● Taruhan ●

1K 211 24
                                    




Happy Reading

.

.

.

.

.




Renz menatap datar pada para pemuda di sekelilingnya ini, "gue gak percaya, paling itu cowok mabuk, jadi dia ngehalu dan gak ingat kejadian yang sebenarnya!" Renz berkata dengan ketus, mencibiri anak-anak di pos jaga ini.

Mereka sedang ramai membicarakan tentang pemuda yang ditemukan oleh beberapa petani, yang terbangun dalam keadaan bugil di pagi hari, di dalam rumah kosong itu beberapa waktu yang lalu.

Ada Zia di antara mereka. Renz tidak berharap pagi-pagi bertemu cowok ini, kalau bukan Adri yang mengajaknya pergi, tentu Renz lebih memilih tiduran di rumah nenek sambil menonton kartun pagi.

"Itu beneran Renz, lu belum tahu kalau setan di rumah kosong itu cewek mesum, konon nih ya dulunya dia mati kesepian sama anaknya karena suaminya yang seorang pelaut gak kunjung pulang bertahun-tahun." Ale, salah satu pemuda desa menjelaskan

Namun Renz yang memang pada kenyataannya tidak percaya pada hal-hal semacam itu hanya mendengus.

"Gue gak percaya ada setan di rumah itu, kalau di sini gue percaya emang ada setannya!" Renz menatap datar pada sosok Zia yang nampak menatap balik padanya, sama datarnya.

"Cihh! orang sombong kayak elu mana percaya, kecuali itu setan nyekik leher lu beneran," Zia berkata dengan nada malas, bertemu Renz di mana-mana selalu membuat urat pelipisnya tertarik kencang.

"Jadi lu percaya? lu takut setan? setan takut sama setan?" Pertanyaan berkali-kali dengan nada mengejek dari Renz membuat gerah Zia.

"Gue percaya, kalau lu gak percaya kenapa gak lu buktiin ke sana?" Zia berkata dengan nada menantang, kedua tangannya bersidekap. Menantang Renz adalah bagian kesukaan Zia dalam hidup ini.

"Ayo! kita taruhan, ini antara gue dan lu! malam ini gue akan masuk ke rumah itu!" Renz menerima tantangan Zia.

Cowok yang bertubuh lebih kecil menarik sudut bibirnya, membentuk seulas senyum miring, "boleh!" sahutnya.

"Kalau gue ketemu setan di sana, gue kalah. Gue akan ikutin semua kemauan lu, gue akan mengakui dominasi lu di kampus!" Renz menyebutkan konsekuensi dari taruhan mereka.

Zia mengangguk setuju, ini terdengar bagus. Mendapati seorang Renz Ferdinand tunduk padanya tentu sebuah pemandangan yang indah dan sebuah prestasi yang luar biasa.

"Kalau lu menang?" Zia lebih memilih mengikuti aturan permainan Renz, toh anak ini sendiri yang menjalaninya, Renz menatap santai padanya, ia terlihat sangat senang dengan acara taruhan ini, mengabaikan ramai dengung anak-anak di sekitar mereka yang merasa kelakuan dua anak kota ini sudah melewati batas.

"Kalau ternyata di dalam sana gue baik-baik aja, gue berhasil keluar dengan selamat, maka lu harus nyerah dan tinggalin Bella!"

Wajah Zia mendadak keruh. Renz licik kali ini. Tapi Zia tak perlu khawatir, Renz terlalu percaya diri tanpa tahu apa yang sedang menunggunya di sana.

"Deal?" Suara Renz terdengar menyadarkan lamunan Zia, cowok itu mengangguk tenang, "deal!"

"Oke, lu-lu semua jadi saksi, malam ini gue akan masuk ke rumah tua itu!" Renz berkata dengan nada semangat.

Rumah Tua Di Ujung Jalan✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang