Sudah sebulan berlalu, tapi sampai saat ini Jian masih memikirkannya. Entah mengapa Jian merindukan senyuman manis Jungkook dan selama itu pula ia tidak mencari Jian di Korea. Dan saat terakhir kali mereka berpisah Jian tidak sempat memberikan nomor ponselku yang asli. Sedikit menyesal.
Di hari itu, Jungkook dan Jian benar-benar pergi hanya berdua tanpa Jena. Itu baru kencan yang sebenarnya. Mereka bergandengan tangan, tertawa bersama, sudah tampak seperti pasangan yang sudah sangat lama bersama. Nyatanya tak ada status apapun di antara mereka bahkan baru mengenal selama dua hari, itu pun karena ketidaksengajaan.
Hari terakhir Jian di Malta sungguh indah, sebelum Taehyung menghubungi untuk segera kembali ke penginapan. Alhasil Jian dan Jungkook hanya sampai Mdina, tidak ke Gozo menuju Azure Window yang harus menyebrang pulau, padahal Jian ingin sekali ke sana.
Jian masih ingat ketika ia duduk berhadapan dengan Jungkook di sebuah restoran. Jungkook menggengam tangan Jian erat, menatap mata Jian teduh namun tajam. Hingga Jian tidak dapat memalingkan netranya dari netra Jungkook yang seindah laut Mediterania.
Mengucapkan kalimat yang tak disangka akan benar-benar keluar dari belah ranum tipisnya, dengan kesungguhan yang terpancar dari netra jernih miliknya ia berucap tegas, "Jian, mungkin ini terdengar konyol. Tapi, aku sungguh menyukaimu bahkan sudah mencintaimu. Apakah kau mau menjadi kekasihku, Han Jian?"
Namun, belum sempat menjawab pernyataan sekaligus pertanyaan gilanya Jungkook, ponsel Jian berdering menginstrupsi kegiatan mereka. Dan ternyata itu kak Taehyung yang meminta Jian untuk segera kembali ke penginapan.
Tentu saja, Jian langsung berungkap pada Jungkook jika harus segera kembali dan akan menjawabnya nanti. Sedikit kesal dengan Taehyung karena mengganggu momennya dengan Jungkook, alhasil Jian mendiamkan Taehyung selama empat hari dan sukses membuat Taehyung bingung dengan sikap sang adik.
Sayang pernyataannya itu entah sampai kapan terjawab dan yang menanyakan pun tidak sama sekali mencari, sedikit membuat ragu relung hati Jian. Apakah benar ia ingin menjadikan Jian sebagai kekasihnya? Tapi, mengapa tidak mencari untuk mengetahui jawabannya?
Sial, itu semua membuat Jian pusing dan sedikit tidak fokus dengan pekerjaannya. Jian bersumpah akan memukul kepala pria itu dengan kuat, karena sudah berani hadir mengacaukan kehidupannya tanpa berusaha memperbaikinya.
"Jia?" Jian sadar dari lamunannya mengenai pria bergigi kelinci yang menyebalkan itu. Beralih menuju seniornya yang sedang menggoyangkan tangannya di depan wajah Jian.
"Kau tak apa, Jian? Apa kau tidak enak badan?" Tanya pria yang memiliki lubang manis di pipinya itu. Hampir saja Jian menyukainya jika ia tidak bertemu Jungkook di Malta.
"Aku baik senior. Ada yang bisa kubantu?"
"Aku ingin mengajakmu makan siang, apa kau mau?" Tawarnya pada Jian, dan tentu saja Jian menerima tawaran itu karena pria ini adalah senior yang selalu dengan sigap membantunya. Namun, baru saja Jian akan bangkit dari kursi kerjanya teman kampus Jian datang menghampiri.
"Jian! di depan ada yang mencarimu." Menghasilkan kerenyitan dalam di dahi Jian.
Siapa seseorang yang mencarinya sampai kemari?
"Baiklah, terima kasih Wooyoung-ssi."
*\\\*
Jian segera keluar dari ruangannya menuju pintu depan, di ikuti Namjoon; pria berlesung pipit tadi. Sedikit berjalan cepat menuju pintu depan berniat ingin mengetahui orang yang tengah mencarinya.
Ketika sampai di persimpangan lorong Jian berbelok ke arah kiri, berjalan menuju lobby depan kantor. Di sana terlihat punggung kokoh yang sedang membelakanginya. Sedikit menerka bahwa orang itu adalah orang yang Jian tunggu selama ini, namun daripada sakit Jian berusaha membuang harapannya jauh-jauh dan berjalan perlahan menuju pria itu sembari mengatur napasnya yang sedikit berburu karena oksigen berebut masuk untuk mengisi penuh paru-parunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Of Malta
Fanfiction[Completed] The sweetest part of Malta. Can you guest it? It's You. . . . •Series 1 Short Story End : Dec. 17/2020 Cover by: Oryctolagusss