|2| Planning

140 37 6
                                    

Mereka akhirnya sampai di penginapan dimana tempat mereka singgah sementara di Malta. Sungguh ini sangat melelah. Ini sudah jam lima sore, namun kakak Jian masih belum ada di kamarnya terbukti dengan pesan yang Jian dapat ketika baru saja sampai di depan pintu penginapan. Isi pesan itu adalah pemberitahuan bahwa kakak laki-laki beserta istrinya akan pulang sekitar jam tujuh malam.

"Aunty, Jen lapar." Ucap gadis yang sedang berbaring di samping Jian. "Apa ada makanan?"

Rasanya masih ada di paper bag tadi.

Bangkit dari tidurku beralih menuju paper bag mencari hobz biz-zejt* yang tadi sempat ku beli ketika sedang berjalan-jalan dengan Jena.

*makanan tradisional Malta, yang hampir serupa dengan sandwich.

"Nah ini, makanlah." Jian memberikannya pada Jena.

"Eum ... aunty tidak lapar? Tak apa aku memakan makanan milik aunty?"

"Tak apa, aku belum lapar. Makanlah." Setelahnya Jena memakan dengan lahap hobz biz-zejt milikku, terlihat sekali bahwa ia sungguh sedang kelaparan.

Baru saja Jian akan bersiap untuk mengganti pakaian dengan yang lebih nyaman. Ponselnya berbunyi menandakan ada seseorang yang mengirimkan pesan.

Jeon Jungkook
Apa kau sudah sampai penginapanmu?

Segera saja Jian mengetikkan balasan untuk Jungkook.

Sudah.

Baguslah kalau begitu. Selamat beristirahat.

Terima kasih. Kau pun, selamat beristirahat.


Tadi ketika mengantarkan Jian sampai lobi hotel Jungkook meminta nomor Jian. Alibinya agar mudah menghubungi Jian besok.

"Aunty." Jian menoleh pada Jena menunggu kelanjutan frasa apa yang akan ia lontarkan.

"Uncle yang tadi tampan sekali ya."

Memutar bola matanya karena ungkapan Jena. Jian pikir Jena ingin mengatakan hal penting, seperti menanyakan kedua orangtuanya. "Kau ini, tahu saja mana yang tampan atau tidak."

"Tentu saja Jen tahu. Jen ini kan perempuan, jadi pasti Jen bisa membedakan mana yang tampan atau tidak aunty." Jelasnya panjang lebar, sungguh cara berbicaranya Jena mirip sekali dengan ayahnya.

"Pintarnya keponakanku ini berbicara. Jadi gemas." Tangan Jian terangkat untuk mencubit pipi Jena yang masih penuh dengan makanan.

"Aaa ... aunty hentikan. Jen, tidak bisa mengunyah dengan benar."

Jian tertawa mendengar Jena berbicara. "Baiklah, kalau begitu aku mau membersihkan tubuh dulu ya. Diamlah di sini, jangan kemana-mana." Jena mengangguk paham dan masih terus fokus dengan makanannya.

*\\\*

Jian baru selesai membersihkan dirinya, keluar dari kamar mandi dengan menggunakan bathrobe dan handuk kecil yang tersampir di atas kepalanya. Sudah dua hari ia berada di Malta dan baru kali ini ia mencuci rambutnya, sekarang rasanya segar sekali.

"Iya, pa. Tadi Jen dan aunty bertemu dengan seorang uncle yang tampan."

"Sangat tampan, sampai-sampai aunty Jia melamun. Hahaha"

Jena yang sadar akan kehadiran Jian dan dengan secepat kilat mematikan sambungan telephone dengan orangtuanya lewat ponsel Jian.

"Sudah ya pa. Nanti akan Jen ceritakan semuanya, bye papa." Putusnya.

Sweet Of MaltaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang