Prolog

426 21 10
                                    

Seorang gadis sedang duduk di meja panjang dekat lapangan basket. Athaya Queennisa Antarum namanya. Gadis itu sedang menuliskan beberapa rahasia mengenai orang yang dikaguminya di dalam buku diary.

Hatinya selalu bergemuruh ketika memikirkan pria yang ia suka. Namun, semua itu Athaya sembunyikan di dalam lembaran diary yang selalu ia genggam. Athaya hanya bisa diam memperhatikan tanpa mau mengutarakan perasaannya. Merasa tak punya nyali besar untuk mengungkapkan perasaannya secara gamblang.

Dan sekarang, Athaya mendadak gugup ketika melihat eksistensi laki-laki yang ia suka berada satu meter di hadapannya. Laki-laki itu Danial Bariz Rajendra. Pria yang mampu memikat hatinya saat pertama masuk sekolah. Tidak hanya tampan, Danial juga ikut dalam ekstrakurikuler basket di sekolah Membuatnya cukup populer di kalangan para gadis di sekolahnya.

Athaya memperhatikan gerak-gerik Danial yang sedang memantulkan bola basket ke lantai. Apa yang dilakukan Danial membuat perasaan Athaya tak karuan. Apalagi pria itu dalam keadaan dibanjiri oleh keringat.

Saat memandangi wajah Danial cukup lama, dirinya kini mulai menulis beberapa kalimat yang menggambarkan kondisi hatinya terhadap pria itu.

Entah sejak kapan perasaan ini mulai hadir.
Bagaikan air yang terus mengalir tanpa henti.
Hatiku selalu berusaha untuk mendapatkan semua kabar tentangmu.
Tidak pernah melewatkan sedikit waktu agar selalu bisa melihatmu walau jaraknya tidak terlalu dekat.

Wajah yang dibanjiri oleh keringat membuatku tidak bisa mengalihkan pandanganku.
Diamu saja sangat ampuh membuat jantungku berdebar tak karuan.
Perasaan semacam ini tak pernah aku rasakan sebelumnya, ditambah lagi sisi baikmu yang membuat aku selalu menyukaimu tanpa henti.

Semoga saja angan dan harapanku bisa jatuh di dalam pelukanmu. Walaupun itu semua hanya angan yang tak akan bisa sampai...

Untukmu : Danial Bariz Rajendra
Dariku : si pesan tak beranama

Bandung, 28 Oktober 2020

Setelah menyelesaikan kalimat indah itu, tak lama sesuatu mengenai kepalanya. Membuat Athaya tersentak dengan spontan mendongakkan kepala mencari dan melihat siapa yang tega melemparkan bola ke kepalanya.


Rasa marah yang sempat menggerogoti hatinya karena insiden itu mendadak sirna. Danial berada tepat di depannya, tanpa sadar Athaya memandangi wajah pria yang ia kagumi tanpa berkedip. Sungguh, jantungnya berdetak lebih cepat dan tidak bisa dikontrol.

Suara deheman pria itu berhasil membuatnya tersadar, dengan cepat ia menunduk mengontrol detak jantung yang seakan menggila di dalam sana. Gadis itu nampak gugup, menutup buku diarynya cukup kasar yang sedari tadi terbuka. Takut Danial tahu sesuatu dari buku diarynya.

Athaya melihat wajah Danial kembali. "A-ada apa ya?" tanya Athaya. Rasa gugup pun mengiringi setiap perkataannya.

"Bola basket," ucap Danial. Athaya terdiam lagi, merasa terpesona. Namun kesadarannya kembali dan tanpa sadar dirinya mengangguk kecil sebagai jawaban.

Danial menaikkan sebelah alisnya, merasa heran. Tak lama dia menggeleng kecil, tak memusingkan hal itu, Danial lalu pergi meninggalkan Athaya setelah mengambil bola basketnya.

Athaya kini sedang memegang dadanya, merasakan detak jantung yang tak terkontrol saat keduanya berinteraksi.

Athaya sendiri masih sibuk dengan perasaan senang yang membuncah. Athaya berjanji dalam hati, tidak akan melupakan kejadian siang ini.

***
-Tbc-

Buat kalian yang suka sama cerita ini, jangan lupa Vote dan komen ya!

Selalu suport aku dan jangan pernah berhenti buat suport aku!!

Papay, see you next part...

PESAN TANPA NAMA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang