Di hari tiada ampun itu

282 28 7
                                    

domba tersesat yang kaunamai süskind, tuanku,
menggumam perkamen puisi
tentang adakah malam esok
di perjamuan

hening desember
sembunyikan nyala tungku api
kau, padahal mengerti
kalimatnya sebatas dusta

tapi damai
menjadi lebih biadab

kemudian digaungkannya seruan kembali
yang kauterjemahkan sebagai
cintaーpenerimaanーsudah waktunya

kau kenal cinta?

namun terlambat, lantunan dimulai
lenyap dalam nasab, musnah dari silsilah

syahdan, Larkin, di Hari itu tiadalah ampun
selain gemerincing dosamu

bahkan saat Malam Penghabisan turun
langit menolak mencium sisa dendam

tali rami, aroma yang terbakar.

2020

sojourned.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang