ꪆ᭡࿔ 02

21.7K 2.7K 670
                                    

𖧷 Raja mandi dengan istrinya 𖧷

.
..
.

Manik (e/c) mengerjap cepat menyadari ketidakberadaan seseorang yang memboyongnya kesini. (Y/n) mencoba duduk meski tahu sekujur tubuhnya pegal, tapi gagal. (Y/n) menyerah dan kembali menelungkup diatas futon.

"Ittai..." ucapnya berbisik.

Ringisan kecil keluar dari bibir mungil merah muda itu. Matanya menatap keluar jendela. Matahari bersinar terik pertanda dia tidur lama dan tentu saja cukup pulas.

Derit tenggorek diluar dan suara hewan-hewan yang beraktifitas membuat gadis itu mengerutkan kening.

Dimana Sukuna-sama? Adalah pertanyaan yang sejak tadi berputar diotak perempuan itu. Rambut malamnya tersebar diatas futon. Matanya memicing tatkala telinganya mendengar suara hentakan kaki yang berjalan mendekat kearahnya.

Menegakkan kepalanya pelan, suaranya sedikit tercekat melihat seseorang berdiri berkacak pinggang dengan banyak darah yang tersebar dan menempel di sekujur tubuhnya.

"Ii..." ucapnya pelan dengan mata terbelalak. "Iaaaaaaakk!!!!"

.
.
.

"Siapa?!"

Sukuna dengan tenang mengorek telinga yang gatal karena mendengar pekikan (y/n). "Suamimu."

"Sukuna-sama?! Tapi Sukuna-sama itu punya empat tangan! Kau hanya punya dua!"

Sukina berdecih kesal. "Ha... Fuyukai da." desisnya pelan. (Y/n) meringkuk disudut kamar dengan tangan yang memegang erat yukata putih Sukuna. Sukuna mengeluarkan kedua tangannya yang lain untuk meyakinkan (y/n) kalau dia Sukuna yang asli.

Mata (e/c) (y/n) melihat kearah lain ketika Sukuna dengan tidak berdosanya duduk didepannya dalam keadaan tanpa memakai baju. (Y/n) sedikit malu walau Sukuna masih memakai celana.

"Apa kau demam? Wajahmu merah, onna." tanya Sukuna. Sukuna menatap kearah yukatanya yang dipakai (y/n) untuk menutupi tubuh kecilnya mengingat yukata pengantinnya sudah dikoyak oleh Sukuna.

"Kembalikan." perintah Sukuna.

(Y/n) menggeleng, menolak perintah Sukuna. Sukuna yang jengkel menarik kerah yukatanya. (Y/n) sendiri panik dan berusaha menahan sekuat tenaga tapi apa daya, tenaga perempuan tidak sekuat tenaga laki-laki ditambah Sukuna bukan manusia yang berarti tenaganya lebih kuat dari manusia laki-laki biasa.

"To-to-tolong tunggu sebentar, Sukuna-sama," lirih (y/n) pelan. Tangannya bergetar menahan tarikan tangan Sukuna.

"Ha?"

Bibir merah muda itu sedikit kikuk ingin berbicara, "itu... Aku... Tidak punya baju pengganti Uchikake* ku" habis sudah, wajah (y/n) sudah memerah sepenuhnya karena malu.

Sukuna menatap (y/n) tajam. Mata rubinya menatap gumpalan kain putih yang sudah rusak sana sini. Sukuna ingat, dia yang menyobeknya menggunakan cakar tajamnya.

"Ck!" Sukuna terlihat tidak senang. "Memangnya kau tidak membawa pakaian kesini hah?!"

Sukuna melepas pegangannya dari kerah yukatanya yang dipakai (y/n). (Y/n) bisa sedikit bernafas lega. Lehernya sedikit tercekik saat Sukuna menarik kerahnya tadi.

"Ki-kimono," ucapnya pelan. "Kimonoku dan yang lainnya kutinggalkan di jenjang paling bawah karena terlalu berat."

Sukuna terlihat kesal dan beranjak menghilang begitu saja dari pandangan (y/n). Sukuna menggunakan kekuatannya untuk berpindah tempat dengan cepat.

Mata Sukuna menatap kesekitar jenjang pertama menuju kuilnya. Beberapa buntelan kain terlihat tergeletak begitu saja juga beberapa sesembahan dan makanan.

Sukuna mengambil semuanya dengan keempat tangannya dan kembali kedalam kuil. Mengejutkan (y/n) yang terlihat sibuk membenahi yukata Sukuna.

"Ini," ucap Sukuna tajam. "Kembalikan yukataku!"

(Y/n) dengan sigap menyilang tangannya didada, "mohon tunggu sebentar Sukuna-sama." ucapnya berhasil membuat kening Sukuna berurat.

"Pertama, saya harus mandi. Tubuh saya berkeringat dan bau gara-gara semalam. Saya berharap anda mengerti dan tidak menarik yukata ini begitu sajaaa– aduh!" ucapan (y/n) terpotong karena Sukuna yang kesabarannya sudah diujung kepala. Sukuna memanggul (y/n) dibahunya tanpa mempedulikan pemberontakan yang dilakukan perempuan itu.

"Kau ini banyak maunya! Bilang saja mau mandi! Tak perlu bertele-tele begitu!" teriak Sukuna marah.

(Y/n) yang diteriaki hanya bisa terdiam. Baru kali ini dia diteriaki seperti itu. Hatinya sedikit melongos mendengar suara Sukuna yang menggelegar meneriakinya. Sukuna yang merasa (y/n) tidak lagi memberontak langsung memboyong gadis itu memasuki area hutan. Udara sejuk langsung terasa kontras dikulit pualam (y/n).

Keduanya sampai pada sebuah kolam air dengan asap yang mengepul keudara.

Pemandian air panas alami.

Seketika mata (y/n) yang tadinya mendung langsung berbinar menatap pemandangan disebalik kolam air panas itu. Pemandangan desa yang ada disebalik pohon besar yang dedaunannya menyembunyikan tempat ini.

"Ki-kireii." lirih (y/n) kagum. Matanya menatap kesekitar kolam, pohon yang yang tumbuh dan beberapa hewan kecil yang mengintip mengamati keduanya.

Suara percikan air terdengar mengalun ditelinga (y/n).

"Oi, kau tak mandi?"

(Y/n) menatap Sukuna yang dengan santainya membuka celana dan masuk kedalam kolam pemandian air panas.

(Y/n) harus banyak bersabar melihat tingkah Sukuna yang seenaknya dihadapannya. (Y/n) berbalik dan mengambil secarik kain dari salah satu bundelan pakaian. Membuka yukata Sukuna yang dia pakai dan menutupi tubuhnya dengan secarik kain tadi.

Melangkah menuju kolam dan duduk sedikit jauh dari Sukuna. Sukuna terlihat abai dan memilih menikmati hangatnya air panas bersandar menutup sebentar matanya.

Sedangkan (y/n) yang diabaikan memilih melihat pemandangan desa yang tersaji dihadapannya. Pohon yang rindang melindungi keduanya dari matahari langsung.

(Y/n) menutup matanya, menyesap sensasi nyaman dari hilangnya letih dan pegal berkat air panas.

.
.
.

T
B
C

*Uchikake: kimono pernikahan.

.
.
.

San habis bikin chapter ini: "duh kepengen mandi air panas 😗"

See you in another chapter and series 😗😗

23 November 2020

✔ ❝Wife❞ (Ryomen Sukuna x Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang