Datang

978 150 113
                                    

11 September 2016

"Pulang sekarang, Shin-chan?"

"Iya. Saya duluan, Yoshina-san, Yamato-san." menunduk sopan. Lalu melangkah pergi.

Mata Yamato dan Yoshina mengikuti punggung Shin yang terlihat makin mengecil dan menghilang di belokan jalan.

"Andaikan Shin-chan adalah cucuku dan Yumie-chan~" kata Yamato, menggoda Yoshina.

Plak. Tentu saja Yoshina memukul kepala botak Yamato. Tega benar dia meledek orang setua Yoshina. Semua orang di desa itu juga tahu. Yoshina sangat mencintai Yumie. Tidak perlu diledek lagi.

Dari caranya memperlakukan Shin. Caranya membangga-banggakan. Caranya menatap dan mengistimewakan. Semua orang juga tahu. Itu adalah hal yang ingin ia berikan pada Yumie. Tidak perlu diledek lagi.

Tapi seolah tidak jera, Yamato melanjutkan ucapannya,

"Psst. Yoshina-san, kudengar Yumie-san mau cerai. Tapi tidak baik loh mensyukuri hancurnya rumah tangga orang," Yamato menyeringai, melindungi kepala. Tapi kali ini tidak ada pukulan di kepala botaknya.

Kriieet

"Tadaima," basa-basi Shin. Padahal dia tahu benar hari ini istrinya akan pulang malam.

Srak. Sebungkus taiyaki dan dorayaki dia simpan di atas meja. Persiapan jika malam nanti istrinya sedih, mendapati si garis dua yang tidak datang jua.

Tangan pemuda rambut silver itu kini membuka satu per satu kancing baju. Bersiap membersihkan badan.

Panen mereka sukses besar. Hingga harus bekerja lebih keras dibanding tahun lalu. Ditambah lagi harus segera menyiapkan ladang untuk ditanami bibit baru.

Tahun ini sangat berbeda. Bukan hanya tentang statusnya yang kini menjadi suami. Tapi juga tentang ladang padi. Jika dulu mereka tidak bisa menanam padi di musim dingin, tahun ini bisa.

Ini semua berkat Padi Seulawah. Padi dari Danau Toba, Indonesia, yang secara ajaib bisa tumbuh di musim salju, bahkan sampai suhu di bawah 0 derajat celsius sekalipun.

Dan juga berkat tugas akhir Shin, mengawin silangkan Padi Seulawah dengan padi yang disukai mayoritas orang Jepang.

Karenanya, padi Seulawah yang asalnya dianggap jelek dan tidak berguna, kini bernilai ekonomis. Selain mampu bertumbuh di suhu rendah, berasnya pun menjadi sesuai dengan lidah orang Jepang.

Benar-benar sangat membantu pertanian Jepang. Penelitian itu juga lah yang menjadikan Shin sebagai lulusan terbaik di universitasnya.

Shin sudah setengah jalan membuka baju. Mempertontonkan lengannya yang kekar. Juga dadanya yang bidang.

Namun mendadak telinganya menangkap sebuah suara lemah dari dalam rumah. Cepat-cepat saja dia menutupi badannya yang sempat tersingkap.

"Okaeri.. " bunyi suara itu.

Mata Shin mengerjap. Alisnya terangkat. "(Name)? Sayang? Udah pulang? Sejak kapan?" katanya lembut, seraya ikut terduduk. Mendekap pundak sang istri yang terus menunduk.

Shin mengelus pundak istrinya pelan. Pasti (name) menangis lagi karena belum juga dapat si garis dua. Lihat saja, sekarang bahkan ada dua alat sensitif di genggamannya.

Untunglah ada sebungkus dorayaki dan taiyaki di atas meja. Mungkin sedikit banyak bisa membantu perbaiki mood istrinya.

Greb. (Name) tiba-tiba memeluk. Membenamkan wajah di tengkuk Shin. Membasahi baju ladang yang tercampur antara aroma matahari dan aroma badan suami.

Tangan Shin kini sibuk mengusap-ngusap punggung (name). Mencoba memberi tenang.

Namun gerakannya terhenti manakala mendengar suara lirih sang istri,

"Garisnya dua.."

🌾👶🌾

Pupil Shin membesar. Masih tidak percaya. Tapi berapa kali pun (name) mengatakannya. Rasanya terlalu indah untuk menjadi nyata. Apa dia benar-benar tidak sedang bermimpi?

(Name) tergugu. Terus terseru sedan. Suaranya serak.

"Garisnya ada dua, Yang.. Dua.. Ternyata garisnya memang bisa ada dua.."

Datang. Akhirnya datang. Akhirnya dia datang. Buah hati mereka akhirnya datang!

"Terimakasih, Tuhan.. Terimakasih.." Shin terbata. Menyeka ujung-ujung mata. Menatap lamat dua garis yang sangat jelas. Lantas kembali memeluk erat. Menghujani cium. Melakukan segala hal yang bisa mengekspresikan perasaannya. Bahkan menangis sekalipun.

Jika ada yang bertanya, siapa orang yang bisa menarik keluar seluruh emosi, menemani, memegangi tangan seorang Kita Shinsuke di roller coaster kehidupan, tanpa ragu dia akan menjawab, (name) lah orangnya.

"Terimakasih, Tuhan.. karena (name) lah orangnya."

🌾to be continue🌾

http://www.sainsindonesia.co.id/index.php/en/kabar-terkini/1933-padi-seulawah-menyelamatkan-pertanian-jepang

Padi seulawah 🌾🌾🌾🌾🌾

Hari Yang Semuanya Baru [Kita Shinsuke X Reader] [Sequel Kita's Exception] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang