah pun geram melihat hal itu. Dengan berbekalkan pengalaman, Aisyah mengambil segayung air untuk mengguyur Ali.

Namun saat ia kembali dari kamar mandi, ia tak menemukan sosok Ali yang belum sampai 5 menit yang lalu tidur di ranjang nya.

"Lah kemana perginya tuh laki?" Tanya Aisyah heran.

Masih tak Percaya dengan apa yang ia lihat, Aisyah meletakkan gayung berisi air itu di nakas. Ia memeriksa ranjangnya itu.

"Masih anget. Berarti tuh laki belum lama kabur" lalu Asiyah memeriksa kolong ranjang.

Setelah puas mencari Ali, Aisyah pun bertolak pinggang dan menatap keluar jendela.

"Sabar geh.... Tadi mba Naya bilang ijab qobul nya gak lama lagi kan? Berarti seharusnya dah selesai, tapi kenapa gak ada yang dateng kesini yah?"

Aisyah kembali memutar otaknya. "Nah! Pa jangan jangan tuh laki tuh, laki gua yah?"

Ali yang sedari tadi bersembunyi di belakang lemari itu pun keluar. Ia tau rencana Asiyah yang ingin menyiram nya dengan air, oleh sebab itu dia bersembunyi.

Ali semakin mendekati Asiyah, lalu dengan santai dia memeluk Aisyah dari belakang.

Aisyah membelakkan matanya ketika ia merasakan ada yang memeluknya tiba tiba.

Belum sempat Aisyah protes, Ali segera memotong. "Biarkan seperti ini dlu wife, ada yang sedang menuju kemari"

Aisyah ingin menyangkal, namun suara seseorang mengurungkan niatnya itu.

Ckleekkk.....

"Asiyah ibu sudah siapkan-"

"Astagfirullah. Maafin ibu, Aisyah. Ibu gak tau" dengan senyum canggungnya, ibu Aisyah pun pamit mengundurkan diri.

Setelah itu Ali melepaskan pelukannya, lalu ia kembali ke kasur dan kembali tidur.

"Woy! Enak banget lu maen tidur tidur aja! Ini kasur gua. Bapak gua yang beli." dumel Aisyah ambil menarik tangan Ali kasar.

Ali pun mau tidak mau beranjak dari kasur itu. "Baiklah jika kau memang tidak mengijinkan suami mu ini tidur disni"

Ali lantas berjalan meninggalkan kamar itu. Aisyah jadi pucat. Jika Ali benar benar suaminya, dia pasti akan kena amukan ayahnya karena mengusir suaminya itu.

Asiyah hendak mengentikan Ali, tapi dia bingung karena dia tidak tau siapa nama suaminya itu.

"Woy suami" Asiyah merutuki dirinya yg tidak pernah mencari tahu nama suaminya itu.

Ali pun menoleh. "Apa? Kamu berubah pikiran?" Tanya nya datar.

Masih mempertahankan ego nya, Aisyah mengelak. "Gak, gua mau turun ke bawah. Gua minta lo mau temenin gua ketemu sahabat gua dan pura-pura kita udah kenal akrab"

Ali menaikan sebelah alisnya. "Lantas apa yang aku dapat dari itu?" Tanya nya.

Asiyah gelagapan. Dia bingung kalau sudah begini. "Saya gak mau bantu kamu kalau gak ada timbal baliknya" lanjut Ali lagi.

Aisyah memutar otak. Dia berfikir keras apa yg akan dia berikan pada pria di hadapannya itu. "Ahh gua tau! Lo boleh tidur di kasur gua" tawar Aisyah senang. Dia senang karena dia menemukan penawaran yg lumayan.

Ali berdecih lalu tersenyum sinis. "Saya bisa tidur di ruang tamu, bahkan mungkin saya bisa pulang kerumah saya. Itu kan kasur bapak kamu" ucap Ali sarkas dengan nada ejekan yg membuat Aisyah terdiam.

Ali kembali berucap. "Hei wife! Aku bisa membantumu tanpa timbal balik tapi-"

"Tapi apa?!" Potong Asiyah cepat.

Ali kembali menunjukkan senyum sinis nya. "Tidak. Tidak jadi ada tapi. Anggap saja ini hadiah dariku"

Geram melihat Aisyah yg masih mematung itu, Ali menarik Asiyah kasar. "Woy pelan pelan woy. Gak sabaran banget lu jadi cowok" teriak Aisyah keras.

Tepat di depan pintu kamar, Ali menoleh untuk menatap Aisyah. "Nama ku Ali, bukan Woy"

"Oowhh oke oke, ntar gua inget kalo niat" ucap Aisyah malas.

Aisyah pun berjalan duluan meninggalkan Ali yg masih menatapnya.

×××÷×××

Lanjut?

Tinggalin jejak dong. Pencet bintang nya oke😉

Simbiosis MutualismeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang