Sara menyeret kopernya bergegas memasuki taxi. Ia sudah lelah melakukan perjalanan dari Amerika ke Indonesia dan sekarang ia butuh tidur.
Walaupun ini pertama kalinya ia datang ke negara ini ia tidak merasa kikuk dengan budaya dan bahasanya, karena nenek dari pihak ibunya selalu membiasakan dengan berbagai hal tentang Indonesia. Merasa bosan ia mengecek ponselnya.
Ayah:
Kamu sudah sampai bear?Mamah:
Kamu sudah sampai cat ?Ia tersenyum melihat panggilan khusus untuknya yang tidak pernah hilang. Kadang ia merasa malu karena masih dipanggil seperti itu.
Baru saja ia mengirim balasan, panggilan dari ayahnya muncul dilayar ponselnya dan disusul ibunya menjadi bertumpuk.
Ia menghela nafas dan menatap keluar jendela. Kadang ia tidak mengerti dengan orang tuanya. Mereka saling berbahu dingin tapi dengan dirinya menjadi super protektif bahkan keluhan sedikit saja menjadi besar membuat ia pusing.
Orang tuanya resmi bercerai kemarin karena tidak bisa mempertahankan rumah tangga mereka. Lagi pula apa yang perlu dipertahankan? Jika mereka hanya seperti orang asing bahkan sekedar melirik saja tak sudi. Lalu kenapa mereka menikah ? Ia juga tidak mengerti dengan pola pikir mereka. Ketika dirinya harus dibawah asuhan siapa, mereka pun bertengkar hebat memperdebatkan siapa yang paling pantas membesarkannya membuat ia memilih tinggal sendiri. Tadinya ia tidak diperbolehkan, lalu ibunya menyarankan untuk tinggal bersama temannya yang kebetulan pindah ke Indonesia.
Begitu sampai ia disambut senyum menawan dari Tante Yanti. Walaupun namanya terkesan kuno sejatinya Tante Yante seorang wanita yang cantik dan sexy.
"Kamar kamu disamping Nadira ya". Ucapnya sambil menunjuk lantai atas.
"Nadira kemanaTante?". Basa-basinya menanyakan anak semata wayangnya.
"Oh, dia lagi main kebetulan hari ini kan libur, jadi gak mau diem anaknya". Jawabnya diikutin kekehan membuat Sara tersenyum.
"Aku keatas ya Tan?"
"Oke"
\\\
Sara mengantri berbaris menuju lapangan untuk melakukan upacara. Ia merasa keki sendiri melihat siswi perempuan sebayanya yang tingginya jauh dibawahnya. Paling sedada, sedagu paling tinggi sebibirnya. Ia jadi bertanya-tanya apakah hormonnya yang terlalu berlebihan atau bagaimana ?. Yang bisa menyamainya paling siswa laki-laki, itu pun hanya dua orang selebihnya membuat ia malu sendiri, dengan begini bukannya terlihat feminim malah terlihat seperti raksasa. Ia hanya bisa mendengus kesal.
"Kenapa ya kalo hari Senin gini sumpek banget keliatannya?". Ujar Garini.
"Iya, siswa kita berapa sih sampe ngejubel gini". Saut Hawa sambil membenarkan kerudungnya. "Di Amrik pasti gak pernah kayak gini kan ? Maklumin ya". Tambah Hawa
"Gak juga kok, disini seru gak monoton"
"Orang Amrik tinggi-tinggi kali ya. Gila gue sedada lu". Sahut Garini membuat hati Sara kembali mendesah. Tinggi badan lagi!.
Sedang kesal-kesalnya matanya tak sengaja menatap mata hijau milik pria yang sedikit jauh darinya. Tingginya yang melebihi orang lain yang mempermudahnya menatap pria itu.
Bahu itu tampak tegap dibalik kemeja sekolahnya, rambutnya yang berwarna perak ke abu-abuan gelap tersisir rapih. Jangan lupa matanya yang bewarna hijau terang seperti ada ukiran tersendiri didalamnya mendapat kesan bahwa tidak ada satupun yang dapat memahami pikirannya. Pria itu berdiri tegap seperti raja yang gagah dengan baju kebesarannya yang tampak kokoh.
KAMU SEDANG MEMBACA
sssttt..ini rahasia
Teen Fiction17+ tolong bijak dalam membaca!. Sungguh sara tidak menyangka ada sosok yang bisa mengabulkan fantasi-fantasinya akan sosok laki-laki sempurna seperti komik yang ia sering baca. Matanya.. rambutnya.. tubuhnya.. bahasa tubuhnya.. layaknya raja yang k...