Muka cantik bagai artis, badan bagus bak model, pekerjaan juga bisa dibanggakan, tapi sayang kehidupannya begitu menyedihkan. Diumur 25 tahun, Naura harus menghabiskan masa depannya menjadi babu hanya untuk melunasi hutang yang bahkan ia sendiri tak tau asal muasalnya dari mana.
Katanya, itu hutang orang tuanya. Hutang atas investasi yang ternyata merugi. Dan tanpa Naura tau isi perjanjian seperti apa yang telah orang tuanya setujui, kini hutang yang tak lagi mempunyai tuan itu dilimpahkan kepadanya.
Hebat, bukan? Hidupnya yang dulu tenang, lalu hanya dalam kedipan mata langsung berubah menjadi goa neraka.
Dan dengan segala ketidakikhlasan Naura, disinilah ia berada. Di tempat setan yang telah menjeratnya. Entah sudah berapa kali Naura menghela napas. Baju berserakan, sampah di mana-mana, bahkan sepatu yang seharusnya berada rak, kini berpindah tempat di pantry. Heran. Curiga Naura sepatu tersebut punya kaki.
"Hai, Ra."
Menoleh, kontan dahi Naura menyerngit. Ada raut tak senang kala ia melihat perempuan dengan kemeja putih kebesaran di depannya. Ayolah, dari sekian banyak wanita Keral, mengapa ia harus bertemu dengan ular kadut ini? Semakin suram saja paginya.
Karena terlalu malas menganggapi, Naura hanya tersenyum kecil, lalu berjalan mengambil perlengkapan perangnya. Upik abu is ready.
"Keralnya masih tidur."
Apa Naura bertanya? Ia bahkan sama sekali tak peduli. Oke, sarung tangan dan tong sampah sudah berada di tangan.
"Maaf ya sedikit berantakan, soalnya tadi malam kita habis party."
Kekehan tersebut kembali membuat kepala Naura menoleh. Sedikit? Hell, Naura bahkan mengira di sini terkena tsunami saking isinya sampah semua. Ya, termasuk ular yang sedang berjalan melewatinya ini.
"Udah biasa," jawab Naura terkesan malas, kemudian melanjutkan kerjaannya.
Perempuan itu kembali terkekeh. Sumpah demi apapun, Naura tak menyukainya. "Gue kira Keral cuma ngaco ngomong tadi malam."
"Maksud lo?"
"Dia bilang, gue boleh berantakin apa aja karena besok ada lo yang bakal ngerapiin. Gue kira cuma bualan, tapi ternyata beneran lo." Ada nada mengejek di sana. "Dunia sempit, ya. Kita kembali ketemu dengan kondisi kayak gini."
Tersenyum tipis, Naura membenarkan itu. Ck! Bahkan saking sempitnya mereka harus bernapas ditempat yang sama.
"Sejak kapan lo kenal Keral?" tanya Naura.
"Hmm?" Perempuan itu nampak berpikir. "Mungkin, semalam."
One night stand? Pantas besar kepala. Setelah memunguti sampah, Naura beralih mengambil sapu.
"Lo beneran jadi babu di sini?" tanya perempuan itu, memastikan.
"Menurut lo?" Naura balik bertanya.
"Iya," jawabnya tanpa ragu. "Keral bilang sama gue, lo itu babunya, dan dia itu majikan."
"Terus?"
"Hidup lo ada di tangan dia."
Ck! Dikira dia Tuhan apa pakai acara hidupnya disebut-sebut.
"Keral juga bilang, kalau bukan karena kasihan mungkin dia udah penjarain lo karena nggak mau bayar hutang."
Kontan, pergerakan Naura terhenti. Pegangan digagang sapu mengeras. Napasnya berubah berat. Apa perlu Keral menceritakan sampai sedetail itu kepada wanita one night standnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Enemy
RomanceNaura kira, hidup lurus tanpa menyakiti orang lain akan membuatnya bahagia. Namun ternyata, filosofi kehidupan yang ia banggakan itu salah. Bermula dari kepergian orang tuanya. Berlanjut pada hutang orang tuanya yang beralih menjadi tanggungjawabnya...