O2. ODDINARY

111 18 8
                                    

***

Mobil Chris berhenti ketika GPS sudah menunjukkan tempat yang mereka tuju. Oddinary, papan nama tempat itu sama seperti yang Felix lihat di GPS, namun tidak dengan ekspektasi yang ada di pikiran Felix.

Oddinary ternyata sebuah toko barang antik yang tidak banyak dikunjungi oleh orang, bahkan tidak ada orang satupun yang terlihat di dalamnya. Chris mendorong pintu kayu beraksen unik itu, membuat lonceng yang terpasang di atasnya berbunyi. Baru selangkah Felix memasuki tempat itu, matanya sudah disuguhi berbagai macam barang antik mulai dari guci berbagai ukuran, jam dinding, lemari, hingga pena. Debu yang menempel pada benda-benda tersebut menjadi tanda bahwa tempat ini sudah beberapa waktu tidak dikunjungi.

"Ini tempat apa?" gumam Felix pelan namun masih dapat didengar oleh Chris.

"Sebut aja toko barang antik" sahut Chris yang sama sekali tidak membuat kebingungan yang melanda pikiran Felix hilang.

Felix baru saja ingin membuka mulutnya ketika Chris mengatakan beberapa hal yang Felix tidak mengerti. Setelah itu, dari balik sebuah jam kuno besar, terdapat sebuah tangga menuju ke bawah tanah. Sebenarnya tempat apa ini?

"Ayo" perintah Chris. Felix tidak menanggapi ajakannya dan hanya mengikuti langkah kaki Chris. Awalnya tangga tersebut terlihat seperti tangga kuno, masih serasi dengan bangunan di atasnya, namun ketika Felix berbelok ke kanan, ia melihat tangga kayu itu berubah menjadi tangga modern yang terbuat dari metal, mengkilat memancarkan cahaya berwarna biru.

"Kenapa?" Chris akhirnya menyadari kebingungan yang semakin menyelimuti pikiran Felix.

"N-ngga."

Berkebalikan dengan pikirannya, hanya kata tidak yang bisa keluar dari mulut Felix, membuat Chris melanjutkan langkahnya kembali.

Mereka tiba di sebuah ruangan, seperti ruang rapat. Terdapat tujuh kursi dengan name tag terpasang rapi di setiap kursi tersebut. Dari sekian nama, Felix hanya mengetahui Chris dan Reyno, sisanya benar-benar asing.

Chris duduk di kursinya, kemudian menekan sebuah tombol berwarna hitam yang tepat berada di depannya, seakan lupa bahwa Felix masih berdiri di sampingnya.

Tak butuh waktu lama, beberapa orang datang dan memenuhi ketujuh kursi yang tersisa. Felix melirik ke arah Reyno yang duduk tepat di seberangnya, dan tampaknya Reyno belum sempat mengganti pakaiannya sejak mengantarnya tadi. Wajah Reyno juga tampak lelah namun ia terlihat tetap profesional.

"Siapa...?" Calvin mengarahkan pandangannya ke Felix, membuat Felix diserang gugup karena semua orang di ruangan itu tengah menatapnya.

"Gue kenalin nanti. Sekarang kita bahas laporan kalian masing-masing dulu" sahut Chris membuat semuanya mengangguk.

Sam berdiri, mengambil tempat di sebelah dinding besar berwarna putih dengan cool tone akibat pencahayaan ruangan tersebut. Ia mengeluarkan ponselnya lalu sibuk menyentuh layar ponselnya. Tak berapa lama kemudian, terdapat layar proyektor yang tergantung di depan dinding, menampilkan beberapa gambar yang terkesan random seperti jam dinding, oven di pantri, lampu tidur, wastafel kamar mandi, dan masih banyak lagi.

"Jadi persis sama yang gue bilang tadi, ada alat penyadap di apartemen gue. Tadinya gue pikir cuma ada di tempat gue jadi gue minta Sky buat cari tau, ternyata di setiap apartemen kita juga ada alat penyadap yang sama dan itu semua terhubung ke satu server. Tapi, Sky belum bisa nembus alogaritma mereka, jadi kita belum bisa tau siapa yang masang. Terlebih lagi waktu gue nelfon Sky, malah terhubung sama orang lain. Dan dia tau identitas gue."

Panik. Tentu saja mereka semua panik. Selama mereka menjalani pekerjaan ini, mereka seolah menjauh dari peradaban. Tidak ada yang boleh mengetahui identitas dan kehidupan pribadi mereka, bahkan para klien sekali pun. Mereka selama ini sudah terbiasa untuk hidup seperti bunglon.

ODDINARY [Stray Kids]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang