Ticia.
Dulu dia periang, sekarang semuanya segan.
Dulu dia manis, sekarang ia arogan.
Dulu dia penakut, sekrang semuanya takut.
Its all about pain,about family, about friend, and about love.
#Friendzone
#Family
#Geng
#Love
#Romace
#Teenficion
Hiruk pikuk ibu kota tak ayal mengurungkan gadis bermata coklat gelap itu menghentikan langkahnya untuk pulang ke apartemen miliknya.
Akhelois Ticia Deidamia, gadis yang mempunyai kecantikan seperti dewi bulan seperti arti namanya Akhelois, Ticia yang mempunyai keinginan kuat, dan Deidamia sang pemberi penerangan. Namun sayang Ticia tetaplah Ticia yang berkeinginan kuat namun enggan mengeluarkan cahayanya pada orang lain bahkan pada dirinya sendiri.
Ticia memang tinggal sendiri di apartemen miliknya, kedua orang tuanya masih utuh bahkan ia juga mempunyai seorang kakak perempuan. Rumah orang tuanya masih cukup untuk Ticia tinggali bahkan mungkin mampu menampung lebih dari lima orang lagi untuk tinggal di rumah orang tuanya, namun ia enggan untuk tetap tinggal disana. Menurut Ticia terlalu berat untuknya untuk tetap tinggal bersama keluarganya.
Setelah memasukan pin untuk memasuki apertemen miliknya, Ticia melangkah menuju kamarnya untuk menaruh tas, dan memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah selesai, ia berjalan menuju dapur untuk mengambil makan malam dan menonton televisi.
Sekilas ia melihat berita yang sedang menayangkan pengacara terkenal yang tengah diwawancarai mengenai kasus selebriti tanah air untuk memperebutkan hak asuh anaknya, namun bukan topic tersebut yang ia cermati tetapi pengacara wanita yang dengan percaya dirinya menjawab petanyaan–pertanyaan dari para wartawan yang menanyakan perkembangan dari kasus selebriti tersebut.
Ticia memejamkan matanya sejenak sebelum mengganti berita tersebut dengan film bergenre action untuk mengalihkan kekesalannya, bahkan tangannya sedari tadi menggenggam sendok dengan eratnya. Ia benci saat seperti ini, kehilangan kendali untuk mengatur ketenangan emosinya.
^^
Matahari pagi mengusik ketenangan Ticia untuk bangun dari tidur nyenyaknya, sejenak ia menatap langit–langit kamar miliknya sebelum melihat jam pukul berapa sekarang, melihat jarum jam menunjuk angka enam iapun bergegas bangun dan bersiap–siap untuk berangkat sekolah. Selesai siap–siap kakinya melangkah keluar apartemen dan berhenti di halte bus dekat apartemen.
Setelah beberapa menit ia menunggu bus yang akan mengantarkannya ke sekolah akhirnya datang, ia duduk di dekat jendela sembari mendengarkan alunan musik dari earphone miliknya. Beberapa menit kemudian bus sampai di depan SMA Kusuma Bangsa, salah satu SMA favorite di Jakarta.
Ticia turun dari bus dan memasuki gerbang sekolah, sepanjang jalan ia hanya diam tanpa berminat menyapa siswa ataupun siswi lain yang juga baru tiba di sekolah. Ia berhenti didepan kelas bertuliskan"XI IPS -4" saat ada orang yang mencekal tangannya lalu menoleh dan membuatnya memutar bola mata.
Ticia menatap pemilik tangan yang menahannya dengan tatapan bertanya, Axel orang yang menahannya menarik Ticia melangkah menuju kantin dan mendudukannya di salah satu meja kantin sekolah.
Ticia memperhatikan dengan lekat apa yang dilakukan sahabatnya, Axel mengambil air putih yang tersedia di penjual minuman lalu berjalan kearah penjual bubur ayam dan kembali berjalan kearahnya setelah pesanannya selesai dibuat."Makan." Hanya itu yang Axel ucapkan setelah memberikan bubur dan air putih padanya. Sesuai yang Axel katakana ia mulai memkan makannanya lalu berhenti saat Axel mengusap pipinya.
"Makan aja, gue cuma keinget sama Qia" Seolah mengerti keterdiamannya Axel menjelaskan.
Ticia kembali melanjutkan menghabiskan makananya sembari memikirkan seseorang yang Axel sebut. Qia, teman sekaligus adik Axel yang meninggal tepat saat kelulusan sekolah dua tahun lalu, saat itu Ticia tau hari itu merupakan salah satu hari terburuk yang dialami Axel dan keluarganya.
Selesai memakan buburnya ia menatap Axel yang juga sedang menatapnya. Mereka diam, namun seolah tatapan mereka mengatakan segalanya, Axel merindukan Qia, Ticia tau itu. Mereka mengalihkan tatapan mereka saat bunyi bel masuk terdengar.
Ticia menatap Axel lagi "Nanti temenin gue ke markas, ada yang perlu gue urus disana", Axel menjawab dengan anggukan.
Mereka berjalan beriringan menuju kelas mereka yang bersebelah, sesekali mereka juga disapa siswa lain saat berpapasan di lorong sekolah. Siapa yang tidak mengenal Ticia dan Axel di SMA Kusuma Bangsa, mereka berdua merupakan salah satu siswa dan siswi yang di idolakan karena kecerdasan mereka bedua, tdiak hanya akademik tapi juga non akademik. Ticia dengan bakatnya bermain tenis dan Axel dengan boxingnya.
Setelah mereka tiba di depan kelas Ticia, Axel menyempatkan mengecup kepala Ticia dan kembali melangkah dengan santai menuju kelasnya. Ticia menghela nafas saat tau banyak orang yang memperhatikan interaksi mereka berdua lalu kembali berjalan menuju bangku miliknya.
"Ceilah kaya gitu tu yah yang namanya cuma temenan" Ah ya, ia lupa mempunyai sahabat yang selalu cerewet dan suka menggodanya.
"Ci plis deh Axel tuh boy friendable banget tau ngga, kok bisa ya lu cuma sahabatan sama dia dari orok" Lagi, ia tak hanya mempunyai satu teman yang sama cerewetnya.
Setelah ia duduk di bangkunya iya menatap Carla dan Aerin dengan jengah lalu menjawab "Mau gue jawab berapa kali lagi pertanyaan basi yang kalian berdua tanyaain selama dua tahun ini?".
Carla dan Aerin terkekeh dibuatnya, "Ya abis gimana ya, lu berdua sweet banget tau ga. Ya ga rin?"
"Iya, istirahat di samperin, barusan sarapaan di layanin, belum lagi kalo pulang sekolah balik bareng pergi dulu kalo ngga Axel yang nemenin di apart lo."
Tiba-tiba kelas hening karena guru pelajaran datang dan semua murid duduk di kursi masing-masing.
"Selamat pagi anak-anak, apa kabar hari ini?"
"Selamat pagi bu, kabar baik"
"Kita mulai pelajaran hari ini, sebelumnya tugas minggu lalu silahkan kalian kumpulkan didepan"
..TO BE CONTINUED..
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.