Prolog

6 7 12
                                    

Kalo ada typo kasi tau yaa😉

※※※※

"Hikss...hiks..."

Sudah seharian ini Nadien menangis. Merengkuhkan tubuhnya di atas kasur kesayangannya itu. Sambil menatap dua foto digenggamannya itu.

Foto pertama menampilkan seorang anak perempuan dan laki-laki beserta orangtuanya. Siapapun pasti akan dapat menebak, betapa harmonisnya keluarga kecil ini.

Dan foto kedua menampilkan empat orang remaja yang terlihat begitu bahagia. Dengan memakai seragam putih abu-abu.
Nadien, Disti, Rena dan Angga. Itulah mereka. Disamping kanan Angga terdapat Rena. Dan di samping kiri Angga terdapat Nadien dan Disti.

"Why?" Lirih Nadien yang terdengar sangat pilu. Tatapan sendu itu tak pernah lepas dari dua foto tersebut.

"Kenapa kalian tega ngelakuin ini ke Nadien?"

"Hikss..hikss.."

"Nadien gak suka situasi ini"

"Mama Papa Arion, Nadien sakit hati. Nadien gak suka kita kayak gini. Nadien gak mau"

"Aarrghh!"

Nadien meremas dada sebelah kanan dan meringkuk semakin dalam. Tangisnya terdengar semakin keras. Tidak ada yang bisa dia lakukan sekarang ini selain menangis.

Nadien diam sejenak dari tangisnya. Mata nya menerawang kosong ke arah depan. Diangkatnya foto yang menampilkan empat orang remaja itu. Nadien tertawa hambar menatap foto itu.

"Lo berdua emang sampah sih!"

"Gak guna!"

"Gak punya hati!"

"Rendahan!"

"BANGSAT!"

"Kalian itu ngancurin segalanya TOLOL!!"

Umpatan demi umpatan terlontar dari bibir kecil Nadien. Matanya menyalang menatap foto didepannya itu. Tatapan kecewa, sedih, marah, semua campur aduk menjadi satu.

"Sampai kapan pun. Gue gak akan maafin kalian!"

Di lipatnya foto itu menjadi dua. Lalu dimasukkan ke dalam kotak coklat berukuran sedang bersama dengan foto keluarga kecil Nadien. Didalamnya terdapat barang-barang kecil yang mempunyai banyak kenangan untuk Nadien.

Nadien terdiam mematung menatap barang-barang itu. Tangannya terulur untuk meraih barang-barang itu.

"Gak! Gue gak bisa..gue gak kuat!"

"Ini..terlalu sakit buat gue"

Lagi dan lagi air matanya turun membasahi pipi Nadien. Dengan terburu-buru Nadien segera menutup kotak itu dan memasukkan ke dalam laci nakas di samping tempat tidurnya.

Nadien terduduk sambil menenggelamkan kepalanya di kedua lututnya. Membayangkan apa yang terjadi kemarin membuatnya merasa sakit hati lagi.

Dilihatnya guling di sebelah kirinya, membuat Nadien teringat seseorang yang jika menginap di rumah Nadien pasti mereka akan rebutan guling. Karna memang, di kamar Nadien hanya terdapat satu guling. Alhasil Mama Nadien merelakan gulingnya untuk mereka.

Nadien tersenyum mania membayangkannya. Di peluknya guling tersebut sambil membaringkan tubuhnya ke hadapan guling.

"Gue..kayak mati rasa" adu Nadien pada guling. Seolah guling itu adalah orang yang sangat Nadien harapkan kehadirannya.

"Lo hebat Nadien"

"Lo kuat Nadien!"

"Lo.. gak lemah, cuman belum makan aja kali" Nadien tertawa kecil mendengar ucapannya sendiri.

Nadien menyemangati dirinya. Karna kelelahan menangis tanpa sadar Nadien menutup matanya dan tertidur dengan tangan yang memeluk erat guling tersebut.

"Maaf Nadien"

"Maaf..maaf..maaf" ucap seseorang dari balik pintu kamar Nadien yang sedari tadi mendengar tangisan Nadien.

Dengan air mata yang terus mengalir dan rasa sakit mendengar tangisan Nadien dia pergi meninggalkan kamar Nadien menuju kamar tamu di lantai satu.

Tadi ia berencana ingin melihat keadaan Nadien dan mengajaknya makan malam, karna dari kemarin malam setelah kejadian, Nadien belum mengisi perutnya sama sekali.

Namun belum sempat dia mengetuk pintu kamar Nadien, dia sudah di suguhi tangisan pilu dari mulut Nadien. Dan itu membuat dia merasakan apa yang Nadien rasakan.

"Maafin papa. Papa sayang Nadien" ucapnya dengan kepala menunduk dan mata yang tertutup.

<><><><>

T. B.C.❤

Hai!
Ini adalah cerita pertama aku :)
Maaf banget kalo aneh. Namanya juga pemula. Harap maklum ya hehe
Aku butuh kritik dan sarannya dong.👌

Jangan lupa vote dan komen.
Terimakasii😊❤














CERITA NADIENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang