;Naden
i.
Sebelum merepetisi taubat, seusai nampan amal berkelontang jatuh, aku dengannya: dosa-dosa yang membumi.
1850. Rosenberg. Sore gerimis dibenamkan remai. Kau tumbuh menjulang dari mimbar katedral Thoreau seiring mulut penuh lebamku membisik, takut, gelisah, "Bagaimana caraku mengejamu?"
Tanpa
dikata
gila.
ii.
Di lengkung hujan, menumpul dalam lumpur parit. Umpama puisi-puisi Larkin yang belum rampung, wujud jangkung bertanduk itu muncul memadati sajak lama; menantiku menggeram dan berdalih.
iii.
Baik berdampingan dengan buruk. Tali rami itu pintu; pintu itu kasih.
Masih rindu ampunan Tuhan? timpalmu.
Tanpa
kembali
ternoda.
iv.
Bagaimana aku mampu lelap dengan dunia di kepalaku, Bapak, bagaimana aku menjelma sebaik-baiknya manusia, setelah semua jahat mengedap dan jadi?
v.
Aku, tersesat di belantara hutan, tak percaya Ia.
Harum terpentin membubung penuhi nyawa, kewarasanku tumpah menuju apa-apa yang haram
dalam lantunan ayat.
2020

KAMU SEDANG MEMBACA
sojourned.
PuisiPamanmu tersayang, Naden Larkin, ditemukan tewas dalam gereja Thoreau pada musim dingin 1850. Kau percaya?