Dan benar saja selama setengah hari, kami sudah mengunjungi tempat yang ia sebutkan tadi. Berakhirlah kami di sebuah restoran dekat dengan Barracca Gardens, sangat mengesankan ketika bisa melihat upacara menembakan meriam yang di lakukan oleh masyarakat Malta sebagai bentuk penghormatan. Mereka benar-benar menggunakan pakaian tentara inggris dengan lengkap.
"Papa Jeon, apa Jena boleh membeli es krim?" Tanya Jena kepada Jungkook.
Gadis kecil ini sedari tadi banyak sekali mau nya. Di mulai dari lonceng dan snow globe di toko kerajinan yang kami kunjungi tadi, dan iaa meminta semua itu pada Jungkook. Terlebih Jungkook selalu menuruti apa keinginan gadis manis itu. Jika seperti ini aku terlihat seperti ibu yang selalu melarang anaknya membeli barang tak berguna, dan Jungkook adalah ayah yang selalu menuruti kemauan putrinya.
Ya Tuhan, apa yang aku pikirkan?
Dan mengenai sebutan Jena pada Jungkook, panggilan itu baru saja terjadi ketika Jungkook selesai membeli barang yang di inginkan Jena. Memberikan wajah manis dengan mata menggemaskan Jena berucap, "Terima kasih banyak, papa Jeon." Lalu mencium pipi kiri Jungkook.
Dan lihatlah sekarang, Jungkook kembali menuruti kemauan gadis kecil ini. "Tentu, sweet. Pesan es krim yang kau inginkan."
"Jangan membelikannya, Jungkook-ssi. Nanti ia akan besar kepala dan terus meminta hal aneh padamu."
"Jen tidak meminta hal aneh pada papa Jeon, kok. Hanya es krim aunty." Sergah Jena, terlihat sekali tidak ingin kalah.
"Tak apa Jian, aku senang membelikannya untuk Jena." Ucap Jungkook ramah padaku
"Lalu apakah mama Jia mau es krim juga?" Tanya Jena padaku.
Aku yang sedang meminum minumanku tersedak, terkejut akan panggilan Jena untuknya. Tunggu, Mama Jia?
"Iya, bilang saja kalau mama Jia juga ingin es krim."
Anak ini, sungguh selalu bisa membuatku kesal. Aku berdehem singkat, menetralkan rasa terkejutku. Lalu aku menolehkan pandangan pada kedua orang yang ada di hadapanku saat ini.
"Apa kalian bilang? Mama Jia?" Tanyaku dan kedua orang tersebut mengangguk antusias, "Hei, aku masih terlalu muda untuk di sebut mama. Dan Jena, aku ini bibi mu bukan mama mu."
"Kan mama sedang tidak ada, aunty. Jadi Jen panggil aunty mama saja, ya?"
"Iya, Jian. Lagipula dari pada aku di sangka duda beranak satu oleh orang-orang karena di sebut papa oleh Jena, lebih baik kau jugs disebut mama oleh Jena. Setidaknya mereka bisa melihat kita sebagai pasangan yang manis." Ucap Jungkook dengan lancarnya.
"Oh, jadi kau sudah berani menggodaku ya tuan Jeon? Jika ku goda balik, kau akan lupa daratan." Ucapku menantang.
"Coba lakukan padaku."
"Apa?" Tanyaku bingung.
"Katanya ingin menggodaku juga, coba lakukan."
"Sungguh? Kau menantangku ya."
Lalu Jian mendekati Jungkook secara perlahan, memiringkan wajag sembari mendekatkan wajah mereka hingga saat ini tersisa beberapa senti saja untuk kedua labium mereka bersatu. Ketika sadar akan perbedaan raut wajah Jungkook saat ini. Jian segera meniupkan napasnya di depan wajah Jungkook, dan tentu saja pria Jeon itu langsung menutup kedua kelopak matanya.
Sungguh menggemaskan ketika melihatnya gugup seperti ini.
"Hahaha ... kau lucu sekali Tuan Jeon. Wajahmu-" ucap Jian seraya menjauhkan wajah dari Jungkook. Dan seketika kupingnya langsung memerah lalu mengalihkan pandangan ke arah lain asalkan tidak melihat obsidian menjerat milik Jian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Of Malta
Fanfiction[Completed] The sweetest part of Malta. Can you guest it? It's You. . . . •Series 1 Short Story End : Dec. 17/2020 Cover by: Oryctolagusss