"Eh itu anak Ailan!"
"Itu Kak Biru liatin deh!"
"Keren banget!"
"Ini bukan sih yang suka diceritain guru? Yang tukang onar?"
"Anak Ailan sama anak Vorfo beda ya?"
"Vorfo musuhnya."
"Yang jelas pada ganteng-ganteng!"
Sudah biasa bagi Biru dan kawan-kawannya mendengar bisikan-bisikan aneh dari mulut orang lain, terutama adik kelasnya.
Siapa sih yang gak tau anak Ailan? Semua yang bersekolah di SMA Widiatama pasti tau, bahkan terdengar sampe ke luar sekolah.
Mereka yang beranggotakan Biru Sanjaya sebagai ketua geng, Adanta Brahmana, Cristian Wahyu, Devano Mahendra, Acan Nugroho, Nicholas Saputra berjalan beriringan memasuki gerbang sekolah dengan sepatu kembar berwarna biru gelap, tentu saja ada lambang Ailan di dalamnya.
Sepatu itu sudah lama membuat booming seisi sekolah. Sudah sering kali disita saat sesi penggeledahan barang. Tapi mereka buat lagi yang baru.
Sering dipertanyakan kenapa sepatu, kenapa gak topi atau baju gitu. Kata Biru mah biar beda, antimainstream kalo kata Danta, spesialis estetiknya Ailan.
"Eh! Eh sini kalian!"
Biru menoleh ke arah lapangan, ada Bu Tuti.
Biru langsung berjalan ke sana diikuti temen-temennya. Setelan mereka benar-benar membuat Bu Tuti geram, bagaimana enggak coba? Seragam gak dikancing, otomatis gak pake dasi, sepatu berwarna, kalung rantai kecil melingkar dileher Biru.
Ohiya, Biru juga menggantung jaketnya di bahu sebelah kanan.
"Kalian ini sudah kelas 12 kok masih main-main! Ini semester awal seharusnya kalian mulai menata masa depan!"
Rutinitas Bu Tuti, guru BK di sekolah.
"Kan sudah Ibu bilang, sepatu wajib item! Kenapa pake sepatu itu lagi? Lagian Ibu kan udah sita. Kok ada lagi?"
"Kan warna sepatu gak ganggu pelajaran Bu."
"Yang ganggu pelajaran itu dia Bu!" lanjut Acan sambil menunjuk Wakil Ketua OSIS di samping Bu Tuti.
"Saya?" Laura menunjuk dirinya sendiri bingung.
"Iya lah, karna neng Laura sudah mengisi pikiran Abang sampe gak bisa dimasukin pelajaran lagi," jawab Acan dengan percaya diri.
Sedangkan anggota Ailan lainnya sudah siap-siap menahan muntah, mual banget cuy. Si Acan dangdut mulu sih.
"Acan kamu berani ngelawan saya?!"
"Aduh, aduh enggak Bu. Ibu menyilaukan mata saya." Acan menutupi matanya ala-ala kesilauan.
"Emang saya kenapa? Kan disini teduh gak ada matahari."
"Kecantikan Ibu mengalahkan sinar matahari, lebih berkilau Bu."
"Pfffftttt--" Wahyu si receh menahan tawanya.
Sedangkan Biru hanya menghela napas, menggelengkan kepala melihat tingkah temannya yang lagi dangdut mode on benar-benar membuatnya geli.
Bu Tuti melihat jam tangannya, "Sudah mau masukan, seperti biasa keliling lapangan 30 kali jangan lupa kancing semua baju kalian, apa-apaan sekolah pake seragam kayak gitu. Jangan lupa dimasukin bajunya!"
"Untuk Acan nambah, sapuin bunga yang layu jatuhan di koridor."
"Pffffttt--mampus!" ledek Wahyu.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRESIDEN SISWA | JAY
Подростковая литература"Gue benci sama lo!" "Tapi gue suka sama lo."