CHAPTER 1

393 41 58
                                    

*
*
*
"Aku ingin bahagia. Namun, seakan takdir tak memberiku ruang, untuk menerima kebahagiaan itu."
~ Theana Levanely Olivia

***

1. Luka pertama

Sebuah keluarga  tengah menikmati sorenya hari. Menonton televisi disertai obrolan, canda  dan tawa. Pria paruh baya, wanita paruh baya dan satu gadis remaja.

"Pa, besok Rhea Ulang tahun lho," Seru gadis bersurai panjang itu.

"Untuk besok, silahkan lakukan semua hal yang kamu suka Rhea," jawab pria paruh baya itu, sambil mengelus lembut Surai hitam milik, Rheana Olivia.

"Mas Pandu, bersikaplah adil!" Kata Nindy, istri sah Pandu.

"Hahaha, apa kamu bilang bersikap adil? Ingat sampai kapanpun aku  tidak sudi menganggapnya anak!" Jawab Pandu tegas.

Di samping lemari yang tak jauh dari ruangan itu, terdapat gadis cantik nan anggun. Gadis itu mendengar semuanya. Air mata gadis itu akhirnya luruh di pipi mulus miliknya.

"Aku ingin bahagia. Namun, seakan takdir tak memberiku ruang, untuk menerima kebahagiaan itu." Ucapnya pelan.

Gadis itu membalikkan tubuhnya, kemudian berlari menuju kamarnya  yang berada di lantai dua.

Braak

Gadis itu menutup pintu kamarnya dengan kencang. Tubuh gadis itu masih bersandar di balik pintu kamarnya.

"Tuhan kenapa engkau tak pernah memberikan ku kebahagiaan?" Tanyanya, sambil menutup wajahnya.

"Aku lelah! Tuhan, lelah!" Katanya. Tubuh gadis itu seketika merosot. Gadis itu menekuk lututnya, kemudian menelungkupkan wajahnya.

"Thea capek Tuhan!" Ucapnya.

Thea. Ya, gadis itu bernama Theana Levanely Olivia atau yang kerap di panggil Thea. Gadis yang jarang mendapat kasih sayang, dari kedua orang tuanya.

Thea capek, Thea lelah. Dia sudah tak mampu lagi, karena bebannya sudah terlalu banyak.

Thea bangkit, lalu membuka laci yang berada di nakasnya. Mengambil buku diary-nya. Thea menuliskan semua keluh kesahnya.

Diary Thea

Hai luka?
Sepertinya engkau tak kunjung sembuh..

Sekarang aku hanya butuh, bahu, telinga, dan pelukan.

Bahu untuk aku bersandar
Telinga untuk mendengar semua keluh kesah ku..
Pelukan untuk menenangkan ku..

Tuhan aku lelah...

Seperti itulah, yang di tulis Thea di diary miliknya. Thea menutup kembali diary-nya, kemudian menyimpannya kembali.

Thea menuju balkon kamarnya. Berdiri, sambil menghirup udara sore hari. "Aku rindu yang dulu," katanya dengan suara serak.

Flashback

Dua belas  tahun yang lalu...

Kedua bocah berusia lima tahun, sedang bermain balon, di taman komplek perumahan. Mereka tidak sendiri, melainkan bersama Papa dan Mamanya. Canda, tawa menyelimuti siang hari itu.

TUHAN AKU LELAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang