Mao berlari tergesa, melewati pepohonan yang lebat, peduli dengan kaki sebelah kanan yang sudah bertelanjang kehilangan sandal jepit dari pasangannya.
Mengapa malam ini terasa lebih mencekam? Nafas memburu serta penglihatan tak leluasa, dirinya sudah diambang batas.
Netranya menangkap pohon sakura berdiri kokoh tak jauh didepan, dengan kaki gemetaran Mao melangkah, mengambil sisa ranting yang terjatuh dan memegangnya erat. Setidaknya dia butuh alat perlawanan.
Apa dia akan mati disini? Mao menggelengkan kepala, merutuki dirinya yang menolak ajakan baik dari Akihito untuk menginap tadi.
sraakkk
Bunyi itu membuatnya tersadar, dia mendengar geraman kasar yang semakin mendekat.
Jantung Mao terasa akan copot, pemuda itu mengumpulkan keberaniannya, "satu , dua.." dia mengayunkan kayu tepat saat makhluk itu berada disampingnya.
Mao terbelak, makhluk itu berbentuk serigala tapi dia tidak pernah melihat serigala sebesar itu.
Kayu yang dia gunakan sampai hancur tapi sepertinya tidak berdampak.
Tubuhnya gemetaran, dia tidak tahu lagi harus bagaimana. Berlari percuma saja, Mao terlampau lelah.
"Graaagghh" Auman terdengar nyaring, taring yang tajam nampak saat serigala membuka mulutnya lebar, siap menerkam.
Mao menutup matanya, angin berhembus kencang. "Apa ini? Apa digigit serigala memang tidak ada rasanya?"
Sudah 3 detik berlalu, ragu-ragu Mao membuka mata. Terkejut, dia mendapati serigala dihadapannya berlumuran darah, tidak hanya itu, emeraldnya menangkap sesosok lelaki berkimono hitam.
"A-apa yan-"
"Kau bahkan tidak berteriak, lumayan."
Suara dingin memotongnya, membuat pemuda pink terkesiap. Lelaki itu berjalan mendekat sampai Mao harus mendongkak untuk bisa melihat dengan jelas wajahnya.
"Merah."
Tiba-tiba pemuda itu menutup hidungnya, dia menatap sinis Mao. "Kau berdarah, dasar bodoh."
"Hah?"
Pemuda bersurai hitam menunjuk kearah kaki kanan Mao, yang diikuti pandang oleh si surai pink.
Ah, kenapa baru sekarang terasa sakitnya, Mao bisa melihat telapak kaki malangnya yang tersobek. Mungkin karna menginjak batu atau ranting tajam saat dia berlari, entahlah, dia sama sekali tidak sadar akan hal itu.
"Cepat pergi."
Mao mendelik, "Ah ya, ya terimakasih." tanpa disuruh pun dia ingin segera pergi dari tempat itu. Mao tidak mengerti tapi ada kemungkinan dia diselamatkan oleh pemuda bermulut tajam dihadapannya. Kemudian dengan langkah tertatih Mao membawa diri menjauh.
"Sial." Pemuda itu berdecak, menarik tangan Mao lalu membuatnya duduk dengan paksa.
"Hey, apa yang kau lakukan?" Mao berseru bingung, bukankah tadi pemuda itu mengusirnya?
Surai hitam menghiraukan, tangannya mengambil syal merah dileher, setelah itu melilitkannya kekaki Mao yang terluka.
"Tunggu, syalmu nanti kotor." Ucap Mao panik.
"Diamlah."
Sudah beres dengan pekerjaannya, pemuda itu kini berjongkok, "Naik."
Mao mengedipkan matanya beberapa kali, tidak percaya, "Apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Protector & his Assistant; looking for trouble
Fantasy| on hold | Isara Mao, entah beruntung atau sial bertemu sesosok vampire dan ditawari sebuah pekerjaan. Tapi, hey, menjadi asisten vampire tidak terlalu buruk bukan?