HI! :)
Correct me if i'm wrong.
Happy Reading! :)
Mereka tiba dirumah Axel dua puluh menit yang lalu, sekarang Ticia dan Axel sedang berada di ruang tamu sedankan omanya sedang berada di taman bersama bunda Axel.
"Cia, ayah tau mungkin om terkesan ikut campur urusanmu. Tapi ayah sudah menganggap kamu anak kandung ayah sendiri. Ayah merasa perlu turun tangan kalo ayah tiri kamu berani menggunakan tangannya untuk memukulmu. Jadi, apa kamu keberatan ayah membawa kasus ini ke jalur hukum?".
Ticia menoleh pada Axel sebentar sebelum menjawab pertanyan ayah Axel, "Ayah, Ticia sayang banget sama ayah. Udah nganggep Cia anak kandung sendiri padahal ngga ada ikatan darah apapun, tapi Cia rasa Cia bisa ngatasin ini sendiri. Cia tau gimana buat ngadepin mereka ayah."
Jawaban Ticia membuat ayah Axel menghela nafas pasrah, "Baiklah kalo kamu emang bisa ngatasin ini sendiri. Tapi kamu tau harus ngadu kesiapa kalo kamu butuh sesuatu kan?"
" Iya ayah, makasih. " Lalu ucapan seseorang menginterupsi mereka.
"Kamu tenang saja Andre, aku tau cara membalas mereka tanpa harus susah-susah pake jalur hukum. Hukum ngga akan buat mereka jera." Oma menjeda ucapannya, " Tapi kalo harta, lain cerita. " Lanjutnya sembari mengangkat sebelah bibirnya.
"Ah Andre lupa nenek Cia yang satu ini memang punya cara sendiri melumpuhkan musuhnya." Ujar ayah Axel lalu terkekeh pelan.
Axel bangkit dari duduknya "Ya sudah, Axel sama Ticia ke atas dulu yah, oma."
Ticia bangit mengikuti Axel menaiki tangga yang membawa mereka ke kamar Axel.
Ticia berbaring di Kasur Axel saat mereka masuk ke kamar Axel, sedangkan Axel duduk di kursi sebelah Kasur miliknya menatap Ticia.
"Jadi, lo mau apain mereka habis ini? Gue yakin lo ngga bakal biarin mereka gitu aja." Ujar Axel memulai pembicaraan.
Ticia membuka matanya mendengar pertanyaan Axel, "Lo liat aja nanti." ujarnya tersenyum miring.
^^
Hari ini hari senin, semua siswa sedang mengikuti kegiatan upacara. Ticia berbaris di barisan paling belakang bersama Carla dan Aerin. Mereka berdua sedang menggerutu kepanasan karena cuaca hari ini lumayan terik.
"Ini kapan si kepala sekolah udahan pidatonnya, ampe berbusa itu mulut." Gerutu Aerin mengipasi lehernya dengan tangan.
"Fix abis ini langsung ke kantin beli es teh."
"Yaampun udah kenapa si ngga selese-selese."
"La lu bawa kipas ngga? Gue pinjem."
"Tadi gue kesiangan lupa naro kipas portable ke tas."
"Eh liat noh ada yang pingsan."
"Sumpah gengnya Axel kenapa ganteng sama manis-manis banget si."
Bisik-bisik disekitar tak membuat Ticia mengalihkan tatapannya pada dari kepala sekolah yang berpidato, ia sama sekali tak peduli dengan sekitarnya. Terlihat kepala sekolah yang telah selesai berpidato dan turun dari podium. Beberapa menit kemudian upacara selesai membuat seluruh siswa berbisik-bisik mengucap sukur karenanya.
Carla dan Aerin menariknya ke arah kantin, "Kita ke kantin dulu beli minum sebelum guru bahasa masuk kelas." Ujar Carla.
"Tolong gue titip teh kotak." Ujar Ticia menyodorkan uang lalu duduk di salah satu kursi kantin dan memainkan handphonenya.
Axel datang tanpa Ticia sadari lalu mengecup kepala Ticia dan duduk di depan Ticia.
Ticia mendongak "Xel, jangan sembarangan cium gue di depan umum."
"Kenapa? Emang ada yang protes?" Tanya Axel pura-pura bodoh.
" Iya gue yang protes, kenapa? " Jawab Ticia dengan wajah datar andalannya membat Axel tersenyum tipis.
Ekhem-ekhem.
"Udah kali romantis-romantisnya, disini banyak yang jomblo." Interupsi Clara mencibir iri.
Axel berdiri dari duduknya lalu mengacak rambut Ticia sebelum melangkah pergi.
Semua murid Kusuma Bangsa memang menganggap Ticia dan Axel punya hubungan lebih dari sahabat, perlakuan manis Axel yang hanya ditujukan untuk Ticia membuat mereka berpikir demikian. Pasalnya Axel juga terkenal karena sering mengabaikan perempuan baik itu satu angkatan atau adik kelas maupun kakak kelas yang sudah lulus dengan wajah dinginnya.
Aerin duduk di depan Ticia sedangkan Clara disamping Ticia, Aerin menatap Ticia lekat lalu Ticia menatap balik dengan mata tajamnya membuat Aerin gelagapan sendiri.
"Gausah liatin gue kaya gitu."
"Gue cuma mau mastiin aja lagi lo bener-bener ngga ada rasa sama Axel gitu?" Tanya Aerin.
Ticia menjawab dengan wajah datar menatap Aerin.
Clara menggebrak-gebrak kecil meja mereka, "Cabut-cabut itu si botak otw kemari." Info Clara membuat mereka bubu-buru bangkit jalan keluar kantin lewat pintu belakang.
"Ah elah ngapain si tu botak musti keliling, lagi enak-enak ngadem juga."
"Ini juga, kenapa belakang sekolah sepi banget si bikin merinding aja."
"Udah cepet keburu Bu Sinta keburu masuk kelas.
Saat sampai di depan kelas Aerin mengintip lewat jendela kelas melihat apakah sudah ada guru yang masuk atau belum, "Aman gaes, cus masuk."
Mereka masuk kelas, jalan ke tempat duduk masing-masing.
"Ci, minggu depan katanya lo ada tanding tenis lagi?" Tanya Clara yang hanya dibalas deheman oleh Ticia.
"Nanti lo ada Latihan ngga?" Tanya Clara lagi.
Ticia menoleh, "Ada, kenapa?"
Clara memasang senyum sok imut, "Gue ikut ya? Pasti ada temen-temen Axel juga secara kan lo mau tanding di PON, Anak basket pasti pada Latihan juga nanti." Ujarnya tersenyum menjijikan.
"Cih mau liat crush aja pake segala ikut Cia Latihan." Cibir Aerin tau maksud Clara ikut Ticia Latihan untuk apa.
Clara berdecak, "Iri bilang aja kali, salah siapa cari gebetan bukan anak MABAS susah sendiri kan kalo mau modus." Ledeknya menjulurkan lidah.
..TO BE CONTINUE..
Claraya Artantya :
Share this story if u like it! :)
Thank you and See u!
KAMU SEDANG MEMBACA
AXELICIA
ChickLitTicia. Dulu dia periang, sekarang semuanya segan. Dulu dia manis, sekarang ia arogan. Dulu dia penakut, sekrang semuanya takut. Its all about pain,about family, about friend, and about love. #Friendzone #Family #Geng #Love #Romace #Teenficion