|5| The Answer

197 35 14
                                    

Langit petang kembali menyelimuti kota bersejarah, Valletta. Kami kembali lagi ke kota ini, di mana kami pertama kali bertemu. Mengingat betapa hebatnya kekuatan kota Valletta sehingga dapat membuat kami kembali ke tempat ini, mengucapkan janji sehidup semati dihadapan Tuhan juga kerabat dekat.

Tentu saja saat itu, aku menjawab dengan anggukan mantap. Secepat itu otak kecilku menyimpan wajahnya di ingatan lalu di simpan dalam memori indahku, melupakan sekenak penjelasan ilmiah tentang bagaimana seseorang bisa merasakan jatuh cinta.

Jian dan Jungkook mengadakan pernikahannya di Barraca Gardens, mereka menyukai pernikahan outdoor. Dan tidak ingin di ketahui oleh media, hanya mengundang kerabat dekat serta rekan kerja saja hal inilah yang menjadi alasan kuat mengapa mereka memilih Malta sebagai tempat pernikahan mereka, karena sekali lagi Malta merupakan tempat persembunyian terbaik di Dunia.

Mempersiapkan semuanya dengan matang selama satu bulan setengah yang membuat keduanya benar-benar disibukkan dengan semua persiapan pernikahan. Terlebih mereservasi tempat di Malta, bukanlah perkara mudah untuk dilakukan.

Walau nyatanya Jungkook memiliki hotel megah di Valletta tidak membuatnya berniat untuk menggelar perhelatan di sana. Kendati memberitahukannya pada Jian, Jungkook lebih memilih bungkam dan membiarkan Jian menentukan tempat mereka akan mengucapkan janji bersama.

"Yaampun, Jia. Tak ku sangka, kau sungguh menikah. Kakak terharu melihatmu." Mengusap matanya yang memerah, Taehyung menatap haru adiknya yang ternyata sudah dewasa dan akan mengarungi kehidupan rumah tangga.

"Jangan berlebihan kak. Ini upacara pernikahanku bukan upacara pemakamanku."

"Aish, kau ini. Kakakmu sedang bersedih kau malah begitu." Anna yang melihat itu menggelengkan kepalanya, malu melihat tingkah laku suaminya jika sudah seperti ini. Sangat persis seperti Jena, bahkan bisa melebihi Jena.

"Hai, uncle! Jena rindu sekali." Gadis kecil cantik itu merentangkan tangannya; meminta di peluk sekaligus di gendong oleh paman tampannya.

"Uncle juga rindu dengan Jen, boleh minta kecupanmu, sweet?" Dengan semangat Jena menganggukkan kepalanya lalu mengecup kedua pipi Jeon secara bergantian.

"Apakah kali ini Jen, boleh memanggil uncle dengan sebutan Papa Jeon terus menerus?"

"Tentu saja boleh, sweet." Ucap Jungkook.

Perlahan Jungkook menurunkan Jena dari rengkuhannya, mengembalikannya pada orangtuanya.

"Jena... ingin memiliki adik tidak?" Tanya Jungkook pada Jena, tentu saja gadis manis itu menggangguk antusias. "Tentu saja, Jen mau. Mana adiknya papa Jeon?"

"Tunggu ya, nanti akan hadir di dalam perut mama Jia."

"Jungkook!" Jian yang mendengar itu langsung merasakan panas di sekitar wajahnya, bisa-bisanya Jungkook berungkap seperti itu kepada Jena.

"Minta kepada papa mamamu saja, Jena. Mereka akan senang hati memberikannya." Ungkap Jian pada Jena.

"Pokoknya Jen ingin seorang adik bayi. Tak peduli dari uncle atau dari mama."

"Ya sudah, Jen akan menunggu. Jen mau adik yang lucu ya paman." Lanjutnya dengan bibir mengerucut dan tangan telunjuk yang mengarah tepat pada Jungkook serta Jian, sedangkan kedua orangtua Jena tertawa dengan kepolosan anaknya.

"Sudah sudah, kasihan pengantin wanitanya di goda terus menerus." Untung saja Anna menyela sehingga wajah Jiyeon tidak akan berubah menjadi kepiting rebus.

"Ayo cepat ma. Jena ingin makan es krim, nanti kalau habis bagaimana? Ayo~. Aunty, papa Jeon Jen pergi dulu ya ... ingin es krim, bye." Ketiga orang itu pergi meninggalkan Jungkook dan Jian.

Sweet Of MaltaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang