SM 3

85 24 120
                                    

Aisyah dan Yolan sedang duduk bersantai di ruang tamu.

"gimana persiapan pernikahan lu sah?" Tanya Yolan penasaran.

Aisyah menatap Yolan sekilas, lalu ia pun kembali fokus kepada mobile legends nya itu.

"Mentang mentang dah mau nikah, sombong lu ye!" Yolan pun pura pura ngambek.

Aisyah membuang nafasnya kasar. Ia pun meletakkan asal ponselnya ke meja, lalu ia beralih menatap Yolan.

"Katanya sih 3 hari lagi, gua sih bodo amat gua gak peduli" Aisyah memasukkan pisang goreng itu kemulut nya.

"Trus sapa nama calon laki lu?" Aisyah menggeleng dengan mulutnya yg masih penuh itu.

"Gua gak tau, dan gak mau tau, plus gak peduli"

"Gila si, lu tuh calon bini nya. Sebagai seorang bini lu tuh harus bisa berbakti sama suami sah. Lu seharusnya-"

"Yol, gua gada niat nikah. Toh cerita gua sama cerita lu tuh jauh beda sayang koh"

"Beda apa nya? Kita sama sama di jodohin kan?"

Aisyah kembali menggeleng keras. "Beda yol, si pak jaksa itu dewasa dan lu emang udah pernah ketemu beberapa kali sama dia. Lagipula lu juga udah kepoin dia setelah lu di tetapin bakaln nikah sama si pak jaksa itu"

"Tapi sah, lu juga harus kek gitu tau. Lu bakal jadi bini-"

"Bodo. Gua gak peduli. Kalo masalah itu mah gampang ntar gua omongin pas dan nikah"

Akhirnya Yolan pun menghela nafas pasrah. Manusia keras kepala seperti Aisyah mah susah untuk di taklukan.

"Assalamualaikum"

Yolan dan Aisyah pun menengok ke arah pintu masuk. Seorang pria berjas hitam itu masuk dengan wajah datarnya setelah melihat Aisyah.

"Wa'alaikumsalam" jawab Yolan dan Aisyah berbarengan.

Pria itu pun duduk di sofa. Dengan cekatan Yolan membantu pria itu melepaskan dasi, lalu ia mengambil alih tas yg pria itu bawa.

"Sah, gua ke dalem bentar. Lu ngobrol ngobrol dulu gih sama mas Arkan" ucap Yolan lalu pergi.

"Hai pak jaksa pa kabar" sapa Aisyah canggung.

"Ada perlu apa ke sini?" Tanya nya to the poin.

"Yeehhh si pak jaksa mah gitu ih, yakali mau maen kudu ada alesan" ucap Aisyah.

"Saya gak suka Yolan terlalu banyak bergaul sama bocah gadungan kayak mau" ucap Arkan datar

Bukannya tersinggung, Aisyah malah tertawa. "Ahahaha terimakasih loh pujiannya pak, saya emang gadungan anaknya pak. Gak perlu di ragukan lagi" sahutnya bangga.

Arkan tak peduli, ia menjinjing sepatutnya dan ia letakkan di rak sepatu. Sebelum ia kembali duduk di sofa, Yolan sudah lebih dulu datang dari arah dapur sembari membawa secangkir kopi.

"Lah sejak kapan lu ke dapur Yol?" Tanya Aisyah kepo.

"Sejak.... Gak tau gua juga" Aisyah memandang Yolan aneh.

"Mandi dulu gih mas!" Ucap Yolan.

Arkan menaikan sebelah alisnya. "Kalo kamu nyuruh mas mandi, terus buat apa kamu bikinin mas kopi?"

Yolan cengengesan. "Ehehe yaudah gak usah mandi dulu. Gak mandi juga mas Arkan wangi kok" ucap Yolan memeluk Arkan.

"Okhokk okhokk gua keselek becak aduh okhokk" ucap Aisyah pura pura batuk.

Yolan pun segera melepaskan pelukan mereka. Arkan menghela nafas kesal. "Ganggu aja orang lagi mesra mesraan" ucap Arkan jengkel.

Yolan terkekeh. "Sabar sah, 3 hari lagi. Ntar lu juga bisa kok peluk pelukan sama suami lu"

Arkan mental istrinya itu. "Dia mau menikah?" Ucap Arkan menunjuk Aisyah.

Yolan mengangguk. "Iya, 3 hari lagi. Nanti kita Dateng yah?"

Arkan tak menyahut,tapi iya menatap ke arah Aisyah. "Memangnya ada yg mau nikah sama kamu?" Ejek Arkan.

Aisyah menggembungkan pipinya. "Gak ada, itu geh karena di jodohin" ucap Aisyah sewot.

"Saya prihatin sama calon suami kamu itu" ejek Arkan lagi.

"Bodo pak bodo, saya juga gak niat nikah" Yolan pun kembali memasukkan pisang goreng kedalam mulutnya.

"Pulang gih! Eneg saya liat kamu disini" usir Arkan.

×××÷×××

Lanjut?

Simbiosis MutualismeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang