Abang Tukang Bakso Mari-Mari Sini

7 1 0
                                    

Genre: Gore

Waktu sudah menunjukkan pukul 07.00, aku segera mempersiapkan gerobak ku dan segala hal yang aku butuhkan untuk berjualan bakso keliling. "Akhirnya beres juga, sekarang waktunya berangkatttt!" Ucapku riang sambil mendorong gerobak bakso ku.

(Teng teng teng) bunyi mangkuk yang ku ketuk menggunakan sendok. "Bakso baksooo!" Teriakku yang menggema di antara komplek perumahan.

"Abang tukang bakso! Mari mari sini!" Sahut seorang ibu ibu yang berdiri di depan gerbangnya.

"Wah! pelanggan pertama nih" guman ku senang.

Tanpa menunggu lama aku segera menghampiri ibu-ibu itu, yang ternyata dia adalah bu Ratna, penjual beras di komplek perumahan ini.

"Mau beli bakso ya bu? Tunggu sebentar ya" tanyaku sambil membuka tutup panci bakso ku.

"Ehh kata siapa? Aku tuh gak mau beli bakso kamu! Bakso kamu tuh gak enak!" Jawab bu Ratna dengan wajah yang judes.

"Terus kenapa ibu tadi manggil-manggil saya?" Tanyaku heran.

"Kamu nanti keliling lewat rumah bu Ina kan? Nih saya cuman mau menitipkan beras pesanan bu Ina, udah itu aja, sana pergi tunggu apa lagi!" Ucap bu Ratna,

dengan wajah judesnya sambil menyimpan beras yang kira-kira seberat 5kg itu di gerobak bakso ku, lalu bu Ratna pergi tanpa mengucapkan terimakasih dan langsung menutup gerbangnya.

Ini bukan pertama kalinya, tapi ini kesekian kalinya bu Ratna melakukan hal yang sama setiap aku melewati rumahnya untuk berjualan bakso.

"Ahh sudahlah, mungkin bukan rejekiku" Ucapku sambil meninggalkan tempat itu dan kembali mendorong gerobak bakso yang semakin berat karena titipan beras dari bu Ratna.

Keesokkan harinya, seperti biasa, aku kembali mempersiapkan gerobak ku dan pergi berjualan bakso mengelilingi komplek, sebenernya aku malas jika harus melewati rumahnya bu Ratna, tapi harus bagaimana lagi, tidak ada jalan lain yang bisa ku lewati selain kesana, terpaksa aku teruskan perjalananku dengan malas.

Dari kejauhan aku lihat ke arah gerbang bu Ratan.

"Tumbem dia tidak ada disana, biasanya dia sudahh menungguku untuk menitip beras" ucapku dalam hati yang merasa terheran-heran.

Lalu aku menghampiri gebang itu, "Wah! benar saja, bu Ratna tidak ada disini, biasanya dari jauh dia sudah memanggilku, Abang tukang bakso mari-mari sini saya mau beli" ucapku, yang langsung di iringi nyanyianku sambil menggoyangkan pinggul ke kanan dan ke kiri.

Aku melanjutkan perjalananku mengelilingi kompel, dan hari itu bakso ku laris hanya tinggal sedikit lagi. Dari jauh ku lihat ada ibu-ibu yang sedang berkerumun sambil membicarakan sesuatu, lantas aku  langsung menghampiri mereka dan menawarkan bakso.

"Bu! ngumpulnya sambil makan bakso dong biar enak, kebetulan untuk hari ini aku lagi adakan potongan harga" rayu ku kepada mereka.

"Wah! yang bener Bang?" Tanya seorang ibu-ibu.

"Benar dong bu" jawabku, meyakinkan.

"Kalau gitu saya pesan satu ya Bang" sahut ibu itu.

"Saya juga ya Bang", disusul oleh perkataan ibu ibu yang lainya.

"Saya juga mau bang, satu", sahut semua ibu-ibu disana.

"Wah! iya siap bu" jawabku riang, sambil menyiapkan bakso pesanan mereka.

Satu persatu bakso pesanan sudah siap, dan langsung ku berikan kepada mereka.

"Wah! tumben bakso nya enak, mana gede lagi, terus dagingnya berasa banget" sahut salah satu ibu-ibu.

"Iya ini enak banget baksonya, pasti dagingnya asli ya Bang?" Tanya seorang ibu-ibu yang lain.

"Iya dong bu dagingnya asli" jawabku sebari tersenyum.

Kemudian mereka menghabiskan baksonya dengan lahap.

"Eh kira-kira bu Ratna itu hilang kemana ya? sampai sekarang belum diketemukan juga" tanya salah seorang ibu-ibu sambil mengerutkan dahinya tanda keheranan,

"Iya ya aku juga gak tau, tiba tiba saja kata suaminya dia hilang begitu saja waktu malam tadi" jawab ibu-ibu yang lain, lalu yang lainnya menggelengkan kepala tanda tidak tau.

Setelah itu, mereka membayar bakso pesanan mereka kepada ku, dan segera aku membereskan mangkuk bakso dan pergi meninggalkan mereka yang tengah serius membicarakan bu Ratna.

"Oh pantesan, tadi bu Ratna tidak ada di depan gerbang seperti biasanya, ternyata dia hilang sejak malam tadi" gerutu ku dalam hati sambil mendorong gerobak ku menuju pulang, karena dagangan ku sudah habis.

Terlebih aku harus segera kembali ke rumah untuk memotong motong daging yang sangat besar, kira-kira sebesar seberat 70kg, daging yang ku dapatkan malam tadi memang agak beda dari daging yang biasa aku gunakan untuk adonan bakso ku sebelumnya.

Ciamis, 9 November 2020

CREEPYPASTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang