2. Cinta yang Singkat

323 4 0
                                    

Pindah sekolah adalah hal yang menyebalkan disaat sudah akrab dan memiliki sahabat. Tapi itulah yang harus gue lakuin saat SMA ditahun 1985,mengikuti orang tua yang pindah tempat kerja.

Awal gue sekolah di sekolah yang baru cukup membuat risih dan hal yang pertama nggak gue suka adalah circle pertemanannya. Gue merasa jauh berbeda dari para murid disekolah baru,entah gue yang kurang pergaulan atau mereka yang terlalu bebas dalam bergaul,bagi gue selalu merasa kurang cocok kalau berteman dengan mereka dan gue selalu kurang updet dalam segala hal. Tapi gue punya pengalaman yang nggak akan pernah gue lupain,yaitu pengalaman saat gue mengenal seorang siswi cantik nan lugu,yang selalu ada saat gue merasa bosan di sekolah,selalu suport gue disetiap hal dan selalu memberikan senyuman manis yang nggak pernah lepas dari ingatan.

Namanya Dewi,siswi satu sekolah dan kelas dia persis sebelahan dengan kelas gue,gadis manis itu selalu datang saat gue sendiri,yang menemani gue baca buku di taman,saking seringnya gue sama dia bersama murid-murid lain menganggap kita memiliki hubungan spesial banyak yang mengira kita pacaran,padahal kenyatannya Dewi ataupun gue cuma teman biasa walaupun yang sebenar benarnya gue tertarik dan suka sama Dewi.

Dewi jarang bicara dengan orang lain tapi dia selalu mau respon apapun dari gue,dia teman ngobrol terbaik yang pernah gue kenal,gue selalu curhat apapun ke Dewi tapi,ada hal yang paling gue bingung dari Dewi,dia jarang menceritakan kehidupannya ke gue,dia orang yang cukup lugu tapi selalu memperhatikan,awal gue deket sama Dewi selalu risih dengan sikapnya yang pendiam penuh senyum tapi lama kelamaan gue merasa nyaman.

Sampai akhirnya pada suatu hari Dewi nggak nemuin gue di taman sekolah,awalnya gue pikir dia sakit atau memang sedang izin karena keperluan lain,setelah seminggu gue merasa ada yang aneh karena Dewi nggak juga muncul,gue sempat pergi ke kelasnya dan bertanya dengan teman-teman tentang keberadaan Dewi tapi tidak satupun murid dikelasnya yang tahu,sialnya gue juga nggak pernah tahu tentang kehidupannya bahkan gue lupa untuk sekedar bertanya tempat tinggal.

Esoknya gue terus bertanya sama teman sekelasnya tapi jawaban mereka tetap sama bahkan karena Dewi gadis yang lugu dan pendiam Dewi seolah tidak dipedulikan oleh teman kelasnya sendiri. Gue terus mengulik informasi tentang Dewi sampai bertanya dengan guru-guru dan satpam sekolah,gue cuma dapat informasi dari satu guru. Bu Mulia seorang guru matematika memberitahu kalau Dewi sudah pindah sekolah ia juga memberi tahu lokasinya tapi gue sudah merasa putus asa walaupun gue tahu tempat tersebut dan itu adalah jarak yang cukup jauh.

Hari-hari gue tanpa Dewi cukup membuat gue kesepian,dimanapun gue membaca buku gue selalu ngak nyaman karena gue sudah terbiasa ditemani Dewi,tanpa dia gue merasa ada yang kurang. Sampai ujian akhir sekolah gue belum pernah dapat teman senyaman Dewi,gue tahu beberapa siswa mulai akrab sama gue tapi tetap saja mereka semua jauh berbeda dengan Dewi,entah kenapa sosok Dewi begitu menarik dihidup gue.

Terakhir kalinya gue membaca buku di taman saat selesai acara kelulusan,gue sengaja sempatin diri buat baca buku disana demi mengenang Dewi,gue merasa setelah berharap Dewi ada didekat gue itu semakin mustahil untuk diwujudkan,akhirnya gue putusin buat lupain dia,bersamaan dengan kelulusan mungkin gue akan mendapat gairah baru dan mendapat teman baru yang lebih nyaman dan melupakan Dewi bisa lebih cepat,tapi pada kenyataan yang sesungguhnya gue sama sekali belum bisa lupain dia,setahun mencoba belum cukup menghilangkan senyum manisnya yang terus berputar dipikiran gue.

Gue nggak menyerah buat lupain dia,gue terus mencoba dan sampai pada saat kesibukan sedikit membantu gue melupakan Dewi,kemudian ada hari dimana datang sepucuk surat yang tidak pernah gue sangka,surat dari Dewi,tanpa berlama-lama saat surat itu ditangan,gue membaca isi surat tersebut,Dewi menulis kerinduannya dengan gue teman terbaik di SMA lama,dia mengucapkan banyak terimakasi karena gue bisa mempercayai Dewi dan mau berteman dengannya,walau tidak banyak yang tertulis gue merasa sangat senang dia juga menuliskan alamat agar gue bisa membalas suratnya. Gue pun mengirim balasan atas suratnya tapi setelah itu tidak pernah ada surat yang datang lagi padahal gue banyak menulis dan bertanya pada Dewi,berhari-hari hingga hampir lima tahun gue menunggu tak kunjung ada balasan,gue pun memutuskan untuk mencari alamat yang pernah Dewi kasih lewat surat.

Perjalanan yang cukup jauh gue tempuh akhirnya sampai ditempat alamat yang Dewi kasih namun gue tidak mendapatkan apapun kecuali informasi bahwa keluarga dialamat tersebut telah pindah didaerah terpencil. Gue tidak patah arang,lalu pergi bertanya dengan tetangga lama Dewi dan mendapatkan alamat baru,tanpa membuang waktu dan tidak peduli selelah apapun gue saat itu tetap lanjut pergi demi bertemu Dewi.

Berjam-jam sudah gue diperjalanan dengan beberapa kali pemberhentian entah untuk makan,menunggu supir memperbaiki kerusakan mobil ataupun sekedar istirahat,gue pun akhirnya sampai disebuah desa kecil dan terpencil,gue berjalan kaki mencari alamat,karena waktu sudah sore saat itu jarang sekali penduduk yang lewat,hingga gue melihat seorang bapak disebuah rumah kemudian gue bertanya dengannya tentang alamat yang gue cari,dia tahu dan menunjukkan arah alamat tersebut namun karena hari semakin sore bapak itu berbaik hati menawarkan gue untuk menginap semalam,sampai keesokanya gue pamit dan mencari lagi alamat Dewi,gue bertanya lagi dengan seorang penduduk kali ini seorang ibu,dia menunjukkan alamat rumah tersebut yang persis diseberang gue saat itu,namu gue hanya bisa terdiam sejenak saat melihat seorang perempuan yang sedang menggendong anak dan disebelahnya ada seorang laki-laki yang sepertinya akan pergi berkebun,gue pun bertanya dengan ibu yang menunjukkan alamat tadi,dan tenyata itu adalah Dewi dengan anak dan suaminya,gue cukup terkejut karena gue sama sekali nggak mengenali Dewi dan dia sudah berkeluarga saat gue ingin menemuinya kembali.

Bagai badai menghantam,hati gue hancur sehancur-hancurnya,gue ngak pernah bayangin hal yang gue lihat,yang selama ini gue pikirin gue bayangin dan selalu gue harapkan ternyata sudah milik orang lain,tapi waktu itu gue ngak merasa kecewa gue cuma bisa bingung,hati gue cukup lega karena pencarian gue selama ini tidak sia-sia,setidaknya gue masih bisa lihat Dewi walaupun hari itu adalah yang terakhir kalinya,dan karena kejadian itu gue jadi mudah buat lupain dia,walau awalnya menyakitkan dan butuh waktu yang cukup lama tapi setelah gue mencoba terus ikhlas semua menjadi baik-baik saja bahkan lebih baik karena gue ngak pernah lagi pusing dengan orang yang selalu gue pikirin yang buat hati gue gelisah jadi sirna begitu saja.

Lambat laun gue pun bisa menerima wanita lain dikehidupan gue untuk jadi teman hidup yang sesungguhnya tanpa hanya berharap dan memikirkan. Gue akan mengenang Dewi sebagai sosok teman terbaik dan bagi gue adanya Dewi dikehidupan masa lalu adalah cinta yang singkat bagaimanapun gue pernah merasa mencintai dia namum cinta itu telah terhenti menjadi kenangan dan pelajaran.

Haii guys, sorry banget nih mungkin banyak kata-kata yang tidak baku tapi gue berharap ceritanya mudah dimengerti.
Happy Reading!

CERPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang