|1| First Impression

369 39 20
                                    

Malta, negara kecil di selatan Benua Eropa yang dikelilingi oleh Laut Mediterania. Negara indah dengan menyuguhkan suasana layaknya di abad pertengahan, masih sangat kental dengan kebudayaan Eropa klasik.

Di sana pula para turis akan di manjakan dengan berbagai festival, di mulai dari festival fashion, budaya, musik, serta senirupa. Tak lupa dengan festival khas Malta, yaitu Changing of Guard yang diadakan pada hari jumat di akhir bulan di St. George. Festival itu dilakukan dengan penampilan marching band untuk menandakan pergantian pengawal di istana Verdala.

Bahkan ibukota Malta, Valletta, menjadi pusat kebudayaan Benua Eropa yang ditetapkan dua tahun belakangan ini. Sungguh tempat yang sangat indah bagi para pecinta sejarah juga budaya.

Dan di sinilah tempat di mana aku menemukan gadis manis dengan sejuta ketertarikan yang ia keluarkan. Seseorang yang menjadi pelengkap dalam sisa cerita yang akan kulalui. Entah akan sampai akhir atau tidak, yang pasti saat ini ia sedang tersenyum manis di depan semua orang dan telah mengucapkan janji suci di depan Tuhan bersamaku.

Di tempat di mana kami bertemu untuk pertama kalinya,

Malta.

Tepatnya tiga bulan yang lalu, di saat kami tidak sengaja bertemu. Sejak awal bertemu dengannya, aku sudah terjebak dalam obsidian cokelat nan menjerat miliknya. Terobsesi akan wajah manis serta menawan dari gadis yang tak sengaja kutemui di jalan.

Sekali lagi, akan ku katakan bahwa aku telah jatuh untuk yang kedua kalinya.

*\\\*

"Jena, stop." Nafasku tersenggal, mengejar gadis kecil nan cantik berumur enam tahun itu ternyata memang sangat melelahkan.

"Jena!! I say stop!! I can't run anymore." Ucapku sedikit berteriak karena gadis itu terus saja berlari, sambil mengejekku bahwa aku tidak bisa menangkapnya.

"Hahaha ... catch me if you can, Aunt."

Awas gadis kecil itu, jika tertangkap akan ku kurung dia di kamar mandi penginapan.

Ketika aku akan mendekatinya ia menjauh lagi dariku dan aku akan terus mengejarnya. Jika begini kapan akan berakhir?

Dan benar saja ketika gadis kecil itu akan berlari lagi ia terjatuh, tepat terduduk di jalanan karena menabrak seseorang yang ada di depannya. Aku segera berlari menghampiri, sedangkan Jena sudah berada di gendongan pria itu. Dari pandanganku lelaki itu sepertinya sedang menanyakan keadaan Jena, juga sangat terlihat bahwa Jena sangat senang berada dalam gendongan pria itu terlihat dari netranya yang berbinar. Tak jauh berbeda dengan kondisi Jena, belanjaannya jatuh ke jalan dan berserakan begitu saja.

Ya Tuhan, gadis kecil ini benar-benar menguji kesabaranku.

"Ya! kan sudah ku katakan bahwa jangan terus berlari. Gadis nakal." Jena hanya tersenyum lebar mendengar omelanku, sangat mirip dengan ayahnya. "Sekarang kemari dan minta maaf padanya."

Jena melirik kepada pria yang menggendongnya, "Sorry uncle." Ucap Jena setelah tubuhnya berada di gendonganku. Pria itu tersenyum lalu menanggapi dengan anggukan.

"It's okay, sweet. But your knee-" ucap pria itu sembari tangannya menunjuk ke arah lutut Jena, mataku ikut melihat ke mana arah jari telunjuknya mengarah dan sontak membuatku membolakan mata melihat bahwa ada darah yang keluar dengan celana panjang Jena yang robek.

"Oh my! Kau benar-benar membuatku dalam masalah, Jena." Aku mencubit hidungnya gemas, sungguh aku akan dalam masalah besar. Jika orangtuanya tahu bahwa anak kesayangan mereka terluka, aku akan dimarahi habis-habisan karena tidak bisa menjaga keponakanku.

Sweet Of MaltaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang