Yang Kamu Mau

831 143 23
                                    

"Nii chan, jangan pulang duluu. Menginap saja seminggu,"

(Name) merajuk sambil mengistirahatkan kepala di pangkuan Suna. Lengkap dengan pelukan di lengan lelaki poni belah tengah itu.

Suna kebingungan. Besok kan ada latihan. Dua hari lagi bahkan ada fan sign. Bagaimana ini.

Suna menatap Shin yang sedang menyiapkan bahan-bahan untuk sarapan. "Kita-san, apa adikku memang semanja ini?" rasanya dulu (name) tidak seperti ini.

"Hmm.. Beberapa minggu ini memang  terasa lebih manja," jawab Shin sambil tetap memotong bahan makanan.

Bagaimana tidak manja? Biasanya (name) minta dicium Shin tidak sampai sepuluh kali sehari. Tapi sekarang bisa sampai... Ntahlah berapa kali.

(Name) juga jadi lebih sering  memastikan perasaan Shin padanya. "Kau benar mencintaiku kan?" "Tidak akan meninggalkanku kan?".

Banyak sekali hal-hal kecil yang terjadi. Seperti ingin ikut ke mana-mana misalnya.

"Aku ingin ikut ke balai desa!"

"Aku ingin ikut ke ladang!"

"Ikut!"
"Sayang.. Aku mau ke toilet.. "

Sampai jadi lebih cemburuan,

"Apa Shouki-san membawa anak perempuannya lagi? Kau bertemu dengannya? Apa kalian jatuh cinta?"

"Bagaimana dengan anaknya Yamato san? Aku dengar dia dulu ingin menjodohkanmu dengan anaknya."

"Aargh! Lihat! Betina itu memandangi suamiku!"
"Sayang.. Itu kucing peliharaan nenek,"
"Tapi dia betina, Sayang!"

Tapi semua itu memang wajar. Terlebih ini kehamilan pertama (name). Shin mengerti benar istrinya lah yang paling banyak berkorban untuk anak mereka.

Maka bersabar, membersamai, memenuhi keperluan (name) adalah hal yang sangat kecil dibanding pengorbanan istrinya.

Dibanding bersabar, aku lebih ke bersyukur

"Itadakimasu!"

Kata Shin, Suna, dan (name) berbarengan. Mereka mulai menyantap masakan Shin. Tapi tidak dengan (name).

Ibu hamil itu hanya menatap makanannya. Membuat Suna keheranan,

"Kenapa nggak makan?"

(Name) menatap kakaknya. "Nii chan," Katanya, berbinar dan manja, "suapin,"

Suna mematung. Sebenarnya dia senang dan mau-mau saja. Tapi, tapi kan ini didepan Kita san! Entah kenapa middle blocker itu malu.

Suna menatap Shin. Mereka bersitatap. Shin hanya memberikan isyarat 'lakukan saja'. Akhirnya Suna pun menyuapi adiknya. Kapan sebenarnya terakhir dia melakukan ini? Saat mereka TK? Ah benar, tidak pernah. Ini kali yang pertama.

🌾🦊🌾

"Tadaima," Ucap Shin

(Name) menjawabnya malas-malas dari ruang tengah. Moodnya sedang tak jelas. "Hn.. Okaeri,"

Suaminya hanya tersenyum tipis. Menghela napas. "Masih kesal karena kakakmu pulang?"

(Name) bergeming. Tidak menunggu lama, bibirnya menekuk. Kini tangannya sibuk mengelap pipi yang basah.

Menatap Shin yang kini sudah ada di sisinya. Mendekap.

"Maaf, moodku jadi begini. Aku juga nggak tau. Maaf menyusahkanmu, aku juga pasti menyulitkan kakakku.."

Shin menatap (name) dengan matanya yang datar. Tersenyum tipis kemudian. "Terimakasih sudah ada di hidup kami,"

"Kamu boleh merasakan, melakukan dan mengatakan apa pun yang kamu mau. Kami akan tetap mencintaimu," Lanjutnya.

"Benarkah?" Tanya (name) yang dijawab anggukan Shin.

"Kalau begitu, aku.. Aku mau dicium sekarang juga!"

"Dasar," Shin mencubit gemas pipi (name) "aku bilang yang kamu mau, bukan yang aku ingin."

🌾to be continue🌾

Hari Yang Semuanya Baru [Kita Shinsuke X Reader] [Sequel Kita's Exception] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang