BAB 14

26 1 0
                                    

Sudut Pandang TRAVIS


Sambil menghela napas, aku berjalan hingga ke sudut sekolah dan menemukan Alex, kami bertatap muka lalu dengan cepat dia berbalik arah menghindariku. Bagaimana caranya aku meyakinkan seseorang agar berkencan denganku, jika menatapku saja dia tidak mau?

"Kamu nggak apa-apa?" tanya Jasper. Dia nampak khawatir. Saat itu kami sedang membicarakan pertandingan sepak bola yang akan datang sebelum akhirnya aku tiba-tiba berhenti ketika melihat sosok Alex.

"Nggak apa-apa...aku baik-baik aja kok." gumamku sambil menggelengkan kepala untuk menegaskan, sebelum akhirnya kami berjalan menuju ruang kelas untuk pelajaran selanjutnya.

Mengikuti pelajaran teknik bangunan di jam pertama sekolah, membuat suasana hatiku sedikit membaik, paling tidak satu pelajaran itulah yang satu-satunya aku kuasai. Pelajaran selanjutnya adalah sejarah dan hal yang aneh telah terjadi.......aku menjawab pertanyaan yang diberikan guru sejarah.

"Kamu jadi makin pintar." komentar Bu Guru Smith kepadaku seusai pelajaran sejarah berakhir.

"Sepertinya, Bu." sahutku, mengangkat bahu lalu menatap kearah lain. Rasanya saat ini adalah saat paling canggung yang pernah kualami. Bu Guru menanyakan beberapa hal kepadaku, tentang seberapa jauh kemajuanku.....tahulah, pokoknya hal-hal yang berkaitan dengan perkembangan akademis sekolah.

Sisa hari di pagi ini berlalu begitu saja. Jam makan siang pun dilalui dengan keheningan, tidak seperti biasanya. Sam dan Cassey saling berkirim pesan lewat ponselnya (membuatku sama sekali nggak paham, demi Tuhan, mereka kan duduk bersebelahan...) Jonah juga sedang mengerjakan PR-nya (tunggu dulu, apa?) dan teman-teman yang lainnya cuma menikmati makan siang dengan tenang. Kulempar pandangan ke sekitar, meja yang biasa diduduki Sky sekarang sudah diduduki oleh murid lain.

"Oke, apa ada sesuatu dalam makanannya?" aku menuntut penjelasan karena keheningan ini, semua orang di meja mendongakkan kepala, termasuk Sam.

"Nggak...." Tony menyahut, sambil meyeruput jusnya dengan sedotan.

"Terus kenapa kok pada sepi banget....?" tanyaku, lalu menatap spaghetti yang ada dipiringku.

"Ujian semester bakal dimajukan jadwalnya." Jonah menggeram, mataku terbelalak mendengarnya.

"Apa?" tanyaku tak percaya. Dia lagi bercanda kan?

"Iya, kalau gak salah sih biar liburannya juga bisa dimajukan jadi mereka bisa memfumigasi (menyemprot dengan asap abate) sekolah lebih awal." kata Sam sebelum kembali memusatkan perhatian ke ponselnya.

"Sialan." geramku sambil memijit dahiku sendiri. Bagaimana caranya aku bakalan lulus ujian kalau begini caranya? Waktuku sudah terbuang sia-sia cuma buat mikirin dia terus.....

"Kenapa kok kamu malah kaget gitu? Anak yang namanya Alex itu masih ngasih kamu les kan?" kata Jonah, membuyarkan lamunanku. Kugelengkan kepala, sebelum akhirnya kulambaikan tangan di depan mulutnya yang ternganga, untuk mengindikasikan kalau aku nggak mau bahas hal itu lebih lanjut.

"Alex....maksudmu cowok pendiam itu kan?" kata seorang murid asing. Semua menoleh kearahnya, kebanyakan dari kami memberinya tatapan 'ngapain kamu disini?'. Seakan-akan kami semua lupa bahwa ada dia di meja ini dari tadi. Bahkan Tony yang sepertinya kenal dengan cewek ini juga memberikan tatapan yang sama kearahnya.

"Maaf, siapa namamu tadi?" tanya Jasper, sambil mengangkat alis. Wajah cewek yang dimaksud langsung berubah kemerahan, dan menundukkan kepala menatap meja. Seakan-akan dia berdoa semoga poni panjang yang berwarna kecokelatan miliknya itu bisa menelan mukanya saat itu juga, karena rasa malu.

Awas Si Kutu Buku (Terjemahan Nerd Alert)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang